TO BE; 02

914 110 0
                                    

02; Alasan Seorang Siswa Pemberontak

chapter two; start

Junkyu dulu adalah anak yang sangat penurut, meski manja.

Mari kita garis bawahi kata 'dulu'.

Kim Junkyu merupakan putra tunggal dari pasangan pria Kim dan wanita Jung yang memang berasal dari keluarga kaya-raya. Terlahir kaya dan juga status putra tunggal membuat Junkyu sangat dimanja oleh seluruh anggota keluarganya, terutama kedua orangtuanya yang memang begitu menyayangi putra mereka.

Perlakuan itu membuat Junkyu tumbuh menjadi anak yang tak pernah takut akan suatu konsekuensi, karena bagi Junkyu semua masalah akan selesai dengan uang.

Maka dari itu, Junkyu tak pernah mengenal apa itu rasa menyesal.

Selain itu, Junkyu tumbuh menjadi anak yang terkesan tak peduli. Rasa tak peduli itu membuat sesosok Junkyu merasa asing dengan kata bahagia, sedih, marah, dan perasaan lainnya. Sedikit aneh, tapi jujur saja Junkyu bahkan harus menerka-nerka perasaan apa yang sedang ia rasakan.

Benar adanya dulu Junkyu adalah anak yang penurut, meskipun sebagai anak laki-laki tetap ada beberapa pemberontakan darinya. Tapi sungguh, Junkyu dulu bukanlah pria seperti saat ini yang benar-benar menyalahi semua aturan yang ada dan bertindak seenaknya.

Semua itu sebenarnya terjadi tepat ketika Junkyu akan mulai memasuki jenjang SMA. Dimana ia mendengar beberapa hal yang sedikit menyakitkan hingga ia berpikir, bahwa salah satu cara yang harus ia lakukan adalah dengan memberontak.

"Iya pah, nanti Junkyu akan aku arahin biar bisa ngelanjutin megang perusahaan aku..."

"Junkyu itu satu-satunya jalan yang kita punya buat pertahanin perusahaan..."

"Ya kalo kamu nggak mau jadiin Junkyu penerus perusahaan, ya buat anak lagi!"

"Kalo Junkyu gagal, perusahaan ini biar dilanjutin anak adek kamu."

"Junkyu itu kunci emas kita. Kalo dia ilang, kita masih punya kunci perak dan perunggu buat perusaahan..."

Junkyu merasa... Bahwa dirinya hanyalah alat yang akan digunakan bahkan mungkin suatu saat ia akan disetir untuk kejayaan perusahaan milik keluarganya itu.

Dan Junkyu tidaklah sebodoh itu untuk mengartikan kasih sayang palsu yang diberikan keluarganya.

Hanya kedua orangtuanya lah yang benar-benar menyayanginya.

"Oh sh*t! F*ck you man!" umpat Junkyu kala karakter gamenya terbunuh dengan begitu sadis. Bahkan ia sampai melempar headphone nya dan menatap sinis ke arah komputer yang masih memperlihatkan arena perang.

Junkyu menghela perlahan untuk menetralkan nafasnya. Bangkit dari kursi, berjalan menghampiri nakas dimana segelas air putih ia ambil dan segera ia habiskan hingga tandas. Tungkainya terus menuntunnya ke arah pintu kaca yang menembus menuju balkon.

Salah satu tempat favorit Junkyu.

Pria itu mengambil sebatang rokok yang kemudian ia nyalakan dengan lihai; Junkyu pecandu benda penghasil asap nikotin yang biasa disebut rokok.

Setelah menyamankan diri di atas kursi gantung, Junkyu pun mulai menikmati sebatang rokok di antara bilah bibirnya dan juga langit malam yang cocok untuk diajak menghabiskan waktu.

Junkyu meringis kecil seraya membiarkan asap keluar dari kedua lubang hidung dan juga mulutnya,

"Ntar apa lagi yang bakal ditawarin mama papa... Nggak kapok-kapok ya mindahin gue dari satu sekolah ke sekolah lain?"

TO BETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang