🌞 Cinta dibalik musibah 🌞

76 4 0
                                    

"Aku ngga bakalan biarin kamu terluka lagi. Aku akan melindungi kamu apapun yang terjadi, Aku ngga akan pernah lepasin kamu untuk kedua kalinya. Jika Allah memang menakdirkan kamu sebagai bidadari dalam hidup Aku, Aku janji, Aku ngga bakalan menyia-nyiakan kesempatan itu",
^
^
~ Vano

...

Tak terasa, dua bulan pun sudah berlalu, sudah sekitar setengah tahun Gus Azam, Ayda dan Clara menetap di desa Sukabumi, yang merupakan tanah kelahiran Ruwayda. Kini, mereka tengah mengepak barang-barang yang akan mereka bawa ke kota.

Ya, setelah Gus Azam merenungkan nasehat Abi Sulaiman bersama Ayda dan Clara, akhirnya mereka setuju dan memutuskan untuk kembali ke tempat asal mereka. Selain itu, mereka memang sengaja menunggu dua bulan lagi untuk boyong, karena itu berarti usia kehamilan Ayda dan Clara sudah mencapai 9 bulan.

“Kita pindah kesini gara-gara Aku, maaf Mas, Mbak Ayda…”,

Ucap Clara merasa bersalah.

“Justru karena kamu, selama disini kita dilatih kuat mental, kita dilatih untuk menjadi manusia yang lebih sabar lagi”,

“Benar kata Mas Azam, karena sesungguhnya dibalik musibah ini pasti ada hikmahnya…”,

Ruwayda menyunggingkan senyumannya pada Clara, berharap Clara tidak selalu menyalahkan dirinya sendiri.

Pak Mamang membantu Gus Azam memasukkan barang-barang ke jok belakang mobil. Sementara Bik Sarah tengah menyiapkan bekal untuk menemani perjalanan mereka.

Pak Mamang dan Bik Sarah sangat sedih karena harus berpisah dengan majikannya. Sebelum berangkat, mereka berpamitan secara baik-baik dengan Pak Mamang dan Bik Sarah.

“Syukron sudah membantu kita selama tinggal disini Pak, Bik Sarah…”,

“Sama-sama Gus, Non Ayda, Non Clara…”, Respon Pak Mamang mewakili Bik Sarah.

“Padahal baru 6 bulan kita bertemu, tapi rasanya Bibik kok berat mau melepas kalian…”,

Bik Sarah menangis, refleks Ayda dan Clara memeluknya, mencoba menenangkannya.

“Pokoknya Pak Mamang sama Bik Sarah tetap kerja di rumah ini. Tolong jaga rumah ini meskipun tak berpenghuni. Karena kalau kangen main kesini InsyaAllah kita akan mampir”,

Gus Azam tak mau memecat Pak Mamang dan Bik Sarah, mereka tetap bekerja disana dengan gaji yang akan dibayar tiap bulannya.

“Ngga nunggu sebulan lagi saja Gus balik ke kotanya”,

Pak Mamang masih enggan untuk berpisah dengan majikan sebaik dan se sopan mereka.

“Engga Pak, sekalian mau ngurusin persalinan Mbak Ayda sama Clara disana saja, lebih lengkap Pak”,

“Ya sudah Gus, terimakasih untuk semuanya, semoga perjalanan kalian lancar sampai tujuan…”,

Ujar Bik Sarah sembari menyeka air matanya.

Ayda menyuruh Clara untuk duduk bersama Gus Azam di depan, sedangkan ia lebih memilih duduk di kursi penumpang.

Sebelum berangkat, tiba-tiba suara sepeda motor mendekat ke arah mereka. Dia Vano, dia bergegas menghampiri Clara sebelum semuanya terlambat.

“Ra, buka kacanya bentar…”,

Vano mengetuk kaca jendela mobil.

Awalnya Clara enggan membukakannya, namun Ayda dengan respect meminta Clara membukanya. Ayda tahu pasti ada hal penting yang ingin Vano sampaikan pada Clara.

DUA BIDADARI SATU HATI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang