TO BE; 24

525 85 6
                                    

24; Junkyu dan Jihoon Itu Berbeda!

•chapter twenty four; start•

Jihoon dinyatakan koma.

Pemuda Park itu kini terbaring lemah di atas brankar dengan banyak alat penunjang hidupnya yang tertempel di seluruh tubuhnya.

Seperti yang dikatakan dokter, Jihoon mengalami cedera kepala besar sehingga mengakibatkan pembengkakan dan pendarahan pada otaknya. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya penekanan pada batang otak sehingga merusak bagian otak yang berfungsi untuk mengatur kesadarannya.

Junkyu menatap tubuh lemah milik Jihoon dari balik kaca dengan darah Jihoon yang belum ia bersihkan di seragamnya. Yoshi ikut bergabung setelah mengajukan izin untuk tidak mengikuti kelas hari ini.

"Gue bukan Jihoon." ujar Junkyu tiba-tiba.

Yoshi menatap yang lebih tua dengan penuh tanya.

"Jangan samain gue kayak Jihoon. Kita beda." lanjut Junkyu dengan nada suara yang sedikit bergetar.

"Kalian berusaha biar gue nggak tau apa-apa, karena kalian takut gue berakhir kaya Jihoon 'kan?" tanya Junkyu.

"Bang..."

Junkyu menatap Yoshi dengan senyum miringnya,

"Tadinya gue mau marah sama kalian... Tapi enggak, meskipun kalian udah ngehilangin kepercayaan gue."

"Maaf..."

"Karena masa lalu Jihoon yang nggak jauh beda dari gue, bukan berarti nasib gue bakal berakhir kayak dia." lanjut Junkyu yang semakin membuat Yoshi merasa bersalah.

Junkyu kembali menatap Jihoon kemudian menghela nafas lelah,

"Tujuan kalian nggak salah. Kalian cuma mau ngelindungin gue 'kan? Meski setelah ngelindungin gue, kalian bakal menggunakan gue sebagai jembatan yang akan kalian lewatin."

"Bukan gitu, bang..."

"It's fine, gue paham. Jihoon udah ngomong sama gue. Kalian, sebenernya pengen keluar dari sini juga 'kan? Cuma kalian nggak punya kuasa buat ngelakuin itu." ujar Junkyu yang berhasil mencekat Yoshi.

Junkyu mengangguk pelan entah untuk apa, "Dan setelah ngeliat gue, kalian ngerasa punya senjata kuat?"

"Bang."

"Gue belom selesai ngomong... Bagus sih rencana yang udah kalian bikin di belakang gue, tapi nggak semudah itu juga. Gue nggak akan ngelakuin apapun tanpa alasan." jelas Junkyu seraya menaikkan sebelah alisnya.

"Dan alasan itu yang harus gue cari disini sebelum gue pergi. Dengan kalian berusaha sekuat apapun nyembunyiin itu semua, jangan harap gue bakal berhenti. Gue nggak akan ngehancurin rencana gue sendiri cuma karena larangan kalian..." lanjut Junkyu.

"Are you understand? Gue harap Lo paham sama yang gue omongin. Gue nggak takut." ujar Junkyu seraya menepuk pundak Yoshi beberapa kali.

Junkyu kembali menatap Jihoon yang berada di dalam sana,

"Pertanyaan gue sekarang tambah... Emang, sebesar apa sih kesalahan yang Jihoon perbuat? Sampe mereka rela berusaha ngebunuh dia gara-gara itu?"

"Bang? Dia cerita semuanya?" tanya Yoshi terkejut.

Junkyu menggeleng,

"Dia cuma cerita alasan dia jadi kayak gini."

Yoshi hanya terdiam. Pemuda itu tetap diam bahkan ketika Junkyu sudah berlalu pergi meninggalkannya sendiri. Ditatapnya Jihoon yang masih enggan membuka matanya, seketika air mata mula mengumpul di pelupuk. Dadanya terasa sesak, hatinya tercubit.

TO BETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang