TO BE; 34

547 82 15
                                    

34; Kenapa Harus Berakhir Seperti ini?

•chapter thirty four; start•

"Ayo, kita lakukan ritualnya sekarang."

Doyoung dan Junkyu kompak mendongakkan kepala dengan kedua mata yang membulat sempurna. Mereka tidak bodoh untuk mengartikan apa ritual yang dimaksud oleh Tuan Park. Tak lain lagi, adalah ritual kematian mereka.

Netra berkaca-kaca milik Doyoung menatap penuh harap ke arah Haruto yang justru setia dengan wajah datarnya. Seperti, Haruto tidak peduli akan apa yang terjadi padanya.

Ada apa dengan pemuda itu?

Sedangkan Junkyu menatap lekat ke arah tubuh Jeongwoo yang masih tumbang di atas lantai, "JEONGWOO!!! BANGUN LO!!! LO NGGAK AKAN BIARIN GUE MATI 'KAN?!! BANGUN!!!"

"LO YANG BILANG GUE HARUS TETEP STAY SAMA LO!!! TERUS SEKARANG LO NGAPA TIDUR DI LANTAI?!! BANGUN!!!" teriaknya.

Perlahan, sebuah api mulai merambat di tepian lantai yang melingkar dimana ketiga pria itu berada. Udara panas terasa pada atmosfer ruangan yang tertutup ini. Bahkan keringat sebesar biji jagung pun perlahan membasahi seluruh tubuh Junkyu dan Doyoung.

"LU SEMUA ANJ*NG!!! GUE SUMPAHIN INI SEKOLAH BAKAL ANCUR!!!" teriak Junkyu ditengah kegaduhan.

Tuan Park menaiki sebuah mimbar, bersamaan sesosok makhluk yang kini memasuki lingkaran api. Pria tua itu menatap lurus ke arah dimana lukisan sesosok Raja iblis terpampang jelas. Ia tersenyum formal dan membungkukkan badannya sejenak sebagai penghormatan.

Diambilnya tumpukan dupa dari sebuah kotak yang kemudian ia nyalakan dengan api. Dimasukkannya dupa yang sudah menyala itu ke dalam guci kecil di atas nampan berbahan emas. Tak lupa, ia siramkan minyak ke dalam api yang menyala besar di hadapannya.

Sedangkan disisi lain, Junkyu dan Doyoung bergetar hebat kala dihadapan mereka adalah sesosok makhluk besar berwajah buruk dan menyeramkan. Suara geraman rendah itu berhasil membuat bulu kuduk mereka berdiri serentak.

"Kalian... Akan mati. Hah!!!"

Tubuh Junkyu dibanting keras oleh makhluk itu hingga membuat hidungnya yang terkantuk mengeluarkan darah segar. Diseretnya kembali tanpa mempedulikan teriakan yang tentu berasal dari pria Kim itu. Bahkan kini Junkyu hanya bisa berpasrah jika memang ini adalah akhir hidupnya.

Tak hanya Junkyu, Doyoung juga memiliki nasib yang sama. Doyoung rasa pun mungkin kini tulang kakinya telah patah akibat bantingan sesosok makhluk tadi.

Kedua mata Junkyu sayup-sayup tertutup setelah bantingan yang ia dapat, nafasnya tersengal-sengal dengan senyum pasrahnya. Dadanya terasa sangat sakit, ia bisa merasakan darah di tenggorokannya.

Yang bisa ia lihat kini adalah sesosok Jeongwoo yang masih memejamkan mata jauh dihadapannya.

Junkyu tersenyum bersamaan air mata yang mengalir di ujung matanya, "J-jeongwoo... L-lo, harus tau... Uhuk, g-gue s-sayang-"

Tubuh Junkyu kembali di banting ke arah lain. Kini ia terlentang dengan darah yang mengalir dimana-mana. Langit ruangan gelap, itu yang bisa ia lihat. Namun anehnya, ia bisa melihat wajah Jeongwoo di atas sana.

Bagaimana bisa wajah itu berada disana?

Dengan sekuat tenaga ia mengangkat tangannya ingin meraih wajah yang sedang ia rindukan saat ini. Sedih, kecewa, amarah, semua itu tercampur menjadi satu membuat perasaan Junkyu sesak. Senyuman miris itu tak pernah luntur, Junkyu hanya ingin tersenyum.

Di sisa hidupnya. Tangannya kembali runtuh.

Dan, Junkyu bisa melihat bagaimana sesosok makhluk itu berlari ke arahnya dengan sebuah balok yang siap menghancurkan tempurung kepalanya. Ia memejamkan matanya sangat erat,

TO BETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang