Ketika kembali ke Jakarta setelah dua minggu liburan, seperti ada ruang pemisah dengan tembok yang begitu tinggi di dalam satu rumah yang sama. Di saat kebanyakan orang terpisah karena terbentang jarak yang cukup jauh, Ali dan Prilly justru dipisahkan oleh durasi yang tidak pernah mau berhenti bahkan sedetik pun hanya untuk bertukar cerita. Kesibukan keduanya tidak mengizinkan mereka untuk saling menghibur satu sama lain atau bahkan sekadar menanyakan bagaimana cerita dari hari yang telah mereka jalani. Tidak ada jeda. Semuanya berjalan begitu menggebu-gebu seakan akan ada banyak hal yang hilang jika mereka menjeda jadwal sebentar saja. Satu hari pasca mendarat di Jakarta, Ali kembali terbang ke Kalimantan untuk urusan pekerjaan yang tidak bisa diberitahu secara jelas selama seminggu. Di saat pria itu seharusnya masih beristirahat setelah penerbangan panjang dari luar negeri, dia justru memilih langsung bekerja. Prilly seperti biasanya, dia tidak protes. Perempuan itu tidak terlihat masalah dengan fakta bahwa ... dia cukup terganggu sebenarnya.
Selama seminggu kepergian suaminya ke Kalimantan, Prilly melanjutkan pekerjaannya yang tertunda: mengedit naskah, melakukan pengecekan sample layout, dan juga rapat sana-sini untuk sebuah projek baru dengan pihak penerbit. Perempuan itu tak kalah sibuknya dari perempuan karir yang bekerja di gedung pencakar langit dari jam delapan pagi hingga jam empat sore. Dia bahkan sering melewatkan panggilan suara dari sang suami. Alih-alih menelepon ulang, Prilly lebih memilih untuk mengirimkan pesan yang berisi alasan mengapa panggilan dari Ali tidak terjawab olehnya seperti,
Sorry, Mas. Aku tadi lagi di jalan. Ini sudah di rumah.
Aku tadi lagi ada rapat. Ini mau pulang.
Prilly tidak pernah menelepon ulang atau bertanya mengapa Ali menghubunginya. Perempuan itu lebih memilih untuk menjelaskan mengapa panggilan suara sang suami terlewat olehnya. Seperti sekarang contohnya. Sudah dua kali panggilan suara dari Ali tidak mendapatkan jawaban dari Prilly. Dia tidak tahu istrinya itu sedang melakukan apa di sana hingga seharian ini tidak ada kabar sama sekali. Ali merasa jika di antara mereka, orang yang paling fleksibel itu Prilly. Iya, fleksibel bebasnya dan fleksibel waktu sibuknya. Namun, mau sesingkat apapun tanggapan yang dikirimkan Prilly akan panggilan tak terjawab, Ali tetap merasa tenang. Karena artinya, perempuan itu masih baik-baik saja. Namun, di hari ketiga dia berada di Kalimantan, semua panggilan tak terjawab dari Ali lebih jarang mendapatkan tanggapan dari Prilly. Dia bahkan beberapa kali harus meminta tolong kepada Tukang kebun untuk mengecek apakah istrinya itu baik-baik saja dan jawaban yang Ali terima selalu,
'Mbak Prilly keluar dari pagi, Mas, belum pulang.'
'Pintu pagar dikunci, Mas. Saya coba tanya ke security, katanya si mbak belum pulang dari semalam.'
Dan ...
'Tadi saya hubungi security, mbak Prilly udah pulang, Mas.'
Prilly sama sekali tidak pernah memberikan kabar apa-apa kepadanya. Bahkan semua pesan Ali tidak mendapatkan balasan apapun. Untuk mengetahui kabar istrinya itu, Ali harus merepotkan semua orang yang dia kenal termasuk Adza yang sebenarnya masih dalam tahap pemulihan seperti malam ini, di malam keenam Ali berada di Kalimantan. Komunikasi yang buruk dengan Prilly membuat jamuan makan malam dengan teman satu letting-nya tidak lagi menarik. Dia terus berkali-kali mengecek ponselnya untuk menunggu jawaban dari Adza setelah tadi Ali meminta tolong untuk mengecek rumah miliknya.
"Feby, apa kabar?"
Sapaan itu membuat Ali mengangkat pandangannya dari layar ponsel. Matanya hanya sekilas menyapa teman perempuan satu angkatannya dengan senyum tipis sebagai sapaan.
"Hai, Li. Sehat, kan?" Perempuan yang baru saja tadi datang menarik kursi di sebelah Ali, mencoba untuk menarik fokus Ali yang masih saja sibuk mengganggu Adza yang tak kunjung mau beranjak.

KAMU SEDANG MEMBACA
BUBU
FanfictionPrilly Zoravanya tak menyangka bahwa kehadiran Ali Sandya Naratama mampu membangkitkan semua luka di masa lalunya.