40. Dukamu atau Duka Bersama?

1.4K 184 37
                                    

"Jika bukan karena iman,
kamu mungkin hanya
bisa melihat
batu nisan saya hari ini."

..
Ali Sandya Naratama

____________

Setiap pertemuan pasti ada perpisahan.

Semua orang pasti percaya pada hal tersebut. Entah itu perpisahan atas keinginan sendiri atau tidak, semua orang pasti pernah dan akan merasakannya. Perpisahan tidak pernah memandang siap atau tidak siapnya seseorang. Jika Tuhan bilang berpisah, maka berpisahlah.

Setiap orang memiliki masanya masing-masing dan setiap masa memiliki orangnya masing-masing, entah untuk satu tahun, satu windu ataupun satu dekade. Dan asing bisa saja terjadi tanpa harus mempertimbangkan sudah sedekat apa hubungan seseorang. Perpisahan tersebut kemudian akan membawa setiap orang untuk bertemu dengan orang baru, kemudian berpisah lagi, dan kemudian kembali menemukan orang baru lagi. Hal tersebut terus terjadi berulang, karena sejatinya tidak ada yang abadi kecuali perubahan. Maka dari itu banyak motivator-motivator di luar sana yang terus memberikan peringatan untuk tidak menggantungkan kebahagiaan kepada seseorang, karena tidak ada yang tahu pasti orang tersebut akan tetap tinggal sampai kapan.

Sejatinya kebahagiaan merupakan tanggung jawab masing-masing individu.

Ali paham semua kalimat-kalimat tersebut. Namun, yang tidak pernah Ali mengerti di sini adalah apakah waktu Prilly bersamanya hanya sebatas 6 bulan lamanya? Sesingkat itu dia diizinkan untuk bertanggung jawab atas istrinya tersebut. Meski tahu setiap orang ada masanya masing-masing, people come and go, dan lain sebagainya, Ali tetap tidak paham penyebab dari singkatnya kehadiran Prilly di kehidupannya.

Dimana letak salahnya? atau darimana asal muasal permasalahan dalam rumah tangga mereka?

Apakah semuanya berawal dari Prilly yang terbuka tentang masa lalunya?

Atau karena insiden kecelakaan yang dialami olehnya?

Atau ...

"Aku hanya kecewa sama satu hal, Jo."

...

"Klinik aborsi."

Atau ... memang sedari awal sudah salah. Sejak dia menerima pesan dari nomor tidak dikenal mengenai Prilly yang berada di klinik aborsi, pernikahan mereka sudah salah.

Tidak pernah ada diskusi matang dan tiba-tiba mereka menikah. Ali tiba-tiba saja sudah duduk berhadapan dengan abi Prilly dan menerima tanggung jawab atas Prilly Zoravanya ketika saksi mengucapkan kata sah.

Dan sekali lagi, tidak pernah ada diskusi, mereka tiba-tiba saja sudah nyaris selesai.

Bagus sekali. Sebuah pembuka yang mengejutkan dan juga akhir yang tak kalah mengejutkan.

Kisah mereka singkat, tapi perasaan yang Ali miliki melekat. Kuat dan erat.

Dia sudah mencoba untuk mempertahankan Prilly, bermaksud merendahkan diri sejadi-jadinya untuk membawa istrinya tersebut pulang kembali. Namun, saat melihat betapa sayunya mata yang dulu kerap kali terlihat tajam tersebut di ruang pertemuan, nyali Ali menciut. Dia tidak bisa egois demi kebahagiaannya sendiri.

Ali mungkin bahagia, tapi mungkin Prilly tidak.

"Adalah keajaiban lo datang ke kantor dengan kondisi yang menyedihkan, Bos." Dipta menyambut kehadiran atasannya tersebut dengan nada sindiran yang tak ia sembunyikan. "San, sidang perdana perceraian lo itu H-5 dan lo masih bisa ke kantor? Lo waras, kan?"

BUBU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang