TO BE; 21

558 86 0
                                    

21; Kekecewaan Besar Kim Junkyu

•chapter twenty one; start•

Jeongwoo membuka matanya. Hal yang pertama kali lihat adalah langit ruangan berwarna putih yang terdapat sarang laba-laba di beberapa bagiannya.

"Gue, udah pulang..." lirih Jeongwoo merasa lega.

Ia mengalihkan pandangannya ke arah dimana sesuatu berambut hitam kecoklatan beraroma khas seorang pria menindih sebelah lengannya. Junkyu masih setia memejamkan matanya setelah tertidur dengan posisi terduduk memanfaatkan lengan Jeongwoo sebagai bantalan.

Dengan amat hati-hati, Jeongwoo mengubah posisi tidurnya menjadi miring hingga wajahnya berjarak begitu dekat dengan wajah Junkyu yang terlihat begitu tenang. Hidung mereka hampir bersentuhan satu sama lain, Jeongwoo bisa merasakan nafas lembut Junkyu menerpa wajahnya.

Lengannya yang terbebas, ia bawa untuk mengusap pipi Junkyu yang entah mengapa semakin terlihat tirus, membuat rahang pria Kim ini menjadi semakin tegas. Dan Jeongwoo menyukainya,

ciptaan tuhan begitu indah, bukan?

"Mimpi apa gue semalem sampe disuguhi pemandangan di pagi hari kayak gini? Kan gue nya jadi enak." gumam Jeongwoo menatap setiap detail wajah yang masih terlelap ini.

"Lucu banget bulu matanya gundul." ujar Jeongwoo terkekeh pelan.

Jari Jeongwoo terus berkeliaran di wajah Junkyu. Entah itu dari mata, hidung, pipi, hingga bibir kering yang tak mengurangi kadar ketampanan seorang Kim Junkyu. Jari Jeongwoo berhenti di bibir bagian bawah Junkyu, merasakan suatu sengatan aneh yang berhasil membuat tubuhnya menghangat seketika.

"Pernah ciuman pasti. Orang kayak gini kok nggak pernah ciuman, mustahil. Mana mukanya halal banget buat dihujat." ujar Jeongwoo tak berhenti mengusap-usap bibir bagian bawah Junkyu.

"Gue nggak pernah ciuman."

suara serak yang terdengar begitu berat itu terdengar.

Kedua mata Junkyu secara tiba-tiba terbuka dan langsung menatap ke arah mata serigala Jeongwoo yang membulat karena terkejut. Bukannya segera bangun, Junkyu justru tetap berada di posisinya seraya menatap lekat wajah Jeongwoo yang mulai rileks.

"Gue kebetulan jomblo dari lahir. Gue nggak tertarik sama percintaan."

"Nggak percaya gue, bang. Muka Lo mirip om-om pedo soalnya."

"Si anj*ng." gerutu Junkyu seraya mencubit hidung bangir milik Jeongwoo gemas.

"Semalem Lo kemana? Mentang-mentang anak kepala sekolah, Lo jadi bebas gitu keluar masuk di atas jam 9? Lo yang ilang, gue yang ketar-ketir ya, nj*r." tanya Junkyu, nadanya masih terdengar mengantuk.

"Yang penting sekarang gue udah disini, 'kan?" ujar Jeongwoo disertai senyum tengilnya yang hanya dibalas dengusan malas dari Junkyu.

"Lo... Kenapa? Dan semalem darah siapa? Lo berantem sama siapa sampe kacau begitu? Mana pingsan lagi, nyusahin." tanya Junkyu berturut-turut.

"Gue nggak papa, bang. Santai aja." balas Jeongwoo seraya bangkit dari ranjang tiba-tiba.

Junkyu juga ikut menegakkan lehernya, tatapannya terus mengekor kemana atensi seorang Jeongwoo berada. Ia terlihat kecewa, "Jeongwoo, Lo nggak bisa bohong sama gue. Sampe kapan Lo mau kayak gini? Sampe kapan Lo mau bohongin gue?"

"Bang."

"Hm? Gue nanya sama Lo, Jeongwoo."

"Lo kenapa sih, bang?"

TO BETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang