🌞Hari Yang Panjang🌞

75 4 0
                                    

"Hari ini terasa panjang untuk Aku yang sudah lelah berjuang, berjuang dalam mengemis cinta yang tak kunjung Aku ungkapkan jua"
^
^
~Clara

....

Sehabis sholat subuh, tiba-tiba saja Gus Azam meminta Ayda untuk menemaninya lari pagi. Karena tidak mau dicap sebagai istri durhaka, akhirnya ayda mengiyakan ajakan beliau. Ayda berganti pakaian kaos tetapi longgar, dan bawahan celana kulot dengan dilapisi rok yang menjuntai hingga lututnya. Dan ia juga memakai jilbab bergo Maryam berwarna hitam, sangat cocok dipakai untuk lari pagi daripada harus memakai jilbab bella square ataupun pashmina.

“By, sudah belum?”,

teriak Gus Azam dari halaman rumah. Sudah sekitar dua puluh menit beliau menunggu istrinya bersiap-siap.

“iya Mas…”,

terlihat ayda membawa sebotol air putih untuk dibawanya lari pagi.

“ya udah, yuk berangkat!”,

Gus Azam dan Ayda berlari kecil ke arah barat, dan yang pastinya ayda lah yang memimpin jalan untuk suaminya. Sesekali keduanya melewati pesawahan dan berpapasan dengan penduduk desa yang sudah mulai berkerja dini hari.

“Mas, mau istirahat di sungai ngga?”,

Ayda menyamai posisi Gus Azam yang tertinggal di belakangnya.

“Boleh deh, biar seger juga main air”,

“Kalo gitu coba kejar Ayda…”,

Kecepatan lari Ayda bertambah, meninggalkan Gus Azam yang masih termangu dengan tingkah lakunya.

“Ah, kamu curang By…”,

gerutunya sembari berlari menyusul Ayda yang sudah berada di depan.

Vibe pedesaan memang jauh lebih indah daripada di perkotaan, sungguh Allah maha kuasa menciptakan alam semesta yang begitu menawan ini. Kalau boleh dan kalaupun Gus Azam tidak ada urusan di kota, beliau ingin tinggal lebih lama lagi di desa, tentunya Bersama sang istri tercinta.

“Mas Azam, kenapa bengong?”,

Ayda membuyarkan lamunan Gus Azam ketika melihat muara sungai yang indah dan lebar itu.

“MasyaAllah By, bagus banget disini”,

“sini duduk Mas…”,

Gus Azam mengikuti Ayda yang tengah duduk di bebatuan yang lumayan besar ukurannya.

“diminum dulu nih…”,

Ayda menyodorkan botol minuman itu pada Gus Azam.

Keduanya terlihat menikmati pemandangan yang berada di sekelilingnya, lalu Gus Azam menangkup air sungai dengan kedua tangannya untuk membasuh wajahnya yang sudah berkeringat.

Ayda refleks mengeluarkan sapu tangan yang sudah ia bawa dari rumah, kemudian ayda menyeka wajah tampan suaminya dengan lembut. Gus Azam tersenyum atas perhatian ayda, Beliau benar-benar merasa laki-laki beruntung di dunia karena memiliki istri cantik dan sholehah seperti ayda.

“Balik rumah yuk Mas, Ayda mau masak sarapan pagi”,

“iya By, Aku juga udah laper…”,

Gus Azam dan Ayda bergandengan tangan meninggalkan sungai. Di tengah-tengah perjalanan, sebuah mobil mengklakson mereka dari arah belakang, hingga membuat langkah mereka terhenti.

“Azam, mbak Ayda…”,

setelah kaca mobil terbuka, barulah Gus Azam dan Ayda tau siapa perempuan yang memanggil Namanya itu.

DUA BIDADARI SATU HATI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang