TO BE; 05

785 97 4
                                    

05; Definisi tentang Teman yang Berbeda

•chapter five; start•

Mungkin sudah satu pekan Junkyu menjadi salah satu siswa di YG High School ini. Kalian tahu? Ini adalah kali pertama Junkyu memecahkan rekor selama satu pekan tidak melanggar aturan sama sekali!

Haruskah kita memberikan tepuk tangan meriah sebagai bentuk apresiasi?

Di balik hal itu kita seharusnya berterima kasih untuk keberadaan Jeongwoo yang ikut andil dalam mendisiplinkan seorang Kim Junkyu.

Jeongwoo tidak banyak menegur, ia hanya mengatakan beberapa kalimat yang sebetulnya sukses membuat Junkyu terus berpikir.

"Lo kalo nggak mau ilang jangan ngelanggar aturan!"

Hanya mengatakan hal itu tanpa ingin menjelaskan secara lebih. Junkyu kesal sebenarnya, namun agaknya ia akan mencari aman terlebih dahulu untuk tidak mencakar wajah menyebalkan anak guru YG High School itu.

Apakah kalian berpikir bahwa Junkyu telah menyerah dan menyelesaikan pendidikannya di sekolah ini? Jawabannya, tidak!

Junkyu tidak akan pernah menyerah! Di dalam diamnya itu, Junkyu beberapa sempat memancing Jeongwoo secara halus agar pria Park itu memberikannya pengertian mengenai anak hilang setelah melanggar aturan. Tapi sepertinya Jeongwoo sangat kebal,

pria itu sama sekali tak akan pernah menjawab pertanyaan milik Junkyu ini.

Hey! Bukankah Jeongwoo adalah anak seorang guru disini? Pria itu pasti mengetahui banyak mengenai hal-hal di dalam YG High School 'kan? Apakah pria ini begitu sombong hingga tak ingin membocorkan informasi sekolah bersistem asrama ini?

Junkyu lelah!

"Lo sampe lebih cepet ternyata."

Lamunan Junkyu seketika buyar akibat suara berat menggelegar milik Jeongwoo. Pemuda itu berjalan menuju meja belajar untuk meletakkan tas ranselnya kemudian melepas jas hitamnya yang ia sampirkan pada senderan kursi.

"Hari ini hp Lo harus dikumpulin 'kan?"

Pertanyaan itu berhasil mendidihkan kepala Junkyu. Ya, benar! Junkyu baru mengetahui jika siswa baru hanya diperbolehkan memakai gawai untuk seminggu awal masuk. Dan seterusnya akan dianggap ilegal.

Bukankah seharusnya Junkyu menyadari hal ini kala tak melihat sekalipun Jeongwoo menggunakan gawai di kamar?

"Gue beneran bakal ilang?"

Jeongwoo menaikkan sebelah alisnya, "Ngapain Lo ilang?"

"Gue nggak mau ngumpulin hp. Gue bakal ilang seriusan?" tanya Junkyu menatap ponselnya lamat. Pria ini benar-benar kecanduan gawai.

"Jangan gegabah. Lo pikir-pikir lagi sebelum bertindak. Lo kalo nggak mau ilang, jangan sekali-kali ngelanggar aturan." ujar Jeongwoo mengambil pakaian ganti yang kemudian ia bawa menuju kamar mandi.

"Lo ngomong itu terus perasaan. Males gue dengernya." rutuk Junkyu menatap pintu kamar mandi yang sudah tertutup.

Namun sedetik kemudian pintu itu kembali terbuka dan memperlihatkan Jeongwoo yang bertelanjang dada, "Harusnya Lo itu bersyukur punya temen sekamar yang perhatian, bang."

"Gue nggak butuh perhatian Lo. Sana gih buru, ngerasa cakepan Lo ga pake baju begitu?" balas Junkyu yang lebih memilih menghampiri dapur untuk membuat kopi hitamnya. Sedangkan Jeongwoo justru terkekeh mendengarnya.

Sembari mengaduk kopi panas, Junkyu larut dalam lamunannya. Ia kembali berpikir keras mengenai cara-cara yang mungkin bisa ia lakukan untuk segera dikeluarkan dari sekolah ini. Jujur saja untuk seukuran pria pemalas seperti Junkyu, sekolah serba cepat ini adalah suatu kutukan baginya.

TO BETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang