🌞Usai🌞

80 4 0
                                    

"Begitu besar kamu mencintainya, bahkan tidak ada satupun dari lembaran Dairy ini tertulis nama ku"
^
^
~ Gus Azam

....

Masih tentang Gus Azam yang merajuk karena ternyata Ayda menyukai abangnya selama ini. Gus Azam merasa dirinya seperti orang bodoh, tanpa beliau sadari, beliau sudah menaruh rasa yang salah pada Ayda.

Selain marah dan kecewa pada Ayda dan Abangnya, Gus Azam juga marah pada dirinya sendiri. Beliau marah karena tanpa sengaja sudah menjauhkan Ayda dari cinta pertamanya, cinta yang selama ini Ayda pendam untuk Gus Afi. Ingin Gus Azam melampiaskan amarahnya, namun beliau berusaha untuk sabar dan senantiasa beristighfar kepada Allah.

Gus Azam masih belum siap untuk pulang, beliau memberhentikan mobilnya di area masjid dekat rumah sakit abangnya. Setelah pamit pulang pada Carla, Gus Azam berniat ingin menemui Gus Afi di rumah sakit.

Masih sekitar pukul sepuluh malam, Gus Azam bermunajat kepada Allah, beliau pasrahkan hatinya yang sedang tidak baik-baik saja saat ini. Gus Azam juga meminta petunjuk, bagaimana beliau harus menghadapi istrinya nanti. Do'a telah selesai, lalu Gus Azam mengusapkan kedua tangannya ke wajah, kemudian beralih ke dadanya.

Gus Azam mencari-cari keberadaan Abangnya, karena jam segini Gus Afi pasti belum kelar merawat pasiennya. Gus Azam tidak pernah berpikiran untuk memojokkan abangnya, beliau hanya ingin mendengar pendapat Gus Afi, yang dimana pendapat tersebut tentunya bersangkutan dengan masalahnya.

"Zam, siapa yang sakit?",

Ternyata Gus Afi yang lebih dulu menemukan adiknya.

"Ngga bang, Azam pengen ngobrol sama Abang aja",

"Ada apa?, Kok kayaknya kamu habis nangis, cerita sama Abang",

Gus Afi membawa Adiknya ke tengah taman, keduanya duduk di kursi putih taman. Sambil menghirup udara malam yang terasa hampa, Gus Azam membuka topik pembicaraan terlebih dahulu.

"Bang Afi cinta ngga sama Mia?",

"Pertanyaan mu konyol Zam, ya tentu Abang cinta dong",

Jawab Gus Afi diiringi tawanya.

"Terus, seandainya ada wanita lain yang cinta sama abang, gimana?",

Pertanyaan Gus Azam makin membuat Gus Afi keheranan, ada angin apa tiba-tiba adiknya bertanya seperti itu.

"Mau bagaimana pun keadaannya, si wanita itu harus sadar diri kalau Abang sudah punya calon istri Zam, Abang ngga mungkin nyakitin perasaan Mia yang sudah lebih dulu berhasil memikat hati Abang",

"Lagian perjodohan di keluarga kita juga sudah di atur dari kecil, wanita lain sudah ngga punya kesempatan buat jadi istri kita",

Gus Afi melanjutkan kalimatnya.
Sementara Gus Azam masih terlarut dalam kekecewaan, beliau berusaha menikmati angin malam yang tak sesegar biasanya.

"Kenapa sih Zam?, Kamu lagi ada masalah sama Ayda?",

Gus Azam menggelengkan kepala, berusaha mengelak dari Abangnya.

"Atau ada wanita lain yang lagi suka sama kamu?, Terus kamu sama Ayda bertengkar, gitu?",

Gus Afi sibuk menerka-nerka masalah apa yang sedang dialami oleh adiknya.

"Bukan gitu, Azam cuma basa basi aja sama Abang, ngga ada maksud apa-apa",

Gus Azam tersenyum, mungkin dengan senyuman beliau bisa meredakan amarahnya.

"Abang saranin mending kamu pulang deh, kalau memang kalian punya masalah, selesaikan masalah itu dengan kepala dingin, istighfar jangan lupa, Zam",

"Ini Azam lagi banyak-banyak istighfar bang",

DUA BIDADARI SATU HATI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang