🌞 Dua Bidadari Satu Hati 🌞

106 3 0
                                    

"Hati Aku cuma ada satu, dan pemiliknya juga cuma satu, Aku ngga mungkin menaruh dua bidadari dalam satu hati"
^
^
~ Gus Azam

...

Ruwayda menyaksikan suaminya yang kembali ber ijab qobul dengan wanita lain. Ya, hari ini merupakan hari akad antara Gus Azam dan Clara. Akad itu terjadi di kediaman sang mempelai wanita, karena hanya disana tempat paling aman, jauh dari hiruk piruk para santri dan santriwati.

Kini, dengan retina matanya yang sudah berkaca-kaca, Ayda mendengarkan setiap untaian kalimat yang terucap dari bibir Gus Azam, tangannya yang saling bertautan dengan Pak Rendra, dan seorang wanita yang duduk anteng di samping Gus Azam.

Ayda memperhatikannya, betapa Clara sangat cantik dan anggun dengan balutan gaun pengantin berwarna putih itu, hijabnya panjang menjuntai hingga mengenai pinggangnya.

Mia, dia duduk tepat disamping kiri Ayda, dengan lembut Mia mengelus-elus pundak Ayda, dan disamping kanan, ada Umi Maryam yang juga ikut mengelus-elus pundak Ayda. Kedua wanita itu mengkhawatirkan Ayda, lalu saling menguatkan agar tak terjadi yang namanya pertumpahan air mata.

"Bagaimana para saksi, sah?",

Teriak Pak Penghulu saat ijab qobul selesai diucapkan.

"Sah...",

Para saksi yang hanya dari golongan keluarga saja, mereka menjawab dengan serempak, kecuali Ayda yang terus tertunduk, tak kuasa melihat suaminya dan Clara sudah sah menjadi sepasang suami istri.

Setelah ijab qobul selesai, saatnya mempelai wanita menciumi tangan suaminya. Dengan tangan gemetar Clara meraih tangan Gus Azam, ia menciuminya sembari meneteskan air mata.

"Ya Allah, betapa senangnya Aku saat menikah dengan laki-laki yang sudah lama Aku cintai, bismillah, semoga Aku bisa menjadi istri kedua yang juga bisa membahagiakannya",

Batin Clara berbisik lirih.

...

Kedua mempelai tengah berduaan di dalam kamar, kasur dengan seprai putih sudah bertaburan bunga-bunga cantik berwarna merah. Bunga mawar yang berbentuk hati, melambangkan hati kedua pengantin yang baru saja melangsungkan pernikahan.

Gus Azam menjaga jarak duduknya dengan Clara, meskipun keduanya sudah sah menjadi sepasang suami istri, namun Gus Azam masih belum terbiasa saat harus berdekatan maupun bersentuhan dengan Clara.

Suasana menjadi canggung, terlihat Clara sedang berusaha menyusun kalimat untuk di ucapkannya pada Gus Azam. Namun saat ia ingin buka suara, Gus Azam malah mendahuluinya.

"Kita buat kesepakatan saja, Aku ngga akan berani nyentuh kamu sedikitpun, dan kamu juga bebas mau ngelakuin apa aja tanpa izin dari Aku, gimana?",

Kesepakatan yang Gus Azam lontarkan itu membuat hati Clara terluka. Ia menatap lekat kedua mata suaminya yang sedari tadi menghindari kontak mata dengannya.

"Zam, coba liat Aku, bentaaar ajaa...",

Clara menangkup wajah Gus Azam agar berbalik menghadap ke arahnya, dan ia berhasil, kini mata mereka saling bertemu.

"Kita sudah menikah, mana mungkin Aku menyetujui kesepakatan yang kamu buat itu, bahkan istri manapun pasti menolaknya",

Gus Azam melepaskan cengkraman tangan Clara dari wajahnya, lagi-lagi beliau belum bisa menerima touch physical dari wanita lain selain Ayda. Semua itu karena belum terbiasa, dan Gus Azam masih butuh beradaptasi dengan istri keduanya.

"Aku cuma takut kamu risih Ra, lagian yang terpenting sekarang adalah bayi kamu, kita harus memprioritaskan itu",

"Aku juga mau di prioritaskan Zam, bukan cuma anak Aku. Kamu ngga lupa kan kalo Aku sudah dari dulu mencintai Kamu?, bahkan Aku juga sudah menyatakan cinta ke kamu",

DUA BIDADARI SATU HATI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang