🌞 Mengasingkan Diri 🌞

118 5 0
                                    

"Luka ku akan segera sembuh, Perlahan-lahan Aku pasti bisa menemukan obatnya disana. Jadi, mengasingkan diri terkadang adalah pilihan yang tepat untuk membuat ku pulih"
^
^
~Ruwayda


....

Pagi-pagi, sekitar pukul sembilan dini hari,  Gus Azam dan Clara berkunjung ke rumah Abi dan Umi. Keduanya melangkah memasuki rumah sembari menyalami Abi dan Umi yang sedang berada di ruang tamu.

Tepat di meja makan, saat Ayda sedang membantu Bibik menata menu sarapan pagi, ia melihat suaminya dan istri barunya tengah berbincang-bincang dengan Abi dan Umi. Gus Azam dan Clara tampak lelah seperti kekurangan waktu tidur. Dan seketika itu pula batin Ayda bertanya-tanya.

“Apa mereka begadang di malam pertama mereka?, berarti mereka benar-benar melakukannya?, Ah… ayo Ayda jangan terlalu memikirkan tentang hal yang akan menyakiti hati kamu”,

Batin Ayda saling bersahutan. Ia segera menepiskan pikiran negatif itu dan kemudian memanggil semua orang yang berada di ruang tamu untuk sarapan pagi.

“By…”,

Gus Azam langsung menghampiri Ayda yang baru saja muncul di hadapan mereka.

Ayda hanya tersenyum, lalu ia meraih tangan Gus Azam untuk ia cium. Tangan kekar namun terasa hangat dalam genggaman Ayda, itulah yang ia rindukan sejak kemarin.

“Sarapannya sudah siap…”,

“Ya sudah, Ayo Clara kita sarapan bareng…”,

Ajak Umi Maryam pada seorang perempuan yang tengah duduk di sampingnya.

“Iya Umi…”,

Semuanya menyantap lahap sarapan pagi yang sudah tertata di atas meja makan.

Hening, itulah yang selalu tercipta saat berada di meja makan. Sesekali Ayda melirik Clara yang dengan santainya mengambilkan lauk pauk untuk Gus Azam, tanpa ia pikirkan bagaimana perasaan Ayda saat melihatnya.

Gus Azam pun melirik Ayda, beliau ingin melihat bagaimana reaksi Ayda, namun Ayda segera memalingkan pandangannya ke arah lain. Ayda tak mau ketahuan Gus Azam bahwa ia sedang cemburu.

Lima belas menit berlalu, mereka sudah beranjak dari ruang makan. Ayda memilih pergi ke kamarnya, ia lupa belum sempat membereskan tempat tidurnya saat bangun tahajud tadi.

“By…”,

Suara yang tak asing lagi bagi Ayda, langkah kakinya semakin mendekat ke arahnya. Ayda pun meletakkan kembali selimut yang hendak ia rapikan, kemudian ia menoleh ke belakang.

Keduanya tepat saling berhadapan, saling menatap penuh kerinduan. Lalu sepersekian detik, tatapan Gus Azam jatuh, beliau tak lagi menatap lekat wajah cantik Ayda. Gus Azam berusaha menyembunyikan genangan air matanya di depan Ayda.

“Mas…”,

Ayda memangilnya, dengan kedua tangan yang ia rentangkan, Ayda memberi kode agar Gus Azam memeluknya segera, sebelum Ayda berubah pikiran.

“By, Aku kangen banget sama kamu”,

Ungkap Gus Azam saat keduanya sudah saling berpelukan.

“Iya, Aku tau…”,

Ayda memeluknya erat, dan beberapa kali ia menciumi dada bidang Gus Azam, aroma bak bunga mawar yang mekar di pagi hari, itulah yang selau Ayda rasakan saat memeluk suaminya.

“Oh iya Mas, Aku punya satu permintaan”,

“Apa itu?”,

Setelah mengobrol di dalam kamar dengan Gus Azam, Ayda kemudian mengajaknya turun untuk berbicara langsung dengan Abi dan Umi. Dan ternyata, disana sudah ada Gus Afi dan Mia yang baru saja datang. Lengkap sudah keluarga besar Abi Sulaiman.

“Ngga kerja Bang?”,

DUA BIDADARI SATU HATI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang