"Ketika takdir Allah bertolakbelakang dengan apa yang Aku harapkan, semoga Aku bisa dengan ikhlas menerimanya. Allah maha tau mana yang lebih baik untuk Aku",
^
^
~Ruwayda....
Pagi yang indah, pagi yang cerah, rasanya cepat sekali malam berlalu. Bahkan matahari pun tidak sabar ingin cepat-cepat menampakkan dirinya di hari yang mulia ini.
Hari Raya idul Fitri, hari yang sudah dinantikan oleh semua umat Islam. Mereka berhasil bertahan sampai di hari kemenangan. Di kamar tamu, terlihat Gus Azam sedang memakai baju koko berpadukan sarung dan peci hitamnya. Kali pertamanya beliau lebaran di rumah orang lain, eh sudah jadi calon istri lebih tepatnya.
Gus Azam selesai berpakaian, beliau menyandang sajadahnya dengan rapi, kemudian menunggu Ayda yang masih berada di kamarnya. Takbir terus berlanjut sampai pagi ini, dan jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh, sudah hampir waktunya sholat eid dilaksanakan. Namun Ayda tak kunjung selesai, Gus Azam pun memanggilnya di balik pintu kamar.
"Mbak Ayda ngga mau ke masjid?",
Ayda yang mendengar suara Gus Azam itu langsung membuka pintunya.
"Saya lagi ngga sholat, Gus"
"Oh iya saya lupa, pikun banget sih",
Gus Azam menepuk jidatnya.
"Gus Azam tau kan masjidnya dimana?",
"Gampang, entar saya tanya ke orang sekitar",
Gus Azam berlalu, hanya tersisa parfum wanginya yang tercium oleh Ayda. Ayda kemudian menghampiri bapaknya yang masih terbaring. Pak zaki belum sehat dan tidak bisa melaksanakan sholat eid di lebaran kali ini.
Ayda menemani Bapaknya sampai Gus Azam kembali dari masjid, lalu Gus Azam tidak lupa menyalami Pak Zaki.
"Minal aidzin walfaidzin, Pak...",
"Saya juga, Gus...",
"Minal aidzin walfaidzin Mbak Ayda...",
Gus Azam meletakkan kedua tangannya di depan dada, begitu juga Ayda.
"Ternyata baju Bapak cocok juga dipakai Gus Azam",
Ujar pak Zaki sembari tersenyum.
"Iya Pak, syukron sudah mau meminjamkan bajunya ke saya",
Gus Azam membalas senyumannya.
Pastinya saat lebaran semua orang tidak lupa untuk berziarah ke makam, tempat dimana orang-orang yang mereka cintai beristirahat dengan tenang. Ayda dengan ditemani oleh Gus Azam juga sudah berada di samping makam almarhumah ibunya.
Keduanya sama-sama berdoa, lalu menaburkan bunga diatas makam. Gus Azam pergi dulu ke mobil, beliau memberikan ruang untuk Ayda dan almarhumah ibunya.
Gus Azam sedang asik memainkan ponselnya, sampai tidak sadar Ayda membuka pintu mobil.
"Eh, sudah selesai Mbak?",
Gus Azam meletakkan kembali ponselnya.
"Iya, Gus...",
"Ini hapus dulu air matanya, jangan sampai Pak Zaki melihat Mbak Ayda sedih",
Gus Azam memberikan tisu pada Ayda.
"Syukron, Gus...",
Sesampainya di rumah, ada satu mobil yang tidak asing dimata Gus Azam, dan ternyata keluarga Gus Azam datang tanpa memberitahukan terlebih dahulu sebelumnya, Ayda jadi bingung harus menjamu mereka bagaimana.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA BIDADARI SATU HATI
RomanceRuwayda atau kerap kali dipanggil Ayda. Salah satu santriwati yang diam-diam sudah dijodohkan dengan Gusnya, Gus Azam. Keduanya akhirnya menikah dengan ikatan perjodohan. Ruwayda yang ternyata tak mencintai Gus Azam, perlahan-lahan Gus Azam berhasil...