TO BE 2; 04

314 26 7
                                    

04; Kecelakaan Tengah Malam yang Gelap

•chapter four; start•

"Gimana hasil ngobrol sama Bang Jaehyuk? Maaf tadi nggak bisa ikut nimbrung, kliennya rada bacot..."

Jeongwoo menolehkan kepalanya menatap Junkyu yang tengah fokus menyetir. Jeongwoo sebenarnya sedikit merutuki jalanan yang begitu gelap di hadapan mereka ini. Bahkan sepanjang jalan pun hanya dipenuhi oleh pepohonan di setiap sisinya.

Pria Park itu menghela nafas entah itu kabar baik atau buruk, "Bang Jaehyuk masih belum ngasih izin sepenuhnya..."

Junkyu tersenyum samar, "Kita masih terlalu muda, kan? Itu pasti kata Bang Jaehyuk."

"Itu alasan pertama. Dan yang kedua, Bang Jaehyuk justru takut kalo kita ujung-ujungnya ketika udah punya anak malah nggak punya waktu buat anak kita... Kita kan sama-sama orang sibuk." jelas Jeongwoo menatap ke arah luar jendela.

"Sebenarnya kesibukan kita masih bisa dikurangi, ya tapi emang takut kurang efektif aja sih." balas Junkyu yang diangguki sang suami.

Jeongwoo menatap yang lebih tua, "Kalopun misal dah siap, mau ngangkat anak?"

Junkyu membalas tatapan yang dilontarkan oleh Jeongwoo dengan alis menukik, "Ya iya..? Kok pertanyaannya aneh?"

"Nggak tanem rahim aja?"

Junkyu bahkan harus menginjak rem secara mendadak akibat terlalu terkejut dengan usulan yang baru saja suami mudanya ini lontarkan. Ditatapnya Jeongwoo dengan tatapan penuh kejut dan tak percaya,

"Kamu ngomong apa barusan?"

"Nggak mau tanem rahim aja? Biar aku yang tanem." jelas Jeongwoo tanpa rasa beban di wajahnya.

Junkyu berusaha mengendalikan keterkejutannya, "Dengerin aku, gini... Kamu tau kan banyak konsekuensinya kalo misal mau tanem rahim?"

"Kan nanti anak itu jadi darah daging kita, bukan orang lain..." ujar Jeongwoo mengajukan pembelaan.

"Untuk tanem rahim aku nggak akan setuju. Entah itu aku ataupun kamu, jawabanku enggak. Itu terlalu banyak konsekuensi, dan aku nggak akan biarin hal-hal buruk terjadi... Kamu paham, kan?" tegas Junkyu dengan penuh tekanan yang mengintimidasi.

"Kenapa gitu? Aku nggak bermaksud ngelawan kamu, tapi aku juga ada alasan kuat kenapa aku ngusulin buat tanem rahim." balas Jeongwoo.

"Apapun alasannya, aku nggak akan setuju."

"Tolong berpikir panjang, ini juga buat masa depan kita kan?"

"Apapun itu, kalo enggak ya enggak."

"Sayang-"

"Kalo tau gitu kenapa kamu nggak nikah aja sama cewek? Kita sama-sama cowok, dan tanem rahim itu bukan jalan yang baik buat kita dapetin keturunan!" potong Junkyu mulai termakan emosi.

Mobil itu kembali berjalan, dengan kecepatan yang menggambarkan emosi seorang Kim Junkyu yang menggebu-gebu.

"Aku cinta sama kamu."

"Tapi sikap kamu barusan nggak menggambarkan kalo kamu cinta sama aku, Park Jeongwoo. Kamu egois kalo masih mikir kayak gitu!" balas Junkyu.

"Aku punya alasan kuat buat ngelakuin hal ini."

"Nggak semuanya yang kamu mau itu harus keturutan!"

"BANG JUNKYU!"

Kedua mata dua pria ini melotot tak percaya, keheningan mencekam seketika mengambil alih setelah Junkyu menginjak remnya dengan sangat mendadak kala seorang wanita tengah menyeberangi jalanan gelap ini. Bahkan tanpa disadari Jeongwoo tengah mencengkram sebelah tangan Junkyu akan keterkejutan yang ia rasakan.

TO BETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang