🌞 Pulang 🌞

74 3 0
                                    

"seorang anak harus patuh sama kedua orang tua. Masih ingat dengan hadits Rasulullah yang satu ini kan?, hormatilah ibumu, ibumu, ibumu,
kemudian Ayah mu"
^
^
~Gus Azam


....

Semua santri dan santriwati sedang sibuk mengepak barang-barang yang akan dibawa pulang. Terutama fanya yang sudah memang siap dari kemarin.
Hanya Ayda yang masih belum dikabari oleh bapak tercinta, pasalnya sampai detik ini sang bapak tidak menelfon Ayda.

Ayda kemudian berniat menghubungi bapaknya dengan menggunakan ponsel yang memang disediakan untuk santri, Ayda pun pergi ke kantor pengurus.

"Mbak Tami, Aku izin nelfon Bapak",

Ucap Ayda pada mbak Tami yang merupakan pengurus keamanan pesantren.

"Masuk aja Ayda, Mbak lagi sibuk ngurusin data kepulangan santri nih",

Ayda memasuki ruang khusus untuk menelfon, ia mencari nomor bapaknya yang tertera di kontak handphone.

Tuutt tuutt...

Masih belum diangkat juga oleh bapaknya, sampai akhirnya ada suara yang memang sudah Ayda rindukan sejak dulu.

"Assalamualaikum, ada apa Nduk?",

"Wa'alaikumsalam Pak, Bapak sehat?",

"Alhamdulillah Bapak sehat disini",

"Pak, besok Ayda pulang dari Pesantren, bapak bisa jemput Ayda ngga?",

"Ramadhan sekarang jangan pulang dulu ya Nduk, mending kamu bantu-bantu ibu nyai disana",

"Tapi Ayda kangen bapak, terus siapa yang bantuin bapak masak?",

Suara Ayda mulai gemetar menahan tangis, ia sudah terlalu lama meninggalkan bapaknya sendirian di desa, kali ini ia benar-benar ingin pulang.

"Bapak pinter dalam segala hal loh, jangan khawatirkan bapak",

Percakapan antara keduanya masih mengalir dengan khidmat, walaupun Ayda berusaha menahan tangisnya sedari tadi.

Usai berbincang-bincang dengan bapaknya lewat telpon, Ayda bergegas pergi ke halaman pesantren yang kebetulan lumayan sepi, karena sore begini sebagian santri dan santriwati sedang belajar di kelas, ada juga yang masih belum kelar beres-beres di kamar.

"Ih bapak ngga ngertiin Ayda sih",

Air mata Ayda sudah tak tertahan lagi, ia menumpahkan perasaan marah dan kecewanya pada bapaknya.

Sedangkan dari jarak yang lumayan dekat, Gus Afi melihat seorang wanita yang sedang menangis sendirian di kursi halaman pesantren.
Beliau yang sudah tak asing lagi dengan Ayda, kemudian bergegas menghampirinya.

"Kalo nangis puasanya bisa batal loh",

ujar Gus Afi sembari memberikan sapu tangan putih pada Ayda.

Saat mengetahui orang tersebut adalah Gus Afi, sontak Ayda langsung menghapus air matanya.

"Gus Afi ngapain disini?",

DUA BIDADARI SATU HATI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang