"Saat retinaku tidak sengaja melihatmu di satu garis simetris, jantung yang dulu kupikir telah mati kembali berdetak."- Prilly Zoravanya
ʚ♡ɞ -ˏˋ BUBU ˊˎ- ❥Prilly tiba-tiba tersentak bangun, padahal dia tidak mengalami mimpi buruk apa pun. Dia bangkit dari posisi tidur dan duduk dengan kaki bersila di atas tempat tidur. Tangan kanannya meraih gawai yang seingatnya dia letakkan di nakas untuk melihat jam. Dia tidak tahu mengapa mudah sekali terbangun di pukul dua dini hari seperti ini. Bukan sekali dua kali, sering malah.
"Haus banget gue ...." Prilly bergumam lirih ketika merasakan tenggorokannya kering. Akhirnya dia memutuskan untuk turun dari ranjang serta merta membawa gelas kosong.
Suasana rumah tampak redup di lantai dua dengan pencahayaan yang minim. Prilly bukan termasuk orang yang berani berada di luar kamar di atas jam dua belas. Jika pun dia terbangun, dia akan tetap berada di dalam kamarnya, menunggu kantuk datang. Ketika menuruni anak tangga satu per satu, Prilly tak henti-hentinya menguap. Oh ya ampun! Dia mengantuk sekali.
Begitu kakinya menginjak lantai satu dan pandangannya menatap ke arah dapur, Prilly mengernyit bingung ketika lampu area dapur dinyalakan. Siapa yang terbangun di jam-jam seperti ini selain dirinya? Was-was, Prilly mengambil langkah ke arah dapur meski dia sedikit takut sebenarnya.
"Allah ...."
Itu bukan suara Prilly, melainkan suara Atha yang kaget begitu melihat adiknya di ambang pintu masuk ke dapur.
"Ngagetin aja sih, Jo. Mau ngapain?"
Prilly mengernyit. "Yang jelas bukan mau tidur," balas perempuan itu dengan cibiran yang kental. "Abang sendiri ngapain di sini? Bukannya tidur."
Atha manarik bar stool pelan agar tidak menimbulkan gesekan dengan lantai di bawah sana. "Habis tahajud, tiba-tiba haus."
"Kencang banget ngegasnya ya, Bang?" Prilly pun ikut menarik bar stool di sisi Atha dan mendudukkan dirinya di sana sembari meneguk air minumannya.
Atha tertawa lirih. "Ngegas apa sih, Jo? Ini pure mau cari pahala tambahan."
"Tikungan di sepertiga malam itu memang tajam banget ya, Bang? Mau nikung siapa, nih? Cerita dooong." Prilly menyenggol bahu Atha dengan bahunya hingga menimbulkan tawa yang tidak bisa Atha tahan.
"Nggak mau nikung siapa-siapa, Jo. Nggak percaya banget sih,"
"Cerita dong, Bang! Kayaknya ngegas banget tahajudnya gue lihat. Anak pak haji ya, Bang?" Prilly masih tidak menyerah menggoda abangnya itu.
"Bukan anak pak haji, Jo. Ada temanlah pokoknya."
"Ooooh ... lagi berharap banget biar jodoh ya, Bang?" Prilly memajukan wajahnya untuk melihat ekspresi Atha, karena abangnya itu menghindari tatapan matanya.
"Hmmm."
Terbitlah tawa Prilly yang sedaritadi dia tahan. Dia suka sekali jika sudah berhasil membuat Atha berada di ujung 'jurang'.
"Gue doakan biar jodoh. Eh iya, Bang. Biasanya lo doa minta jodoh gimana, sih?"
Atha menyentil dahi Prilly hingga Prilly meringis. "Bukan minta jodoh. Doa minta dikasih yang terbaik sama Allah, Jo."
"Iyaaaa ... doanya gimana? Bagi-bagi dong sama gue."
"Lo mau nikung siapa di sepertiga malam, hem?" Kini gantian Atha yang mengeluarkan senjatanya.
"Nggak ada! Dekat sama orang aja, nggak ada. Konon nikung," sahut Prilly kesal.
Atha mengacak-acak rambut adiknya itu hingga Prilly menepis tangannya penuh kesal. "Ya Allah, seandainya orang ini, sebut namanya, baik untukku, untuk agamaku, untuk kehidupanku, untuk akhiratku, maka dekatkanlah aku yang dipanggil. Dekatkan dia denganku dengan caramu yang terbaik. Dan berkahilah kami di jalan yang Engkau ridhai. Satukanlah kami dalam takdirMu. Terus, bisa disambun lagi dengan, seandainya orang ini buruk untuk diriku, keluargaku, untuk agamaku, untuk duniaku, untuk akhiratku, maka jauhkanlah aku darinya, dan jauhkan dia dariku. Sejauh tidak jauh, tapi perasaan Ya Allah tolong jauhkan. Tolong buang rasa kagum ini. Tolong buang rasa ingin pindah jika menurut Engkau, dia bukan untukku."
KAMU SEDANG MEMBACA
BUBU
FanfictionPrilly Zoravanya tak menyangka bahwa kehadiran Ali Sandya Naratama mampu membangkitkan semua luka di masa lalunya.