TO BE; 19

532 83 0
                                    

19; Penjaga Bungsu Kiriman Tuan Park

•chapter nineteen; start•

"Maaf...

Gue, sayang Lo."

Jihoon menatap Hyunsuk dengan raut wajah yang keras. Entah mengapa ia justru merasa semakin membenci pria itu setelah mendengar pernyataan darinya.

Hyunsuk menelan ludahnya menatap Jihoon dalam, "Gue, sayang, sama Lo, Park Jihoon..."

Pandangan Jihoon semakin buram akan air mata yang mulai memenuhi pandangannya. Hatinya kian sesak hingga menimbulkan rasa sesak di dadanya.

"Maaf..."

"Tai Lo, bangs*t!" umpat Jihoon seraya meninggalkan tempat itu dengan penuh kemarahan yang menggebu.

Melahirkan suasana hening setelah kepergiannya yang begitu tiba-tiba itu. Dan juga rasa bersalah yang kian tumbuh begitu dalam di relung hati Hyunsuk yang masih setia terdiam disana. Sebesar itukah dampak dari apa yang ia lakukan kepada Jihoon?

"Bang... Udah, jangan terlalu dipikirin. Mungkin mood Jihoon emang lagi nggak stabil..." ujar Yoshi bermaksud menenangkan.

"Gue, nggak bisa..."

"Dia, dia udah terlalu hancur karena gue... Gue, adalah cowok paling brengsek yang pernah ada..." lirih Hyunsuk.

Hyunsuk mengusap wajahnya kasar,

"Bener kata Jihoon, gue adalah mimpi terburuk yang dia punya. Emang seburuk itu gue..."

"Gue, seharusnya nggak masuk ke dalam hidupnya..." lirih Hyunsuk membersitkan hidungnya pelan.

"Bang, yang udah berlalu biarin berlalu... Lo juga nggak sepenuhnya salah disini." ujar Junghwan mengusap punggung sempit milik Hyunsuk yang sedang membungkuk.

"Gue nggak bisa, Junghwan... Setiap ngeliat mata Jihoon, gue pasti selalu keinget kejadian itu. Dan itu ngebuat hati gue sakit... Gue udah nyakitin dia, gue udah ngehancurin kehidupan dia..." balas Hyunsuk dengan suara bergetar.

"Nanti gue nyoba buat ngobrol sama Jihoon, bang." ujar Yoshi yang hanya dijawab anggukan pasrah dari Hyunsuk.

Junghwan dan Yoshi saling melempar tatap seolah kebingungan dengan suasana tak menyenangkan yang mereka rasakan disini. Hyunsuk yang terlihat begitu menyesal, dan tak lupa dengan keberadaan Jeongwoo yang masih betah mempertahankan wajah penuh bebannya.

Namun bukan itu, bukan itu yang membuat mereka merasa tak nyaman. Melainkan, suatu hal aneh yang berhasil membuat seluruh bulu kuduk mereka berdiri. Ada apa ini?

Junghwan mengerjapkan matanya beberapa kali, "Kalian... Ngerasain sesuatu? Atau emang gue doang yang ngerasa aneh?"

Yoshi mengangguk patah-patah, "Gue juga ngerasain..."

Suasana menjadi hening seketika.

"Pergi. Kalian harus pergi dari sini." ujar Jeongwoo tiba-tiba dengan nada yang terdengar panik. Keringat dingin mulai mengucur di keningnya, tatapan matanya juga bergerak gelisah.

Hyunsuk menghela nafas lelah, apakah sekarang ia harus bekerja?

"Kalian yang harus pergi. Biar gue yang ngurus."

Jeongwoo menggeleng kacau, "Enggak, bang. Ini bukan yang biasanya. Ini, beda."

Hyunsuk menaikkan sebelah alisnya bingung, "Maksud Lo apa? Beda gimana?"

Jeongwoo segera mendorong ketiga pemuda itu untuk pergi dari sana, "Gue nggak bisa njelasin ini. Please, kalian harus pergi sekarang!"

"Jeongwoo, maksud Lo apa? Ini kerjaan gue, Lo yang harus pergi dari sini!" tolak Hyunsuk.

TO BETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang