TO BE; 26

507 86 3
                                    

26; Tragedi yang Akan Terulang Kembali

•chapter twenty six; start•

"Bang Junkyu!"

Bugh!!!

"Gue nggak ngelarang Lo untuk ngelakuin apapun selama ini. Tapi jangan harap Lo bisa nyentuh Junkyu sedikit pun!"

Junkyu berusaha menetralkan nafasnya yang benar-benar tersendat. Ditatapnya dengan tak percaya akan keberadaan pemuda yang merupakan penyelamat mautnya, untuk yang kedua kalinya. Matanya bergetar,

"J-jeongwoo..."

Dengan tubuh yang bergetar dan keringat yang bercucuran, Jeongwoo menahan makhluk yang hampir membuat nyawa Junkyu melayang itu. Sorot matanya menajam, meski air mata ketakutan itu tak pernah berhenti disana.

"Kalo Lo mau nyakitin Junkyu, langkahin mayat gue dulu..." tekan Jeongwoo.

"JEONGWOO!!! AKHHH!!!"

Jeongwoo menolehkan pandangannya ke arah dimana seharusnya Junkyu berada, namun di sana tak ada siapa-siapa. Yang kemudian disusul oleh suara pintu tertutup dengan begitu kencang. Begitu juga makhluk tadi yang secara tiba-tiba ikut menghilang.

"Hebat! Sangat hebat!"

suara bariton terdengar dari arah yang berbeda.

Jeongwoo menatap nyalang dimana Tuan Park berada. Pria paruh baya itu kini berdiri dengan kedua tangan yang tertaut di belakang tubuh tegapnya. Tak terkecuali keberadaan seseorang tepat di belakang Tuan Park, Watanabe Haruto.

"Junkyu-Lo itu emang keras kepala. Coba aja dia dengerin gue, dan hal ini nggak akan terjadi... Udah seharunya, Junkyu itu, mati." ujar Haruto dengan wajah angkuhnya.

"Lo—!!!"

"Jeongwoo, kamu bisa nggak sih jangan bikin Ayah pusing?" potong Tuan Park seraya memijat pelipisnya yang berdenyut.

Jeongwoo membuka mulutnya tak percaya akan apa yang di katakan sang Ayah,

"Jeongwoo nggak salah denger?... Justru selama ini Ayah yang selalu bikin Jeongwoo pusing! Ayah yang bikin semua ini kacau!"

"Jeongwoo, jaga omongan Lo!" bentak Haruto.

Jeongwoo yang mendengarnya menatap tajam ke arah Haruto, "Lo disini cuma anak asuh! Lo nggak berhak ngomong gitu ke gue yang jelas-jelas anak kandung!"

Haruto mendecih, "Anak kandung? Anak kandung yang justru mau jatuhin Ayahnya sendiri? Lo sehat?"

"Ayah? Ayah liat 'kan? Ayah liat gimana Haruto ngomong ke Jeongwoo?!" tanya Jeongwoo penuh amarah yang menggebu dengan telunjuknya yang mengarah pada Haruto.

"Yang diomongin Haruto nggak salah. Kamu emang bermaksud mau jatuhin Ayah 'kan?"

"Jeongwoo... Ayah tau sekarang kamu masih cukup labil dan denial untuk mutusin jawaban. Ayah masih berharap banyak buat kamu kedepannya..." balas Tuan Park yang justru semakin membuat api amarah Jeongwoo berkobar.

"Ayah bilang gitu karena Ayah nggak bisa naruh harapan ke Abang lagi 'kan?" tanya Jeongwoo berusaha menahan gejolak amarahnya. Namun kedua matanya tak henti menitihkan air mata, ia merasa kecewa.

Tuan Park menghela nafasnya cukup lama,

"Abang kamu itu udah nggak bisa ngapa-ngapain... Ayah nggak bisa maksa Abang kamu buat ngelanjutin mimpin sekolah ini. Kamu, harapan Ayah."

Haruto diam-diam mengangguk, "Gue disini cuma mau balas budi apa yang udah dilakuin Tuan Park di masa lalu. Dan Lo, seharusnya sadar diri buat nggak nyoba ngehianatin bokap kandung Lo."

TO BETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang