"Saya izin pegang tangan kamu ya, biar take off nya sedikit lebih tenang"
^
^
~Gus Azam Abdul Sulaiman🌞🌞🌞
Udara malam terasa dingin menggerogoti tubuh Ayda, padahal ia yakin sudah memakai selimut sebelum ia tertidur. Ayda bangun, ia memeriksa keadaan sekitar, dan yang benar saja, ia tanpa sengaja tidur satu ranjang bersama Gus Azam, beliau menarik semua selimut sampai menyingkap dari tubuh Ayda.
"Kenapa Gus Azam tidur disini?",
Ayda keheranan, tidak mungkin atas keinginan Gus Azam sendiri, padahal beliau bilang kalau sudah menyetujui kesepakatan Ayda tempo hari itu. Dikarenakan Gus Azam tidak mau perempuan tidur di sofa, jadi beliau membiarkan Ayda untuk meniduri ranjangnya.
Kebetulan saat Ayda terbangun, jam sudah menunjukkan pukul setengah tiga pagi, sudah pas untuk sholat tahajud. Ayda pun memberanikan diri membangunkan Gus Azam.
"Bangun Gus, waktunya sholat tahajud",
Lalu keduanya bersama-sama melaksanakan sholat tahajud. Dengan Gus Azam sebagai imam, dan Ruwayda sebagai makmumnya.
Ayda menyiapkan satu koper berukuran besar berwarna ungu, ia kemudian memasukkan beberapa bajunya dan baju Gus Azam yang akan dibutuhkan selama disana.
"Kaos putih mau dibawa juga ngga?",
Tanya Ayda pada suaminya yang sedang memainkan ponsel di atas sofa.
"Bawa saja Mbak, buat salinan",
"Jaket?",
Ayda kembali bertanya, membuat Gus Azam beranjak dari duduknya dan melihat isi lemari, disana ada dua jaket tebal yang beliau punya, karena beliau memang sudah lama di luar negeri, jadi harus butuh jaket yang ekstra tebal. Suhu di New York dinginnya bukan main.
"Bawa dua Mbak, buat kita",
Gus Azam menyerahkan dua jaket tebal berwarna hitam kepada Ayda.
"Emang dingin banget ya, Gus disana?",
Ayda yang memang tidak pernah ke luar negeri dengan polosnya bertanya. Sebelum menjelaskan kehidupan disana, Gus Azam ikut duduk disamping Ayda, ada koper juga dengan beberapa baju yang masih kocar kacir.
"Disana ada hujan salju Mbak, kebetulan cuaca sekarang menunjukkan bakalan hujan salju....",
Dan bla bla bla. Ayda dengan fokus mendengarkan penjelasan beliau.
"Berarti saya bisa liat salju dong Gus?",
Wajah Ayda sumringah, Gus Azam mengangguk membenarkannya.
"Biasanya saya selalu liat di tv pas di desa dulu",
Gus Azam ikut senang melihat Ayda yang perlahan-lahan sudah mulai reda dari dukanya. Ayda pantas bahagia, ia telah melalui kehidupan pahit selama ini.
"Ayda, bisa bantu Umi sebentar nak?",
Teriak umi dari bawah, Ayda dan Gus Azam pun menghentikan perbincangan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA BIDADARI SATU HATI
RomanceRuwayda atau kerap kali dipanggil Ayda. Salah satu santriwati yang diam-diam sudah dijodohkan dengan Gusnya, Gus Azam. Keduanya akhirnya menikah dengan ikatan perjodohan. Ruwayda yang ternyata tak mencintai Gus Azam, perlahan-lahan Gus Azam berhasil...