TO BE; 32

511 83 5
                                    

32; Ruang Sidang Menuju Neraka

•chapter thirty two; start•

"Buka pintunya."

Haruto membungkuk sejenak dan segera melaksanakan perintah Tuan Park untuk membuka pintu ruangan. Sebuah ruang bawah tanah yang hanya diketahui oleh orang-orang terpecaya disana. Tak terkecuali Hyunsuk yang merupakan salah satu bagian keamanan dari alumni.

Pintu itu terbuka lebar. Memperlihatkan bagaimana rupa ruangan yang digadang-gadang sebagai tempat penuh rahasia ini. Terlihat seperti aula dengan lantai bagian tengah berbentuk melingkar sempurna. Dikelilingi oleh lantai bertingkat yang difungsikan sebagai tempat duduk entah akan diisi oleh siapa.

Tuan Park melangkah masuk diikuti Haruto dan para anak buahnya di belakangnya. Berjalan penuh keangkuhan menuju kursi kekuasaannya yang mengarah langsung menuju lantai tengah. Yang tentunya tetap dikawal oleh Haruto di samping kanan singgasananya.

Tuan Park menatap Haruto, "Kamu nggak papa, nak?"

Haruto terdiam sejenak sebelum mengangguk pelan, "Nggak papa, Ayah. Ini udah mendingan."

Ujar Haruto seraya menyentuh perban yang menutupi sebelah matanya. Terpaksa pemuda Watanabe ini harus kehilangan satu matanya karena ulah Junkyu yang menancapkan pisau disana.

"Syukurlah kalo gitu..." balas Tuan Park kembali menatap ke arah depan. Meninggalkan senyum tipis di wajah Haruto yang sebenarnya terlihat lebih lesu saat ini.

Lama menunggu, akhirnya ruangan itu begitu ramai. Dipenuhi oleh berbagai makhluk aneh yang tak lagi menakutkan bagi para manusia-manusia disana. Mereka bersama menunggu, menunggu kedatangan korban yang akan diperlihatkan kematiannya.

Sedari tadi tangan Haruto bergerak gelisah di belakang punggungnya. Keringat dingin tak berhenti mengalir membasahi seluruh tubuhnya bersama jantung yang berdegup begitu kencang. Sorot matanya tak berhenti menatap pintu utama dengan perasaan khawatir.

Doyoung tidak akan datang 'kan? Harapnya.

Dalam jarak beberapa meter dari sana, seluruh makhluk di ruangan bisa mendengar suara teriakan memberontak yang tak lain berasal dari tahanan mereka saat ini. Benar saja, 2 pria dan seorang mayat di arak masuk oleh para bagian keamanan kemudian mereka letakkan di atas lantai yang melingkar.

Junkyu mengedarkan pandangannya, menyapu setiap sudut ruangan yang dipenuhi makhluk-makhluk aneh nan buruk rupa. Nafasnya tersengal-sengal, tubuhnya bergetar, ketakutan macam apa yang sedang ia rasakan ini?

Dan, dimana Jeongwoo?

Tak jauh berbeda dengan Junkyu, kini sorot mata Doyoung menajam ke arah Haruto yang justru hanya bisa diam terpaku membalas tatapannya. Mata memerah Doyoung bergetar dengan air mata yang siap meleleh membasahi wajah penuh lukanya.

Ia kecewa, sangat.

Tangan Haruto mengepal, menahan rasa sakit yang mendera di dalam dadanya kala merasakan kekecewaan besar dari tatapan Doyoung. Bahkan mata itu kini sudah mengeluarkan air mata tanpa isakan.

"Kim Doyoung? Benar nama kamu Kim Doyoung?" pertanyaan itu terlontar dari Tuan Park yang menggelegar ke seluruh penjuru ruangan.

Tak ada jawaban. Sang empu dari nama masih terdiam dengan raut wajah keras memendam banyak amarah yang tak dapat diutarakan. Hal itu membuat Tuan Park tertawa keras.

"Hamada Asahi? Saudara kamu 'kan? Satu ibu beda Ayah... Perbedaan marga kalian sempet bikin saya terkecoh, nak Doyoung..." ujar Tuan Park yang dibalas tatapan tajam oleh sang lawan bicara.

TO BETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang