TO BE; 03

835 107 2
                                    

03; Asrama Baru Junkyu

•chapter three; start•

"Junkyu, kamu baik-baik ya disini... Jangan nyusahin lagi. Nanti kamu kalo ada apa-apa langsung telfon mama, ya? Duh, mama jadi nggak tega ninggalin kamu... Mama mau nangis aja rasanya... Junkyu, mama sayang banget sama kamu. Baik-baik ya, nak..."

Junkyu hanya bisa menghela nafas seraya membalas pelukan Nyonya Jung yang sudah menangis hingga membuat baju dibagian dadanya basah karena air mata.

Sudah 5 menit agaknya mereka berpelukan dengan Nyonya Jung yang menangis di dalamnya. Junkyu bahkan hanya bisa menunggu kepekaan sang ayah yang memang tidak peka itu.

Junkyu menepuk punggung sempit ibunya beberapa kali, "Ma, udah nangisnya. Ini Junkyu mau masuk dulu. Dilanjut nanti lagi nangisnya. Ntar kalo nangis biar masih ada air matanya."

Hingga akhirnya Nyonya Jung pun melepaskan pelukannya yang membuat Junkyu bersorak di dalam hati. Wajah cantik wanita paruh baya itu sudah berubah membengkak akibat terlalu banyak menangis.

"Tuh mukanya jadi jelek habis nangis." ujar Junkyu yang mendapat tabokan penuh kasih sayang dari Nyonya Jung.

Junkyu hanya terkekeh membalasnya, "Pa, ini istrinya ditenangin gih. Heran gue, ada ya cowok udah beristri yang nggak sepeka papa?"

"Nggak peka-peka gini papa udah beristri. Lah situ? Udah punya istri belom?" muncul lah jiwa-jiwa julit dari diri Tuan Kim yang pastinya ditularkan oleh sang istri, Nyonya Jung.

Junkyu hanya bisa mendengus lelah mendengarnya, "Om-om bau tanah memang beda. Dah sana pulang, Junkyu juga mau beres-beres ini."

Nyonya Jung kembali terisak, "Sayang, Junkyu udah gede ya? Hiks udah makin mirip kamu aja ngeselinnya."

Tuan Kim mendelik tak terima. Namun karena ia begitu mencintai sang istri, ia hanya bisa tersenyum seraya mengangguk mengiyakan. Junkyu rasanya ingin menyemburkan tawa kencang nan laknatnya ini di hadapan wajah sang ayah.

Namun ia tahan, ia takut dicap sebagai anak durhaka.

"BUCIN!!!" pada akhirnya Junkyu tetap menertawakan sang ayah.

"Sabar gue mah..." gumam Tuan Kim seraya mengusap dadanya beberapa kali.

Junkyu menghentikan tawanya, kini ia berjalan mundur sedikit dan membungkuk dalam sebagai penghormatan kepada kedua orang tuanya, Junkyu kembali tersenyum.

"Junkyu masuk dulu. Papa sama mama hati-hati di jalan. Ntar kalo kangen di pending dulu sampe Junkyu yang nelfon duluan. Takutnya ntar Junkyu lagi sibuk. Widih, sibuk nih ye." ujar Junkyu sedikit mengesalkan di bagian akhir.

"Iya, kamu juga baik-baik disini. Jangan bikin onar lagi, papa mama serius udah capek mindah-mindahin sekolah kamu kesana kemari..." ujar Tuan Kim mengeluarkan unek-unek terdalamnya.

"Iya-iya, tapi nggak janji loh ya..."

"Junkyu."

"Iya-iya. Tapi bener, Junkyu nggak bisa janji loh ma." ujar Junkyu.

Tetapi memang seperti itu sebenarnya tujuan Junkyu. Ia akan berusaha agar ia segera dikeluarkan dari sekolah yang bersistem asrama ini setidaknya dalam kurun 2 bulan.

"Ya udah terserah. Tapi usahain jangan bikin onar. Dah sana masuk, itu bapak-bapaknya udah nungguin kamu itu... Kasian kalo kelamaan ntar lumutan." ujar Tuan Kim.

"Iya pa. Kalian juga sana pulang." balas Junkyu seraya berjalan meninggalkan kedua orang tuanya yang mulai memasuki mobil.

Junkyu menghentikan jalannya sejenak, melihat kepergian mobil kedua orang tuanya yang sudah berlalu menuju gerbang utama. Senyum tipis terbit di wajah tampannya kala mobil itu sudah tak dapat ia lihat lagi.

TO BETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang