🌞 Luka Masa Lalu 🌞

64 4 0
                                    


“Ternyata dia tidak hanya meninggalkan luka di masa lalu, di masa sekarang pun ia masih menghantui kamu”
^
^
~Gus Azam

🌞🌞🌞

Mia tersendat dari duduknya saat membaca pesan dari Clara yang sudah terkirim dari tadi malam. Bukan dengan sengaja Mia mengabaikannya, akan tetapi ia fokus menghabiskan waktunya melayani suami tercinta. Jadi baru tadi pagi Mia membaca pesan Clara saat ia sedang duduk santai di sofa kamarnya.

Lantas Mia buru-buru mencari keberadaan Gus Azam, karena yang paling dekat dengan Clara hanya mereka berdua.

“Zam, kamu ada kelas pagi ngga?”,

Tanya Mia menghampiri Gus Azam dan Ayda yang sedang sarapan pagi di ruang makan.

Jangan tanya Gus Afi kemana, beliau pastinya harus berangkat pagi sekali untuk melayani pasien, sementara Abi dan Umi akhir-akhir ini sedang banyak undangan ke acara hajatan dan lain sebagainya.

"Kebetulan Aku ngga ada jadwal sekarang, kenapa Mi?”,

“Kita ke rumah Clara sekarang, cepet Zam…”,

Gus Azam langsung paham dengan kekhawatiran Mia, berbeda dengan Ayda yang hanya terdiam kebingungan melihat situasi itu.

‘Oke kita kesana sekarang…”,

“Mas, ada apa?, Clara kenapa Mas?”,

Ayda ikut panik karena sepertinya Clara sedang tidak baik-baik saja.

“Clara ngga papa By, Aku pamit dulu ya…”,

Gus Azam mencium kening Ayda, dan Ayda membalas mencium tangan Gus Azam.

Kemudian keduanya bergegas menuju rumah Clara. Dengan kecepatan menyetir Gus Azam, tak memakan waktu lama keduanya pun sampai di rumah Clara.

Mia membunyikan bel berkali-kali, sampai akhirnya pembantu Clara membukakan pintu. Ia mempersilahkan Mia dan Gus Azam masuk, lalu keduanya sampai di depan pintu kamar Clara.

“Ra, ini Aku, Mia…tolong buka pintunya…”,

Hening, hanya terdengar suara shower kamar mandi dan suara tangisan Clara yang sudah serak.

“Zam, coba kamu dobrak aja, Aku takut Clara kenapa-napa”,

“Ya udah, kamu kebelakang dulu…”,

Brak…Brak…Brak…

Dobrakan yang ketiga kalinya berhasil membuka pintu kamar Clara, lantas keduanya masuk mencari keberadaan Clara, dan ternyata dia sedang menangis dibawah rintikan air yang keluar dari shower kamar mandi.

“Astaghfirullah Clara, kamu kenapa?”,

Mia mematikan shower lalu membantu Clara untuk berdiri.

“hiks…hiks…hiks…”,

Clara menangis sesegukan disana, seluruh badannya sudah basah dan kedinginan.

“Kita keringin Clara dulu supaya ngga masuk angin…”,

Ujar Gus Azam yang ikut prihatin dengan keadaan Clara.

Setelah selesai berganti pakaian, dan rambutnya juga sudah kering dengan balutan handuk di kepalanya, Clara diam mematung dengan tatapan matanya yang kosong. Mia belum berani bertanya tentang apa yang sebenarnya terjadi padanya, Ia yakin Clara masih enggan menceritakan masalah yang ia hadapi padanya dan Gus Azam.

“Aku salah…”,

Akan tetapi, tanpa diminta Clara mulai membuka suara, tetapi masih dengan tatapan matanya yang kosong.

DUA BIDADARI SATU HATI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang