TO BE; 36

577 81 13
                                    

36; Belajar Berdamai dengan Keadaan

•chapter thirty six; start•

"Nak..."

Pintu ruang rawat Junkyu terbuka. Betapa terkejutnya Junkyu kala melihat kedua orang tuanya ada disini dengan linangan air mata. Apakah Junkyu masih bisa memanggil mereka orangtuanya setelah mengetahui semua kebenaran ini?

Nyonya Jung segera memeluk erat putra tunggalnya itu dengan tangis tersedu-sedu,

"Nak... Maafin mama."

Tubuh Junkyu membeku, bahkan ia sempat menahan nafasnya sejenak kala tubuh mungil itu menyusup memberikan pelukan dalam. Rasanya berbeda, ia tak lagi merasakan kenyamanan yang sama sebelum kebenaran itu terungkap.

Namun, setitik air mata tetap mengalir.

Nyonya Jung melepas pelukannya dan menatap sang putra dengan tatapan bingung, "Nak? Kamu kenapa? Junkyu nggak kangen mama?"

Junkyu masih diam dengan wajah berpikir yang membuat matanya terlihat lebih bulat. Nyonya Jung yang melihatnya pun menatap sang suami dengan kesedihan.

Tuan Kim mengusap surai lembut Junkyu, suaranya begitu lembut,

"Junkyu? Ini papa mama dateng... Junkyu nggak kangen sama mama papa?"

"Junkyu? Mama kangen sama Junkyu..." lirih Nyonya Jung.

Junkyu akhirnya menatap kedua orang tuanya itu bergantian,

"Kalian... Bukan orang tua kandung gue 'kan?"

Keheningan mengambil alih begitu lama. Nafas kedua manusia paruh baya itu terhenti sejenak, menatap tak percaya ke arah sang putra yang masih menunggu jawaban.

Nyonya Jung menggeleng pelan, "Nak... Dengerin mama dulu..."

Junkyu tertawa miris, "Jadi bener? Gue bukan anak kalian?"

"Nak. Dengerin penjelasan kita dulu, ya?" bujuk Tuan Kim.

Junkyu memejamkan matanya bersama air mata yang kembali mengalir. Sesak sekali rasanya untuk menerima kenyataan yang tak pernah ia harapkan.

"Kalian pergi dulu... Gue masih butuh waktu." lirih Junkyu masih memejamkan matanya.

"Junkyu..." tangis Nyonya Jung meraih sebelah tangan putranya dengan lembut.

"Maafin mama..." lirih Nyonya Jung dengan tangis yang menyayat hati.

"Sayang, ayo kita keluar... Junkyu masih butuh waktu." bujuk Tuan Park membawa Nyonya Jung ke dalam pelukannya.

"Sayang... Junkyu marah..." tangis Nyonya Jung di pelukan suaminya.

Tuan Kim menggeleng menenangkan, "Enggak, sayang. Junkyu enggak marah... Dia cuma lagi butuh waktu sebentar. Ayo kita keluar dulu..."

Sepasang suami istri pada akhirnya tetap meninggalkan ruangan, meninggalkan suasana hening yang menyesakkan untuk Junkyu. Hidupnya terasa hancur, semuanya berantakan. Sekarang ia percaya, serapih mungkin seseorang menyembunyikan sesuatu, tuhan pasti akan kembali membukanya tanpa sisa.

Junkyu melupakan satu hal. Bukankah seharusnya ia selalu mempersiapkan diri jikalau ada suatu hal yang sebenarnya tak pernah ia inginkan terjadi?

Pintu itu kembali terbuka, Yoshi masuk dengan senyumannya seolah ia tak mengetahui apa yang baru saja terjadi. Padahal sedari tadi ia mendengarkan percakapan orangtua dan anak itu dari luar. Yoshi berjalan menghampiri Junkyu dan duduk di kursi yang disediakan.

TO BETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang