TO BE; 25

558 80 0
                                    

25; Langkah Besar yang Junkyu Ambil

•chapter twenty five; start•

Junkyu menatap bangunan di hadapannya ini di tengah kegelapan malam yang hanya diterangi oleh cahaya rembulan. Bangunan yang merupakan tempat terakhir kala ia hampir kehilangan nyawanya, pusat pengasuhan.

Ia membalikkan badannya, melihat gedung asrama dari kejauhan dengan perasaan yang begitu campur aduk. Tangannya memegang dada kirinya dan kembali merasakan degup jantungnya. Seluruh tubuhnya panas dingin,

ada apa ini?

Sedangkan di sisi lain, Jeongwoo duduk di dekat jendela dengan tatapan yang menyendu dan kosong. Ranjang Junkyu itu tanpa pemilik, dan ia akan membiarkannya malam ini. Setidaknya ia tetap berjaga dengan buku dan juga pena ditangannya.

Junkyu yang diam-diam pergi untuk mencari tahu, dan Jeongwoo yang juga diam-diam melihatnya dari kejauhan.

Jeongwoo berusaha menetralkan nafasnya yang tak beraturan, "Lo, jangan ganggu dia malem ini."

"Tuan Park tidak akan menyukai ini..."

Tepat dibelakang Jeongwoo, terdapat sesosok makhluk tengah berdiri menatap keluar jendela seperti halnya yang dilakukan pemuda Park ini.

"Dan gue juga nggak suka apa yang bokap gue lakuin." balas Jeongwoo mengeratkan genggamannya pada pena itu.

"Lo... Yang nyoba bunuh Bang Jihoon, 'kan?" tanya Jeongwoo dengan suara yang bergetar. Kedua matanya kembali berkaca-kaca dengan ketakutan yang begitu besar.

Sebuah tangan busuk itu kembali merambat ke arah leher hingga dagu Jungwoo dengan begitu pelan,

"Dia... Melewati batas yang sudah ditentukan. Dan dia sudah seharusnya untuk tiada. Tapi, pria Kim itu menyelamatkannya..."

"Kamu? Menyukai seorang malaikat, sedangkan dirimu hanya seorang iblis?" tawa yang terdengar tak nyata itu menggelegar memekakkan telinga Jeongwoo.

Jeongwoo memejamkan matanya erat, "Lo cuma demit belagu amat."

Tak ada jawaban, justru tangan lain kini ikut merambat menyentuh setiap jengkal tubuh Jeongwoo yang jelas-jelas bergetar cukup hebat. Apakah makhluk ini sengaja ingin memperlihatkan diri bahwa ia lebih unggul dari pemuda Park itu?

Tangan berlendir itu menarik dagu Jeongwoo hingga netra serigala miliknya kini menatap cermin. Secara tidak langsung makhluk itu meminta Jeongwoo untuk menatapnya. Kedua bola mata pemuda itu bergetar, ia ingin berteriak namun suaranya seperti tertahan di tenggorokannya.

Kedua mata merah menyala itu terus menatap mata Jeongwoo dengan lebar bersama darah-darah yang tak berhenti mengalir dari sana, bahkan darah itu telah mengotori pakaian Jeongwoo. Rambut panjang yang mengembang, menambah aura mencekam dari makhluk yang kini memeluk tubuh Jeongwoo.

"Kamu, melihatku?"

Tenggorokan Jeongwoo terasa tercekat, bahkan tubuhnya bergetar tak terkendali. Seluruh bulu kuduknya meremang akan ketakutan yang kian menjadi. Suatu pemandangan yang membuat tawa makhluk itu semakin menggelegar.

Wajah yang sangat hancur itu perlahan mengambil seluruh atensi Jeongwoo. Senyuman lebar hingga menembus telinga adalah pemandangan yang kini Jeongwoo lihat.

"Aku... Tidak akan melepaskan pria Kim itu."

Itu adalah kalimat terakhir yang Jeongwoo dengar sebelum makhluk itu tiba-tiba menghilang dari hadapannya. Seluruh tubuhnya kini melemah, bahkan rasanya semua tulangnya sudah melebur tak berbentuk. Air mata segera mengalir deras bersama getaran di seluruh tubuhnya yang tak terkendali.

TO BETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang