20; Kekhawatiran Junkyu untuk Jeongwoo
•chapter twenty; start•
"Astaga, Lo kenapa Jeongwoo?!"
Junkyu yang baru saja membuka pintu kamar membulatkan matanya terkejut mendapati Jeongwoo berdiri tepat di depan pintu dengan keadaan jauh dari kata baik-baik saja. Bahkan kini pemuda itu sudah ambruk di dalam dekapan Junkyu.
Jeongwoo sangat berantakan, pakaiannya sobek di bagian manapun hingga hampir terlepas dari tubuhnya. Bau anyir darah dan juga bercak-bercak merah cairan kental itu hampir menyelimuti seluruh tubuh Jeongwoo.
Apa yang terjadi dengan pemuda ini?
"Jeongwoo? Lo pingsan beneran? Eh anj*r, beneran nggak sih ini? Gue kagak di prank 'kan? Woi, bangun cil!" ujar Junkyu berusaha membangunkan Jeongwoo yang sama sekali tak berkutik di dekapannya.
"Yaelah, nyusahin bener nih bocil satu." gerutu Junkyu.
Dengan susah payah Junkyu berusaha menutup pintu kamarnya menggunakan kaki. Diceknya suhu tubuh Jeongwoo yang terasa begitu dingin, "Lo kenapa sih? Ini juga darah siapa, buset bau banget."
Junkyu segera menggendong Jeongwoo ala bridal style, setelah memastikan pemuda di dalam gendongannya nyaman Junkyu membawanya menuju ranjangnya sendiri. Ia akan merelakan kasurnya untuk malam ini.
Entahlah, melihat keadaan Jeongwoo membuat hatinya tercubit.
Sangat telaten, Junkyu membuka satu persatu pakaian Jeongwoo yang sangat kotor itu. Bau anyir darah membuatnya mual, namun sebisa mungkin Junkyu menahannya. Keadaan dan kondisi Jeongwoo adalah yang utama.
Kemeja Jeongwoo yang semula berwarna putih kini berubah warna menjadi merah kecoklatan yang begitu lusuh. Junkyu letakkan kemeja itu ke dalam tempat sampah yang sebelumnya ia ambil dari dekat kamar mandi. Kemeja itu sudah tak layak pakai.
"Ini... Mosok gue yang gantiin celananya?" tanya Junkyu pada dirinya sendiri. Mereka sesama lelaki, namun akan tetap ada batas bukan?
Junkyu mengusap surainya kebelakang karena frustasi, "Ini gue harus gimana yaelah? Nggak gue gantiin ntar kasian, kalo gue ganti ntar mata gue ternodai. Tapi... Nggak papa sih, orang gue juga punya aset sendiri."
Pada akhirnya Junkyu memilih untuk melepas celana Jeongwoo untuk membersihkan tubuh pemuda itu, meski beberapa kali ia harus menghela nafas tertekan karenanya. Ya bagaimanapun juga, Junkyu tak pernah melihat orang lain bertelanjang bulat di hadapannya sendiri.
Setelahnya, Junkyu berlari ke arah dapur untuk mengambil baskom yang kemudian ia isi dengan air hangat. Tak lupa ia juga mengambil handuk kecil dari lemari penyimpanan. Ia menggerutu pelan,
"Ini gue ngapa deg-degan nggak jelas sih? Mana tangan gue pada gemeteran..."
"Junkyu... Please, fokus." monolog Junkyu seraya menetralkan nafasnya perlahan.
Dirasa sudah tenang, Junkyu segera membawa barang-barang itu menuju ranjang dimana Jeongwoo terbaring tanpa sehelai kain apapun yang menutupinya. Kulit tan itu terlihat seksi dengan cahaya rembulan yang menyinarinya.
Junkyu menggeleng, "Nggak, Lo itu normal Junkyu! Astaga, ini ngapa pikiran gue ngeres banget disuguhi pemandangan begini."
Meninggalkan pikiran kotor yang sempat hinggap, Junkyu segera mengusap tubuh Jeongwoo dengan kain yang sudah ia basahi menggunakan air hangat. Ia benar-benar melakukannya dengan sangat lembut seakan Jeongwoo adalah benda amat berharga yang mudah rapuh.
Junkyu menghela nafas lega setelah acara membersihkan tubuh Jeongwoo selesai. Ia mengambil pakaian pemuda itu dari lemari dan memilihnya asal, "Eh ternyata si bocil punya hoodie kelinci, lucu."
Tanpa banyak basa-basi, Junkyu segera memakaikan seluruh pakaian Jeongwoo meski beberapa kali terdapat kendala saat ia melakukannya. Bagaimanapun juga tubuh Jeongwoo memang sebesar itu untuk ukuran anak seusianya.
Disekanya poni Jeongwoo yang menutupi sebagian wajah tampan dengan rahang tegas itu. Junkyu menarik ujung bibirnya hingga membentuk senyuman tipis yang teduh,
"Gue nggak tau apa yang terjadi sama Lo. Tapi, kenapa gue ngerasa sakit banget ngeliat Lo kayak tadi? Hati gue sakit."
Pipi yang sedikit berisi beberapa waktu akhir itu Junkyu usap lembut dengan ibu jarinya,
"Kenapa Lo nggak ngebiarin gue tau semuanya?... Lo tau? Itu bikin gue kesel dan marah di satu waktu. Tapi anehnya, gue nggak tega marah sama Lo...
Gue, kenapa?"
Kedua netra milik Junkyu menatap begitu teduh setiap detail wajah Jeongwoo yang sangat tenang. Kenapa matanya tidak bisa dialihkan dari pemuda berusia 17 tahun di hadapannya ini? Seolah, Jeongwoo telah menyihirnya saat ini.
"Ini Lo pingsan beneran apa tidur sih, cil?" tanya Junkyu tiba-tiba. Karena memang setenang itu seorang Park Jeongwoo yang kini terbaring di atas ranjang milik pria Kim ini.
Junkyu mengambil kotak P3K yang berada di atas nakas, punggung tangan Jeongwoo terluka. Seperti, luka goresan? Tapi ini lebih terlihat seperti luka cakaran.
"Ini kenapa lagi? Habis berantem sama anjing Lo? Mana rada dalem lukanya." gerutu Junkyu mulai mengobati luka-luka Jeongwoo dengan sangat telaten dan lembut.
Seusainya, Junkyu membalut luka-luka itu dengan kain kasa. Ia mendesah lega, "Selesai juga akhirnya..."
Junkyu segera membereskan semua peralatan yang ia gunakan untuk mengurus bayi besar di dalam tubuh kekar seorang Park Jeongwoo ini. Entah itu dari meletakkan baskom pada tempatnya, maupun memasukkan handuk kecil ke dalam keranjang pakaian kotor, hingga meletakkan tempat sampah di dekat kamar mandi.
"Besok hari minggu ya?" tanya Junkyu entah pada siapa, namun tatapannya tak beralih dari keberadaan Jeongwoo.
Pria Kim itu berjalan ke arah meja belajarnya dimana sebuah kalender berukuran tak lebih dari 20 cm berada. Netra tajamnya menatap lamat ke arah sebuah tanggal yang dilingkari oleh tinta hitam.
"Kurang dari 2 pekan lagi udah genap 2 bulan. Cepet banget perasaan." decih Junkyu tiba-tiba merasa kesal setelah melihat kalender dihadapannya.
"Watanabe... Haruto? Bener 'kan namanya Haruto? Marga dia... Watanabe?" gumamnya dengan sebelah alis yang terangkat seolah ia tak percaya dengan apa yang ia ketahui.
Arah pandangnya beralih menuju jendela kamar yang menampilkan langit yang gelap, bahkan ia tak bisa melihat satu pun bintang yang bersinar disana. Sama halnya dengan Junkyu, suasana hatinya sama gelapnya dengan langit malam ini.
"Kenapa... Gue jadi ngerasa ragu?" tanya Junkyu pada dirinya sendiri.
Junkyu menatap kedua telapak tangannya yang sedikit bergetar, "Kenapa gue jadi ngerasa ragu untuk pergi setelah tau bahwa banyak hal yang patut gue curigai disini?"
"Rasanya... Gue harus ngelakuin sesuatu atas hal ini." ujarnya seraya kembali menatap ke arah ranjang dimana Jeongwoo masih setia menutup matanya.
Senyuman terbit diwajahnya, "Dan, suatu hal lain yang nggak perlu lagi gue jelasin."
•chapter twenty; finish•
jangan lupa tekan vote dan tinggalkan komentar di sepanjang jalan cerita
ikuti akun penulis untuk mendapatkan kisah menarik lainnya
Rabu, 28 Juni 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
TO BE
FanfictionJunkyu ingin tahu semuanya... Tapi, mengapa mereka bungkam? *** Junkyu adalah seorang siswa SMA berusia 21 tahun yang merupakan siswa baru di YG High School. Dari awal, ia sudah merasakan ada yang tidak beres dengan sekolah ini. Dan semua opini itu...