Acara malam ketiga yang digelar untuk kirim doa kepada almarhumah Adza telah selesai dilaksanakan. Setelah beramah tamah singkat dengan para anggota keluarga suaminya alias keluarga lengkap Naratama, Prilly pamit undur diri dari interaksi keluarga tersebut. Dia menuju dapur, memasukkan semua bahan keperluan memasak di atas kitchen island ke dalam kulkas. Tangannya juga dengan cekatan membuang sampah-sampah yang berserakan di lantai dan membersihkan kitchen island yang tampak sangat kotor dan berminyak. Dia juga meletakkan semua peralatan dapur yang kotor ke wastafel, kemudian beralih mengambil sapu di sudut dapur.
"Mbak, biar saya saja." Tiba-tiba seorang wanita setengah baya berlari panik, berusaha mencegah Prilly untuk mengambil sapu. "Mbak duduk aja. Saya saja yang bereskan dapur."
"Tanggung," kata Prilly melanjutkan niatnya yang tertunda. "Mbak bisa cuci peralatan dapur di wastafel aja," tambahnya kemudian.
Selesai membersihkan sedikit kekacauan di dapur kotor, Prilly berlalu dari area tersebut dengan membawa nampan berisikan buah-buahan dan juga segelas susu. Perempuan itu berjalan ke area belakang, menuju gazebo yang berada di dekat kolam berenang. Ia duduk di sana, meneguk minumannya dalam diam.
Orang-orang masih ramai di dalam rumah. Semuanya sibuk melepas rindu dan asyik bertegur sapa. Alih-alih bergabung, dia justru menjauh seakan menolak untuk akrab dengan para anggota keluarga sang suami. Ya, jauh di dalam lubuk hatinya, dia menolak untuk terlalu akrab dengan anggota keluarga Naratama. Telinganya sudah banyak mendengar caci dan hinaan bahkan sebelum mereka sempat berkenalan dengan baik. Hatinya sudah terlanjur tersinggung banyak hanya karena percakapan-percakapan yang tak sengaja ia dengar.
Prilly adalah istri sah seorang Ali Sandya Naratama. Bahkan saat ini dia sedang mengandung keturunan keluarga angkuh tersebut. Namun, nama yang selalu disebutkan oleh para anggota keluarga tersebut selalu Salsabila Fahresya. Percakapan mengenai poligami dan rencana oma yang akan menikahkan Salsabila Fahresya dengan suaminya terus ia dengar tanpa henti bahkan sejak Adza belum dikebumikan.
Ia cemburu.
Marah.
Semua jenis kata makian coba untuk ia tahan. Jika tak ingat dengan kandungannya, sudah Prilly maki mereka semua. Hinaan yang ia dengar sudah dibalasnya sejak semalam. Tapi kali ini, seorang Prilly Zoravanya memilih untuk diam dan menahan semuanya. Demi Ali, Prilly menahan diri begitu banyak agar tidak mempermalukan pria itu di depan keluarganya sendiri.
"Lo itu nggak sopan ya, ternyata."
Orang yang sejak kemarin ingin Prilly lawan secara satu lawan satu kini berwujud nyata, menghampirinya di gazebo dengan ekspresi wajah yang terlihat angkuh. Salsabila Fahresya, si aktris kesayangan para netizen kini berdiri di depannya dengan kedua tangan terlipat di depan dada.
Santai, Prilly mengupas kulit buah apel yang berada dalam genggamannya. Diabaikannya perempuan iblis itu dan lebih memilih untuk fokus pada apa yang saat ini ingin dimakannya. Jangankan perhatian, lirikan saja hanya dilakukan Prilly sekali saja seolah menganggap Salsabila Fahresya itu hanyalah seekor lalat yang menjijikkan, sangat menganggu dan tak pantas untuk sebuah perhatian.
"Pantes Oma nggak suka sama lo. Lo bahkan lebih milih duduk di sini daripada kenal sama keluarga suami lo sendiri, ck!"
Abaikan saja si lalat menjijikkan itu. Prilly tidak akan terprovokasi dengan ucapan murahan tersebut. Dia bahkan memakan potongan buah apel miliknya dengan tenang.
"Ck! Ck! Lo siapa sih berani merebut posisi gue?"
Mendengar pertanyaan itu, barulah Prilly melihat sosok Salsabila Fahresya yang masih berdiri angkuh di depannya. "Anak dari atasan lo. Bokap gue ... direktur agensi yang menaungi lo, kan? Lupa?" Lalu potongan apel kembali ia kunyah dengan hikmat. "Farhan Ar-Rasyid Yudistira. Lupa?"

KAMU SEDANG MEMBACA
BUBU
FanfictionPrilly Zoravanya tak menyangka bahwa kehadiran Ali Sandya Naratama mampu membangkitkan semua luka di masa lalunya.