39. Mari Kita Menyerah

1.3K 203 72
                                    

Kalau saya lepas,
kamu harus bahagia.
Jika terluka juga,
lebih baik sama saya.

-Sandy-

**

Menikah layaknya mendirikan sebuah bangunan. Terdapat banyak proses untuk membuat sebuah bangunan berdiri dengan kokoh. Dan sebuah bangunan yang mampu berdiri kukuh buah hasil dari fondasi yang dirancang dengan baik dan juga hasil dari kerja sama tim yang memiliki satu tujuan yang sama yaitu mendirikan bangunan yang kukuh dan kuat. Jika fondasi dari sebuah bangunan tidak dirancang dengan baik dan tim tidak dapat bekerjasama dengan baik, maka sebuah bangunan tidak akan bisa berdiri dengan kukuh dan kuat.

Pernikahan juga seperti itu. Tidak bisa berjuang sendiri untuk mencapai tujuan yang sama. Baik suami dan istri harus sama-sama bekerjasama untuk mewujudkan pernikahan yang mereka inginkan. Sebelum itu, keduanya harus bisa meyakinkan diri masing-masing bahwa pernikahan tersebut terjadi karena mereka ingin dan mereka ingin satu tuju.

Ali sadar secara penuh bahwa baik dia ataupun Prilly memulai dari cara yang salah. Mereka menikah bukan karena sama-sama ingin, tetapi karena tidak ingin terus didesak oleh masing-masing keluarga. Prilly tidak ingin merasa bersalah atas mundurnya niat Atha untuk menikah sebelum dia menikah dan Ali merasa lelah terus dicurigai tidak normal sang mama.

Fondasi mereka sudah salah.

Sejak awal, mereka tidak ada kesepakatan untuk mencapai satu tujuan yang sama dalam pernikahan ini. Prilly hanya ingin kembali tenang dan Ali hanya ingin berhenti masalahnya terus dikomentari oleh sang mama.

Jika sebuah bangunan dibangun dengan fondasi yang salah, maka bangunan tersebut akan mudah rapuh dan tidak siap dengan bencana yang akan terjadi ke depannya. Saat bencana itu datang dan bangunan tidak cukup kuat untuk menahannya, maka bangunan itu memiliki kemungkinan untuk mengalami kerusakan di beberapa bagian atau justru hancur tak bersisa. Dalam kasus ini diperlukannya sebuah tahap rekonstruksi pasca bencana. Rekonstruksi pasca bencana sendiri memiliki tujuan untuk mengembalikan bangunan tersebut ke bentuk awal dengan perencanaan-perencanaan yang lebih baik dari pembangunan awal.

Sekali lagi Ali katakan bahwa dia sadar bahwasannya pernikahannya sudah nyaris rubuh karena perencanaan yang tidak jelas dari awal. Mereka perlu melakukan rekonstruksi. Ah tidak ... tidak. Mungkin hanya Ali yang berpikir untuk melakukan rekonstruksi pasca bencana. Karena sepertinya Prilly lebih memilih untuk pindah dan mendirikan bangunan versinya sendiri.

Karena jika tidak, Ali tidak mungkin menerima surat panggilan untuk hadir di sidang perdana perceraian mereka yang jatuh di bulan depan.

Prilly tidak bercanda. Perempuan itu serius ingin berpisah dengannya di persimpangan jalan.

Ketika suara ketukan pintu terdengar, Ali buru-buru memasukkan kembali surat panggilan tersebut ke dalam amplop. Namun, dia sama sekali tidak memiliki ekspetasi bahwa Athalah yang datang berkunjung ke ruang perawatannya di siang ini.

"Sorry, gua ganggu waktu istirahat lo, San."

Ali tidak menjawab. Dia menunggu sekiranya apa yang akan iparnya itu sampaikan kepadanya, mengingat mereka jarang terlibat percakapan jika tidak menyangkut soal Prilly.

"Lo udah dapat surat panggilan dari pengadilan?"

"Baru gua terima, Mas," ujar Ali sambil menunjukkan surat panggilan dari pengadilan agama kota Bekasi. "Dan udah gua baca."

Ekspresi wajah Atha terlihat keruh dan tampak ragu-ragu untuk mengatakan sesuatu. Namun, pelan-pelan pria itu menjelaskan dari kehadirannya yang tiba-tiba siang ini. "Gua minta tolong untuk lo mempermudah perceraian ini, San. Karena adek gua udah benar-benar ada di titik terlemahnya."

BUBU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang