🌞 Garis Takdir 🌞

190 6 0
                                    

"Vano yang sudah membuat Clara menderita, tetapi malah Vano yang Allah takdirkan untuk berpasangan dengannya. Memang garis takdir Allah serumit itu, namun begitu indah pada akhirnya",
^
^
~ Ruwayda

...

Kedua kaki Vano dengan mantap melangkah ke ndalem, dimana orang-orang disana tengah tidak ada kegiatan setelah sholat asar berjama’ah. Dengan lembut Vano mengucap salam yang kemudian dibalas oleh Ruwayda.

“Eh, Vano…”,

“Mbak, apa kabar?”,

Keduanya sama-sama saling melempar senyuman, senyuman yang memberikan makna tersirat diantara keduanya.

“Masuk No, saya sudah dari tadi menunggu kedatangan kamu…”,

Ayda mempersilahkan Vano masuk lalu duduk di ruang tamu. Abi Sulaiman dan Gus Azam juga sudah ada disana. Sedangkan Umi Maryam tengah berada di kamar atas menemani Gus Kafi bermain di ranjang kecilnya.

Ayda membuatkan tiga gelas teh jahe hangat, ia meletakkannya di atas meja lalu ikut duduk untuk mendengar percakapan tiga lelaki tersebut.

“Saya ingin menimba ilmu disini Pak Yai, Gus Azam. Saya mau merubah diri saya untuk menjadi hamba yang taat. Saya harap jenengan mau menerima kehadiran saya disini…”,

“MasyaAllah, saya ngga keberatan kok… malah saya bersyukur karena kamu sudah mempercayakan Pesantren ini untuk bisa menuntun kamu…”,

Ujar Abi Sulaiman diiringi dengan senyuman.

Sementara itu, Gus Azam hanya duduk terdiam tanpa memberikan respon pada apa yang baru saja Vano katakan.

“Zam, gimana menurut kamu?”,

Abi Sulaiman menepuk pundak Gus Azam hingga membuat Gus Azam tersadar dari lamunannya.

“Kenapa tiba-tiba mau memperbaiki diri?”,

Pertanyaan Gus Azam membuat Vano bergidik ngeri. Sepertinya Gus Azam masih sedikit marah saat melihat Vano.

“Saya mau melamar Clara, tapi sebelum itu dia mau saya memperbaiki diri dulu agar bisa menjadi muslim yang taat pada Allah…”,

Pernyataan Vano sukses bikin Gus Azam dan Abi Sulaiman tercengang. Lain halnya dengan Ayda yang sudah menduga akan hal tersebut.

“Kamu yakin Clara akan menerima lamaran kamu?”,

“Mas Azam…”,

Ayda segera menukas pertanyaan Gus Azam yang cukup menikam hati Vano itu. Sedangkan Vano sudah terlihat putus asa, sudah terlihat tak bersemangat lagi.

“Saya yakin, dibalik niat kamu yang baik itu pasti Allah akan bersedia membantu kamu…”,

Akhirnya Ayda buka suara untuk mengembalikan kepercayaan diri Vano lagi. Vano pun tersenyum saat mendengar perkataan Ayda.

“Saya ingatkan ya, kamu boleh memiliki tekad untuk merubah diri kamu menjadi muslim yang taat. Tapi, niat itu harus ikhlas lillahi ta’ala, bukan karena manusia semata”,

“Iya Pak Yai, saya minta maaf. Saya akan memperbaiki niat saya…”,

Pak Yai Sulaiman berkata benar. Salah jika Vano meniatkan semuanya itu semata-mata karena wanita yang ia cintai, padahal niat yang benar adalah saat ia harus memperbaiki dirinya untuk meraih cinta Allah Swt.

“Clara baru saja bercerai dengan saya, bukan berarti kamu dengan mudah mengkhitbah nya. Dalam agama islam, wanita yang baru saja bercerai harus melakukan iddah terlebih dahulu…”,

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DUA BIDADARI SATU HATI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang