34. Persimpangan

1.2K 229 48
                                    

Terlihat utuh, tetapi keropos di dalam. Mungkin kalimat itu yang bisa mengartikan bagaimana interaksi dalam pernikahan mereka selama dua minggu belakangan ini, tepatnya sejak pertengkaran malam itu. Ali semakin jauh dari jangkauan dan lebih sering berada di luar rumah. Pria itu baru akan kembali ke rumah ketika matahari sudah terbenam dan tak jarang baru tiba di tengah malam yang sunyi dengan penampilan yang sudah tidak rapi lagi.

Malam ini pun sama.

Range rover hitam miliknya baru terpakir sempurna di carport ketika jam menunjukkan pukul 1 malam dengan hujan yang semakin turun dengan derasnya. Pria itu turun dari mobilnya, berlari untuk menutup pintu gerbang kemudian buru-buru berlari mendekati area teras rumah. Kemeja hitam miliknya basah dalam sekejap dengan dasi yang tidak lagi tersimpul dengan sempurna. Dia melepaskan sepatu miliknya dan menggantinya dengan sandal rumah sebelum benar-benar masuk ke dalam rumah yang lampu ruang tamu sudah dimatikan. Diletakkanya sepatu di sisi pintu yang terhubung dengan ruang tengah, kemudian berjalan mendekati dapur.

Ali duduk lama di kursi pantry. Matanya terpejam dengan kedua tangan yang bertaut di atas meja bar kitchen. Dia mungkin akan terus memejamkan mata jika saja seseorang tak menepuk pundaknya pelan.

"Mas? Tidur?"

Dia membuka matanya, tersenyum sekenanya kepada mbok Ina, asisten rumah tangga yang baru bisa dipercaya oleh Prilly untuk tinggal menetap di rumah. "Nggak, Mbok. Prilly udah tidur?"

"Udah, Mas. Mas mau dibuatkan teh hangat?"

"Enggak, Mbok. Makasih. Saya ke kamar dulu ya, Mbok," pungkasnya kemudian bangkit dari kursi dan meninggalkan dapur dengan punggung yang terlihat lelah.

Ketika Ali memasuki kamar, dia mendapati Prilly sudah tertidur lelap di ranjang. Mengabaikan keinginannya untuk melihat dari dekat, dia memilih masuk ke dalam kamar mandi untuk bersih-bersih. Setengah jam kemudian, Ali terlihat jauh lebih baik dengan kaus hitam dan celana piyama miliknya. Dia sudah berniat untuk naik ke tempat tidur ketika matanya tak sengaja menemukan sesuatu di atas nakas. Tangannya meraih selembar hasil foto USG yang mampu membuat darahnya berdesir dan hatinya yang dipenuhi oleh kehengatan. Ada tulisan tangan Prilly di hasil foto USG tersebut yang membuatnya tanpa sadar tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca.

It's a girl!

Ali sudah mencoba untuk mengontrol emosinya, tapi hasil foto USG yang terus ditatapnya tersebut membuat air matanya tiba-tiba jatuh tak terbendung. Dia senang dan sedih secara bersamaan. Senang atas kabar ini dan sedih karena waktu yang tak sempat disisihkannya untuk menemani Prilly ke dokter kandungan. Rasa kecewa membuatnya banyak abai terhadap kondisi sang istri akhir-akhir ini, termasuk abai dengan jadwal kontrol rutin Prilly ke dokter kandungan.

"Aku nggak tahu harus pakai cara apalagi untuk minta maaf. Benar, aku nggak bisa menjelaskan apa-apa atas semua tuduhan kamu. Adalah benar bahwa aku ke klinik aborsi di hari itu sama Adam." Prilly yang tadinya dipikir Ali sudah jatuh terlelap, tiba-tiba saja bersuara. "Adam bawa aku ke sana karena mau lihat pemakaman anaknya Adza di belakang klinik. Aku nggak ada niat atau punya pikiran untuk mengugurkan kandungan ini, Mas."

"You need two weeks to explain this, Jo?"

"Karena kamu nggak akan percaya. Menjelaskan sesuatu ke orang yang sudah yakin sama asumsinya adalah kebodohan, Mas."

"And you do that now," sela Ali segera. "Kenapa? Merasa sudah menjadi bodoh?"

"Kamu nggak memberikan aku kesempatan untuk menjelaskan saat itu, Sandy!"

Punggung Ali terlihat kaku ketika Prilly mengucapkan namanya dengan lantang tanpa embel-embel 'Mas' seperti biasanya.

Kemudian ruangan itu hening.

BUBU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang