15; Mendadak Simbiosis Mutualisme?
•chapter fifteen; start•
"Eungh~"
Samar-samar kedua mata Junkyu terbuka, dengan spontan tangannya meremas rambutnya kala rasa pening yang hebat menyerangnya. Bumi seakan berputar kencang hingga ringisan kesakitan keluar dari bibir Junkyu yang memucat.
Pandangannya semakin jelas, langit ruangan berwarna putih yang ia temukan. Dan aroma ruangan ini begitu akrab dengannya. Junkyu tersenyum di sela ringisannya, ia sudah kembali ke kamarnya.
Memejamkan mata beberapa saat sekedar meringankan pening yang melanda, Junkyu kembali menatap sekitar. Sepi, orang yang ia cari saat ini tidak ada disekitarnya. Kemudian ia merebahkan diri sepenuhnya dengan mata yang terpejam kembali.
Pukul berapa ini?
Mengingatnya membuat Junkyu mendecak lirih, membuka matanya untuk yang kesekian kalinya hanya untuk melihat pukul berapa saat ini.
Ditatapnya jam di atas meja dengan susah payah, jujur saja kepalanya terasa sangat berat.
Junkyu mendesah pelan, bel pulang sebentar lagi akan berbunyi.
Lama terdiam membuat ingatan Junkyu kembali terputar akan kejadian semalam yang menurutnya benar-benar tidak masuk akal dan sangat tak nyata.
Malam itu adalah kali pertama ia bertemu dengan hantu, dan itu jauh lebih menakutkan dari bayangannya meski ia tak benar-benar melihatnya dengan jelas.
Junkyu baru sadar jika kini ia tidak memakai baju atasan dan hanya memakai celana pendek selutut yang ia yakini milik Jeongwoo. Di seluruh tubuhnya kini banyak tertempel kain kasa yang memerah karena darah yang merembes.
Semalam adalah mimpi terburuknya.
Ia masih bisa merasakan sakitnya kala tubuhnya dilempar ke segala arah oleh sesosok yang bisa kita sebut hantu itu. Entah itu terkantuk kuat, tergores, bahkan Junkyu sempat berpikir tulang-tulangnya akan patah saat itu.
Namun ternyata tuhan masih menginginkannya hidup dengan baik kedepannya.
Kekehan kecil terdengar, memori semalam akan wajah sembab Jeongwoo yang begitu menggemaskan menggelitik perutnya. Dengan badan sebesar itu Jeongwoo masih tetaplah sesosok pemuda kecil, bukan?
Asyik mengingat memori semalam yang terasa begitu aneh, Junkyu segera menyadari ada sesuatu yang telah menghilang darinya. Semua ini terasa membingungkan hingga menghasilkan kerutan dalam di dahinya yang terluka.
Ia, hanya bisa mengingat sampai dimana Jeongwoo memintanya untuk tidak pergi. Dan setelahnya, Junkyu tidak bisa mengingat apapun. Hal aneh apa lagi ini yang sedang terjadi padanya?
"Gue... Setelah itu... Apa yang gue lakuin?" monolog Junkyu bertanya pada dirinya sendiri.
Sekuat apapun Junkyu berusaha mengingat, namun semua itu tetap berakhir sia-sia. Bahkan keringat sebesar biji jagung pun sama sekali tak bisa mengembalikan ingatannya.
Junkyu tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi saat ini.
Junkyu hanya bisa menghela nafas lelah dan kembali memejamkan matanya dengan sebelah tangan yang sibuk memijat pelipisnya pelan. Mungkin ia bisa menanyakannya pada Jeongwoo nanti 'kan? Dan itupun jika pemuda Park bersedia menjawabnya.
Bel pulang terdengar hingga ke kawasan asrama. Mengetahui hal itu seketika membuat Junkyu merasa sedikit antusias entah mengapa. Namun hanya satu nama yang terus terlintas di kepalanya,
tentu saja tak lain dan tak bukan adalah nama pemuda berusia 17 tahun yang merupakan teman sekamarnya.
Junkyu tidak tahu sejak kapan ia akan merasa tenang setidaknya sekali dalam sehari ia bisa melihat wajah tenang milik pemuda Park itu. Semua itu mengalir begitu saja tanpa ada yang menyadari.
KAMU SEDANG MEMBACA
TO BE
FanfictionJunkyu ingin tahu semuanya... Tapi, mengapa mereka bungkam? *** Junkyu adalah seorang siswa SMA berusia 21 tahun yang merupakan siswa baru di YG High School. Dari awal, ia sudah merasakan ada yang tidak beres dengan sekolah ini. Dan semua opini itu...