"Mulai sekarang, Aku ngga mau kita saling berburu kasih sayang dari Mas Azam. Aku mau kita saling memahami dan saling menjaga keharmonisan keluarga kecil kita ini. Kita rajut bersama-sama hingga keluarga kecil kita layak disebut keluarga yang sakinah, mawaddah dan warohmah"
^
^
~Ruwayda...
Gus Azam sudah berangkat kerja pagi tadi, dan ini menjadi kesempatan Clara untuk deep talk bersama Ayda. Clara ingin meminta maaf atas kesalahan yang sudah ia perbuat dahulu kala, dengan nasehat Gus Azam yang mendukungnya untuk meminta maaf, Clara menjadi semakin percaya diri.
Clara mondar-mandir mencari keberadaan Ayda, entah dimana Ayda pada jam segini, Clara pun memutuskan untuk bertanya pada Bik Sarah.
“Bik, keliatan Mbak Ayda ngga?”,
Clara menghentikan aktivitas Bik Sarah yang sedang membersihkan isi kulkas yang sudah amburadul.
“Engga Non, ini Bibik lagi fokus bersihin kulkas”,
“Iya deh Bik, lanjutin aja…”,
Clara meninggalkan Bik Sarah di dapur, ia kembali mencari Ayda di teras rumah. Dan Ayda juga tidak ada disana.
“Cari Non Ayda?”,
Pak Mamang yang melihat Clara kebingungan langsung saja menghampirinya, menanyakan apakah tebakannya itu benar.
“Iya Pak, Mbak Ayda ada dimana?”,
“Non Ayda ada di kebun belakang, lagi duduk. Samperin aja Non, kayaknya lagi sedih gitu”,
“Emmm iya Pak…”,
Clara jadi ragu menemui Ayda, ia rasa waktunya tidak pas untuk meminta maaf padanya. Clara tak mau mengganggu Ayda yang masih terlarut oleh kenangannya dimasa lalu.
Namun, Clara juga merasa khawatir, ia ingin ikut duduk disamping Ayda untuk menghiburnya. Clara hanya bisa mengintip Ayda dari balik pintu belakang yang memang menuju ke kebun.
Disana, Clara melihat Ayda tengah duduk memandangi kebunnya yang begitu subur meskipun sudah lama tak terawat.
“Jangan berdiri doang, duduk sini…”,
Ayda memergoki Clara yang diam-diam memperhatikannya dari belakang.
Clara pun duduk, menemani Ayda yang sedang beradu nasib.“Kamu tau ngga, kebun ini Aku sama almarhum Bapak yang rawat”,
Tiba-tiba, tanpa Clara minta, cerita Ayda mengalir begitu saja. Clara terus berdiam diri, menjadi pendengar yang baik untuk Ayda.
“Aku sama Bapak lagi asik metik sayuran, terus Ibuk dateng bawa es seger untuk kita, saat itu Ibuk duduk di kursi ini",
Ayda hampir saja tenggelam oleh rasa sedihnya saat mengingat kenangan indah bersama kedua orang tuanya.
Ya, kenangan itu memang indah, namun kini setiap kali Ayda mengingatnya, ia malah sedih, karena ia begitu merindukan orang-orang yang berada di momen tersebut.
“Maaf ya, kamu jadi harus dengerin ocehan Mbak…”,
“Ngga papa kok Mbak, justru Aku malah iri sama Mbak Ayda”,
Clara tersenyum pahit, karena ia rasa Ayda adalah anak yang beruntung bisa memiliki kedua orang tua yang begitu menyayanginya.
“iri kenapa Ra?”,
Clara awalnya ragu untuk menceritakan kesedihannya pada Ayda, akan tetapi Clara rasa Ayda adalah orang yang tepat untuk di ajakin deep talk bareng. Karena keduanya sama-sama sudah tidak memiliki kedua orang tua, kini keduanya sama-sama merindukan mereka.
![](https://img.wattpad.com/cover/340747001-288-k548348.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA BIDADARI SATU HATI
RomansRuwayda atau kerap kali dipanggil Ayda. Salah satu santriwati yang diam-diam sudah dijodohkan dengan Gusnya, Gus Azam. Keduanya akhirnya menikah dengan ikatan perjodohan. Ruwayda yang ternyata tak mencintai Gus Azam, perlahan-lahan Gus Azam berhasil...