TO BE 2; 03

255 22 5
                                    

03; Kita Masih Terlalu Muda, Bukan?

•chapter three; start•

"Berapa lama Lo mau tinggal di Korea? Setau gue, Lo bukannya udah menetap di Jepang, ya?"

Doyoung menjauhkan bibir cangkir dari wajahnya, meletakkan cangkir berisikan teh oolong di atas meja dengan begitu pelan. Sejenak menyesap bibirnya sendiri seraya mencerna pertanyaan yang baru saja Junghwan lontarkan padanya.

Doyoung kembali menatap pria yang lebih tua 1 tahun darinya itu dengan kening mengerut, "Belum ada rencana sih, bang. Meski gue udah sepenuhnya pindah kewarganegaraan, buat menetap di Jepang itu juga perlu dipikirin lagi..."

Junghwan merasa tertarik dengan pembicaraan mereka, "Kenapa gitu?"

Doyoung tertawa menanggapi pertanyaan Junghwan, "Disana gue sendirian."

"Keluarga nyokap Lo?"

"Udah nggak ada sejak nyokap meninggal." jelas Doyoung seraya menyalakan seputung rokok di ujung bibirnya.

"Udah paling bener lu disini aja." balas Junghwan tertawa kecil menatap ujung kakinya yang berada di bawah meja.

Junghwan menghela nafas, "Keluarga bisa ilang kalo orang tua kita udah nggak ada... Pengen ngelak, tapi kebanyakan gitu."

Doyoung mengangguk, "Mereka dateng karena ortu sih. Nggak ada yang bener-bener ngerangkul."

"Lo kenapa milih netap di Jepang?" tanya Junghwan menatap Doyoung dengan alis terangkat.

Pria berusia 28 tahun itu tertawa lirih, "Jalan yang gue pilih 12 tahun yang lalu sangat membekas buat gue... Dan itu nyiksa, bang."

"Gue kira dengan menghindar, semua bakal baik-baik aja... Ternyata semua itu semakin tersimpan di memori gue. Gue nyerah." sambung Doyoung, terlihat begitu pasrah.

"Trauma itu sukar disembuhin, mungkin bisa berkurang... Tapi, mereka bakal tetep tersimpan meski nggak diminta. Kejadian 12 tahun lalu bakal jadi mimpi terburuk semua orang, Doy..." balas Junghwan.

"Hm, gue ngerti..."

Junghwan dan Yoshi sudah menikah sejak 9 tahun yang lalu. Memilih menikah muda diusia mereka yang baru genap berkepala 2, nekat memang. Namun ternyata tak ada salahnya juga bagi mereka yang notabenya adalah pria pekerja keras. Lihatlah, bagaimana jumlah kekayaan mereka yang begitu fantastis di usia yang masih begitu muda.

Bahkan Doyoung pun ikut merasa bangga akan pencapaian dua pria ini.

Hampir 1 dekade mereka menikah, Doyoung agaknya sedikit terkejut akan kebenaran bahwa mereka belum juga berniat memiliki momongan di waktu dekat. Bukankah salah satu tujuan pernikahan adalah memiliki keturunan? Namun jawaban Yoshi memberikan sedikit pengertian bagi Doyoung.

"Gue sama Junghwan masih muda, masih kuat, dan tentu masih pengen ngehabisin waktu muda kita buat hal-hal yang kita sukai. Tanpa mikirin sosok anak kecil yang mungkin bisa dibilang anak kita suatu saat." ujar Yoshi seraya menyapukan sebuah warna di atas kanvasnya.

Ditatapnya sekilas Doyoung yang sedang menatap ke arah dimana pohon apel berada di taman belakang,

"Bro, ngurus anak nggak semudah apa yang Lo bayangin. Dan menurut gue maupun Junghwan, kita sama-sama masih belum siap buat punya momongan. Lagipun, bagi kita punya momongan bukanlah suatu hal yang harus kita lakuin."

Doyoung mengangguk di sela-sela penjelasan Yoshi.

"Gue sama Junghwan itu sama-sama cowok. Mungkin apa yang gue sama Junghwan pikirin tentang hal ini itu bisa dipatahin kalo misal salah satu dari kita ini cewek. Tapi? Kenyataannya gue sama suami gue itu cowok, dan cara berpikir kita pun pasti nggak akan jauh beda."

TO BETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang