"Sekarang yang harus kita lakukan adalah bagaimana cara kita untuk mengubah diri yang pendosa menjadi diri yang bisa mendapat mahabbah dari Allah swt. Saatnya kita berlomba-lomba untuk meraih tahta tertinggi dihadapan-Nya",
^
^
~Ruwayda...
Dua minggu sudah berlalu, kecelakaan yang sudah merenggut bayi dari rahim seorang perempuan bernama Clara itu masih terasa hangat di ingatan. Vano yang tiba-tiba saja menghilang setelah pertengkaran antara dirinya dan Gus Azam di rumah sakit. Dan Gus kecil kesayangan keluarga ndalem dan juga kesayangan Pesantren hari demi hari semakin bertumbuh menjadi bayi mungil yang tampan dan karismatik.
Gus Azam dan kedua istrinya memilih menetap bersama Abi Sulaiman dan Umi Maryam. Mereka tak akan mengasingkan diri lagi seperti sebelumnya. Selain itu, Gus Azam juga sudah memutuskan untuk mengabdikan dirinya kepada Pesantren. Beliau akan fokus untuk meneruskan kepemimpinan Abinya karena tidak mungkin Gus Afi yang bekerja sebagai dokter dan ikut boyong bersama istrinya yang akan mengurus Pesantren.
“Serius kamu ngga mau balik ngajar di Kampus Zam?”,
Tanya Pak Rendra saat bertamu ke rumah Gus Azam. Sekalian, ia ingin memastikan keadaan Clara setelah insiden mengerikan itu.
“Iya Pak. Saya baru sadar, bahwa meskipun saya mengajar di Pesantren, tidak mengajar di sekolah-sekolah maupun di kampus, gelar saya tetaplah seorang guru, seorang ustadz bagi santri disini. Itu berarti cita-cita saya menjadi guru ataupun dosen sudah dari dulu terwujud”,
Abi Sulaiman dan Umi Maryam tersenyum bangga pada Gus Azam. Sungguh mereka terharu dengan keputusan yang Gus Azam ambil.
“Ya sudah, kalau memang itu keputusan kamu. Saya permisi pulang dulu”,
Pak Rendra hendak berpamitan pada Gus Azam dan kedua orang tuanya. Namun, seketika itu Clara mencegah Pamannya untuk pulang, ia ingin membicarakan hal penting padanya.
“Kita ngobrol diluar saja Paman…”,
Clara mengajak Pak Rendra ke samping ndalem. Keduanya duduk di kursi yang terletak dibawah pohon rindang. Disana adalah tempat aman yang cukup jauh dari hiruk piruk santri maupun keluarga ndalem.
“Paman minta maaf karena ngga datang tepat waktu ke rumah sakit. Paman kembali dinas ke luar negeri. Kalau saja Paman bertemu si Vano waktu itu, Paman pasti sudah menghajarnya”,
Tangan Pak Rendra membentuk gumpalan dengan urat nadinya yang samar-samar terlihat.
“Engga Paman, Clara sudah tau bagaimana ceritanya. Bukan sepenuhnya salah Vano, kita sama-sama dijebak”,
“Jadi, apa yang akan kamu lakukan selanjutnya?, Apa perlu Paman cari tau orang yang sudah menjebak kalian lalu Paman seret dia ke penjara?”,
Pak Rendra masih marah dan dendam dengan laki-laki yang sudah menjebak Clara.
“Clara ingin melupakan semuanya, sekarang Clara sedang bimbang”,
“Why?, tell Uncle now!...”,
Keluarga Clara memang campuran darah eropa, jadi berbicara bahasa asing sudah menjadi hal biasa bagi mereka.
“Clara tau, Mas Azam menikahi Clara karena kasian. Mas Azam menikahi Clara karena bayi yang Clara kandung, dan sekarang… sekarang Clara sudah kehilangan bayi itu. Apa iya status Clara sebagai istrinya sudah berakhir?”,
Hal tersebut yang sudah menganggu pikiran Clara semenjak ia pulang dari rumah sakit. Selain dirinya yang berduka atas kehilangan bayinya, ia juga risau pada kelanjutan rumah tangganya dan Gus Azam.
![](https://img.wattpad.com/cover/340747001-288-k548348.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA BIDADARI SATU HATI
RomanceRuwayda atau kerap kali dipanggil Ayda. Salah satu santriwati yang diam-diam sudah dijodohkan dengan Gusnya, Gus Azam. Keduanya akhirnya menikah dengan ikatan perjodohan. Ruwayda yang ternyata tak mencintai Gus Azam, perlahan-lahan Gus Azam berhasil...