Ali punya alasan kuat mengapa dia tidak pernah mau berurusan dengan perempuan lagi semenjak kepergian Kaluna. Kepergian Kaluna memang meninggalkan luka, tapi tak lantas membuat Ali trauma untuk jatuh cinta lagi. Pun setelah kepergian Kaluna, dia sempat menyukai perempuan lain. Beberapa perempuan lain maksudnya. Dia tahan untuk rasa sukanya. Sepanjang jejak karirnya di bangku kuliah, Ali berdiri sendiri. Dia mendukung dirinya sendiri. Tidak ada perempuan dalam proses jatuh bangunnya. Tidak ada perempuan di dalam kepalanya ketika dia menangis seperti anak kecil di balik pintu unit apartemen ketika pekerjaan, masalah organisasi, dan tugas kuliah bertabrakan.
Ketika Dipta, Ibra, maupun Orion menghabiskan Sabtu malam mereka dengan perempuan yang mereka cintai, Ali justru berkutat di meja belajarnya. Mempelajari semua hal yang berkaitan dengan bisnis, investasi, dan juga masalah finansial. Dia bertekad takkan mengikuti jejak papa masuk ke dalam jajaran pemegang saham Naratama hanya karena dia keturunan keluarga tersebut. Trauma masa lalu yang menimpa sang mama membuat Ali tak ingin menggantungkan masa depan finansialnya kepada keluarga besar sang papa. Dia tidak akan menjual nama Naratama untuk kaya layaknya yang dilakukan oleh sepupunya. Ali tidak ingin menjadi tidak berdaya seperti papa, kemudian menghancurkan kehidupan perempuan lain di masa depan hanya karena dia merasa punya hutang jasa yang takkan mungkin untuk dilunasi.
Banyak waktu yang Ali habiskan hanya untuk merangkak dari bawah, agar bisa berdiri di atas kakinya sendiri. Waktu-waktu yang dia lewati tidak mudah. Harinya selalu dipenuhi oleh kerjaan, organisasi, dan juga tugas perkuliahan yang datang silih berganti. Dia sudah sesibuk itu. Ambisinya sudah separah itu untuk dewasa tanpa bantuan papa. Di waktu sibuk itu, selama bertahun-tahun lamanya, tak sekalipun ia memikirkan Kaluna lagi. Dukanya singkat. Cintanya singkat, habis untuk Kaluna. Awalnya Ali berpikir bahwa cintanya habis untuk Kaluna. Tapi ternyata tidak. Hatinya tidak mati. Cintanya masih ada untuk orang lain. Untuk pertama kalinya setelah sembilan tahun kepergian Kaluna, dia kembali merasa hidup. Retina matanya terpaku tajam pada sosok perempuan yang ia temui di rumah sakit, saat dia dilarikan ke rumah sakit karena gejala tipes saat proses penyusunan tesis.
Ali jatuh cinta untuk kali kedua setelah waktu-waktu mati rasa yang ia jalani selama ini. Namun, saat itu Ali tahu bahwa bukan waktu yang tepat baginya untuk memperdalam perasaannya di saat dia baru bisa melangkah kecil untuk kuat secara finansial. Dia hiraukan detak jantung liarnya begitu pula dengan perasaan aneh yang ia rasakan terhadap perempuan tersebut. Ali lupakan kembali bahwa hatinya pernah hidup setelah Kaluna pergi.
Tidak seharusnya Kaluna menjadi alasan ketika dia sudah tidak memiliki perasaan yang tertinggal sedikitpun untuk perempuan tersebut. Namun, Ali tidak punya argumen lain ketika orang-orang mulai sibuk memintanya untuk mencoba mengenal perempuan lain. Dia hanya diam ketika Dipta berpikir alasan dari dia tidak punya pasangan selama ini karena dia belum bisa melupakan Kaluna. Ali terima. Dia tidak berusaha menjelaskan sama sekali bahwa tidak pernah ada Kaluna lagi di dalam kepalanya sejak lama.
"Lo harus coba pelan-pelan ikhlaskan Kaluna." kata Dipta yang sepertinya sudah mulai lelah menyodorkan banyak perempuan kepadanya.
"Lo kayaknya cuma menjadikan Kaluna alasan biar orang nggak ngurusin kisah lo ya? Buat alasan biar perempuan yang deketin lo itu mundur. Iya, kan?" ungkap Ibra yang selalu tepat sasaran.
Ibra benar. Ali tidak punya alasan lain untuk menolak perempuan yang datang kepadanya. Dia hanya punya Kaluna sebagai alasan. Jahat memang. Tak henti-hentinya dia mengucapkan maaf pada perempuan yang sudah kembali ke sisi Yang Maha Kuasa tersebut.
"Mungkin di beberapa momen gue bisa lihat lo sangat mencintai Kaluna, San. Tapi hanya di momen ketika lo mengenang dia. Lo bukan mati rasa. Lo hanya belum ketemu sama dia yang buat lo nggak perlu menjadikan Kaluna sebagai alasan lagi," jelas Ibra lagi pada satu momen yang sudah sangat lama. Ali bahkan tidak bisa mengingatnya dengan baik kapan jelasnya Ibra mengatakan hal tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUBU
FanficPrilly Zoravanya tak menyangka bahwa kehadiran Ali Sandya Naratama mampu membangkitkan semua luka di masa lalunya.