TO BE 2; 06

234 23 7
                                    

06; Kau Orang Pertama yang Akan Aku Salahkan!

•chapter six; start•

"Terkadang mama suka mikirin keadaan Jeongwoo, nak... Dia baik-baik aja kan?"

Junkyu menatap ibunya yang berdiri tepat di sampingnya, wanita paruh baya itu menatap penuh kekhawatiran ke arah Jeongwoo yang tengah berjongkok di hadapan makam ayahnya. Junkyu ikut menatap suaminya hingga helaan nafas terdengar darinya. Ditatapnya Lee Dam yang terlelap di dekapannya.

"Junkyu akan memastikan Jeongwoo selalu baik-baik aja ma." balasnya.

Nyonya Jung mengangguk, "Mama harap kamu bertanggung-jawab sama ucapan kamu saat ini Junkyu. Karena mama tau, kehidupan Jeongwoo memang berjalan seberat dan sesulit itu."

"Junkyu juga tau ma, Junkyu nggak akan melakukan hal yang membuat Jeongwoo sakit untuk kesekian kalinya. Sakit yang Jeongwoo rasakan di masa lalu nggak akan terjadi lagi, Junkyu sungguh-sungguh sama ucapan Junkyu." ujarnya.

Nyonya Jung seketika ingin menangis hanya dengan mengingat masa lalu kelam yang dilalui putra dan menantunya semasa berada di sekolah terkutuk itu, dan bukanlah ini salahnya?

"Maafin mama Junkyu." lirihnya hingga membuat sebelah alisnya terangkat.

"Buat apa?"

"Mama sama papa gagal menutupi identitas asli kamu di mata Tuan Park. Ini juga salah kita yang nggak tau apapun tentang darimana kamu berasal Junkyu. Sekali lagi maafin mama." ujar Nyonya Jung menahan sesak di tenggorokannya.

Junkyu diam, sebenarnya siapa yang menjadi seorang penjahat disini?

Semua ini tak akan terjadi, jika Junkyu tidak terlahir ke dunia. Apakah disini Junkyu adalah seorang penjahat yang menghancurkan kehidupan mereka? Tuan Park tidak akan membangkitkan ibu kandung Junkyu yang sudah mati dan membangun sekolah terkutuk itu jika Junkyu tidak lahir. Dan semua korban dari YG High School mungkin saja masih hidup jika sekolah itu tidak didirikan.

Bahkan bisa saja, keluarga Jeongwoo masih utuh saat ini. Tapi, jika Junkyu bisa memilih mungkin ia akan memutuskan untuk tidak dilahirkan saat ia tahu akan seperti ini jadinya.

Menatap berbagai makam yang pernah terjadi pemakaman secara massal disana, lihatlah betapa banyak korban dan pelaku dari sekolah bajingan yang telah diruntuhkan secara paksa itu. Seluruh tubuh Junkyu merinding, menyadari bahwa ia adalah salah satu biang kerok kematian mereka.

Junkyu terkejut kala sebuah tepukan mendarat di sebelah pundaknya, itu Jeongwoo yang sedang menatapnya bingung.

"Kamu kenapa?"

Gelengan terbata-bata terlihat, "Gapapa, kamu udah selesai?"

"Apanya?"

"Ngobrol sama ayah kamu."

"Sayang? Kamu beneran gapapa? Kita udah di rumah orang tua kamu loh?" balas Jeongwoo semakin bingung dan segera mengecek temperatur suhu kening suaminya.

Junkyu kembali terkejut, ada apa dengan dirinya?

Bukankah tadi mereka sedang berada di makam? Apa yang terjadi?

Jeongwoo menghela nafas, "Kamu dari tadi ngelamun terus sejak dari makam, kamu kayaknya lagi butuh istirahat. Tidur gih di kamar, aku mau bikin minuman dulu."

"Lee Dam mana?"

Jeongwoo menunjuk ke arah taman belakang, "Itu lagi main sama om-om nya."

Junkyu mengangguk dan segera berlalu menghampiri keramaian yang ada di taman belakang. Disana ada kakak iparnya, dan teman-temannya selama di YG High School; Yoshi, Junghwan dan Doyoung.

"Siniin anak gue." ujar Junkyu mengambil alih gendongan dari tangan Doyoung.

"Kan apa yang gue bilang, Lee Dam tuh mirip banget sama bang Junkyu. Ada wajah-wajah bang Jeongwoo juga." ujar Doyoung yang diangguki mereka.

"Bener, jangan-jangan ini beneran anak kalian?" tanya Yoshi terkejut.

Junghwan menggeplak lengan suaminya, "Gimana caranya? Orang sama-sama cowok."

"Ya siapa tau kan tanem rahim." bela Yoshi.

Junkyu terkekeh, "Intinya sekarang Lee Dam itu anak gue."

"Junkyu? Jeongwoo mana?" tanya Jaehyuk tak melihat atensi dari adiknya itu.

"Jeongwoo lagi di dapur bang, katanya mau bikin minuman." jelas Junkyu yang diangguki Jaehyuk.

Jaehyuk mendeham, "Jeongwoo udah ngasih tau kamu belum?"

Alis Junkyu menukik, "Ngasih tau apaan bang?"

"Katanya mau ngajak liburan di kota sebelah, terus tidurnya di rumah Jeongwoo yang dulu dikasih sama bokapnya." jawab Doyoung mewakili Jaehyuk.

"Maksudnya?"

Yoshi menjawab, "Kata Jeongwoo dulu tuan Park pernah ngasih rumah buat dia. Daripada enggak pernah dipake, mending liburan aja kesana."

"Bukan gitu, tapi harusnya kalian tau kan?" balas Junkyu sedikit meninggikan intonasinya.

"Kyu, setidaknya kamu dengerin dulu penjelasan Jeongwoo setelah ini." ujar Jaehyuk menengahi.

"Apanya yang harus didengerin? Kalian nggak inget yang udah terjadi di masa lalu sampe berlagak biasa aja kayak gini?" balas Junkyu terlihat sangat tidak setuju dengan apa yang didengarnya.

Junkyu menatap Jaehyuk dan Junghwan bergantian, "Terutama kalian, kalian nggak amnesia secara tiba-tiba kan?"

"Maksud kamu apa?" suara Jeongwoo terdengar.

Junkyu menyerahkan bayinya kepada Yoshi dan diterima baik oleh pria itu. Junkyu menatap suaminya, "Kamu yang kenapa? Buat apa ngusulin ide bodoh itu buat ngisi waktu liburan ini?"

"Ide bodoh apa? Kalo maksud kamu usulan aku buat nginep di rumah aku itu adalah ide bodoh, apa artinya kamu nggak percaya sama aku?" balas Jeongwoo.

"Bukan gitu, tapi harusnya kamu tau kan apa yang pernah terjadi di masa lalu?"

"Kamu mau ngeraguin ayah? Kamu ngeraguin keselamatan rumah yang diberikan seorang ayah buat anaknya? Kamu mikir gitu?" tanya Jeongwoo membuat Junkyu bungkam.

"Rumah itu nggak ada sangkut-pautnya sama hal-hal yang udah terjadi di masa lalu!" lanjut Jeongwoo.

"Darimana kamu bisa seyakin itu?"

"Ayah nggak sejahat itu!"

"Karena kamu anaknya!"

"Junkyu! Jaga bicara kamu!" tegur Jaehyuk yang ikut merasa sakit dengan ucapan Junkyu.

Suasana menjadi hening, terasa tak mengenakkan hingga membuat Lee Dam secara tiba-tiba menangis.

"Terserah maunya kamu gimana, kalo ada apa-apa kamu orang pertama yang akan aku salahin!" tegas Junkyu sebelum berlalu pergi dari sana dengan amarah yang menggebu-gebu.

"Biar gue yang ngatasin." ujar Yoshi ingin menyusul Junkyu namun ditahan oleh Jaehyuk.

"Jangan, emosi dia lagi enggak stabil."

Jeongwoo mengambil alih gendongan Lee Dam, menimang-nimang putranya dengan begitu lembut seolah tak terjadi apapun sebelumnya. Membuat hati Jaehyuk terenyuh melihatnya.

"Maafin bang Junkyu ya woo? Dia mungkin lagi banyak pikiran, lo juga tau kan dia dari tadi bengong sejak di makam?" ujar Doyoung.

"Gapapa bang, udah nggak usah dipikirin. Kalian istirahat aja, biar gue yang ngurus Lee Dam." balas Jeongwoo.

•chapter six; finish•

jangan lupa tekan vote dan tinggalkan komentar di sepanjang cerita.

ikuti akun penulis untuk mendapatkan kisah menarik lainnya.

Sabtu, 03 Agustus 2024

TO BETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang