TO BE; 28

495 83 2
                                    

28; Rangkaian Perpisahan Dua Sejoli

•chapter twenty eight; start•

Hyunsuk menatap lamat ke arah Jihoon yang masih terbaring lemah di atas brankar bersama begitu banyak alat penunjang hidup yang tertempel di seluruh tubuhnya. Tangannya mengepal erat hingga membuatnya bergetar.

"Seharusnya Lo nggak ada disini, Jihoon..." lirih Hyunsuk menyendu.

"Maaf... Maafin gue..." lanjutnya dengan nada yang bergetar.

Dengan langkah yang terasa begitu lambat dan berat, Hyunsuk menghampiri brankar Jihoon. Ditatapnya dengan air mata yang mengalir deras bagaimana keadaan kesayangannya yang jauh dari kata baik-baik saja.

Hyunsuk menghela nafas kala merasakan nafasnya tersendat karena tangis,

"Ji... Maafin gue... Gue bener-bener minta maaf."

Sebelah tangan Hyunseok yang bebas dari senapan terangkat. Perlahan meraih salah satu alat bantu pernafasan yang terpasang di wajah Jihoon dengan tangan yang bergetar hebat. Air mata tak berhenti mengalir membasahi wajahnya dan juga pakaiannya.

"Maaf..." lirihnya seraya melepaskan alat bantu pernafasan milik Jihoon dengan sekali hentakkan.

Benar saja, selang beberapa saat alat pendeteksi jantung disana berbunyi nyaring bersamaan dada Jihoon yang tak lagi bergerak naik turun. Sebuah garis lurus terpampang jelas disana yang semakin membuat dada Hyunsuk merasa sakit.

Apakah ia baru saja membunuh kekasih hatinya?

Kekuatan Hyunsuk meluruh, tangisnya meledak, bahkan senapan yang ia bawa kini sudah tergeletak begitu saja di atas lantai. Tangannya kini meremas kuat rambutnya kala rasa penyesalan itu begitu besar telah menyakitinya.

Dipeluknya tubuh yang sudah tak bernyawa itu begitu erat, sangat erat,

"Jihoon... Hiks m-maafin gue... G-gue sayang sama Lo... Gue sayang banget sama Lo... Gue cinta sama Lo! Gue cinta sama Lo, Park Jihoon!"

"Gue cinta sama Lo, Gue cinta banget sama Lo Park Jihoon..."

"Maafin gue..." lirih Hyunsuk membenamkan wajahnya pada ceruk leher Jihoon.

"Jihoon... Ayo kita hiks ketemu lagi di kehidupan yang selanjutnya... Disana, gue akan jadiin Lo milik gue selamanya..." ujarnya dengan suara teredam.

Lama menangis, Hyunsuk kembali menegakkan tubuhnya. Ditatapnya dengan lamat namun raut wajahnya menjadi datar. Wajahnya sembab, air mata itu tak dapat ia hentikan dengan paksa.

Diangkatnya senapan yang ia bawa, tanpa berkedip Hyunsuk meluncurkan beberapa peluru yang ia arahkan menuju Jihoon. Semua bercak darah itu mengotorinya, meninggalkan rasa sesak yang teramat pada dada Hyunsuk.

Hyunsuk menjatuhkan senapannya asal di atas lantai, menatap kosong ke arah Jihoon yang sudah dilumuri oleh darah. Tubuhnya jatuh bersimpuh dengan kepala yang menunduk dalam. Kedua matanya memejam erat dengan tangan yang terus memukuli dadanya.

"Hyunsuk, ayo kita pergi dari sini." ujar salah satu rekan Hyunsuk yang tak lain lagi adalah anggota bagian keamanan seperti pria Choi ini.

"Sebentar, kasih gue waktu sebentar..." lirih Hyunseok yang dituruti oleh sang rekan.

Hyunsuk merangkak ke arah brankar, meraih tangan dingin Jihoon dengan begitu lembut seolah Jihoon adalah barang mewah yang mudah rapuh. Dikecupnya berulang kali punggung tangan sang empu, dan dibawanya menuju sebelah pipi untuk Hyunsuk dekap.

"Lo... Udah nggak ngerasa sakit lagi?" tanya Hyunsuk bodoh.

Tangannya ia bawa untuk menyeka poni Jihoon yang menutupi sebagian wajah pria Park itu. Kedua mata itu tak akan pernah terbuka lagi, Hyunsuk tak akan bisa menikmati netra indah milik pemuda ini untuk kedepannya.

TO BETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang