TO BE; 10

632 89 4
                                    

10; Jihoon Bersama Ketakutan Masa Lalunya

•chapter ten; start•

"Junghwan... Lo itu gobl*k! Tol*l! Kayak sapi! Tukang ngiler! Gembrot! Bau tai! Hidup lagi! Pergi sono, bangs*t!"

Seketika suasana disana terasa amat mencekam. Junkyu dengan terang-terangan mengatai dan juga mengumpat di hadapan seorang anak wakil kepala sekolah. Nyalinya sangat besar ternyata.

Kini seluruh tubuh Jihoon menegang, sepertinya teman sebangkunya itu memang gila. Ia berusaha sebisa mungkin menutupi seluruh wajahnya, ia tidak ingin terseret dalam masalah yang dibuat oleh pria berusia 21 tahun itu.

Jihoon hanya ingin kehidupan sekolahnya tenang!

Berbeda dengan Jihoon, Junkyu justru masih mempertahankan seringaian lebarnya di hadapan Junghwan yang menatapnya datar. Aura tak mengenakkan terasa di antara kedua pria dengan perbedaan usia 4 tahun ini.

Junghwan mengerjap beberapa kali, membersit hidung disusul dengan kekehan tak percaya,

"Lo... Sehat, bang?"

"Of course... Kenapa? Lo nggak terima?" tanya Junkyu berharap akan ada kemarahan besar dari pemuda di hadapannya. Sungguh, ia sangat berharap ia segera dikeluarkan dari neraka penuh kebingungan ini.

Junghwan terkekeh pelan seraya melangkah maju hingga berada tepat di hadapan Junkyu yang sedang memperlihatkan wajah songongnya,

"Lo disini bukan sehari atau dua hari, bang... Gue yakin kalo Jeongwoo udah ngasih tau setidaknya beberapa aturan yang harus lo taati."

Junkyu masih diam. Kapan Junghwan akan memarahinya? Sebagai anak tunggal dari Wakil Kepala Sekolah, Junghwan tidak akan menyia-nyiakan posisinya 'kan?

Junghwan menaikkan satu jarinya, "Pertama, dilarang ngomong kasar... Gue denger Lo emang masih suka ngomong kasar ya, bang?"

Junkyu semakin sumringah mendengar setiap nada yang dikeluarkan Junghwan, "Lo nggak salah denger."

"Lo berharap gue marah setelah Lo maki-maki gue di depan muka gue?"

Junkyu mengangguk, ia tidak bohong. Bodoh!

Junghwan justru tertawa melihat jawaban yang diberikan Junkyu. Tawa yang juga mendapat atensi dari Jihoon dibangkunya. Pemuda itu cukup dibuat bingung oleh keadaan ini.

Bagaimana bisa ada orang yang justru tertawa setelah dimaki sedemikian rupa? Apakah semua manusia disini sudah gila?

Junghwan mengangguk dengan sisa tawanya, "Bodoh."

Alis Junkyu menukik. Junghwan tersenyum dengan sisa tawanya,

"Gue bukan karakter antagonis yang akan manfaatin posisi gue sebagai anak wakil kepala sekolah seperti yang Lo harap, bang. Menurut gue hal itu bukan sesuatu yang bisa gue banggain... Nggak ada gunanya."

Mendengarnya bahu Junkyu yang semula tegap segera merosot. Apa-apaan ini?

Junghwan menepuk pundak Junkyu untuk beberapa kali, "Gue tau Lo maki-maki gue cuma buat gabut. Jadi, fine... Gue nggak akan mempermasalahin hal ini. Lagian, kita baru ketemu sekali dan nggak mungkin 'kan Lo langsung benci sama gue... Lo kocak, bang."

Junkyu terdiam mematung. Bukankah ia baru saja terang-terangan menjatuhkan harga diri sendiri? Benar, dia memang bodoh.

"Bang Jihoon?" panggil Junghwan melirik ke arah Jihoon berada. Pemuda berkacamata bulat itu tentu gelagapan, dari mana Junghwan tahu namanya?

"Tolong ajarin Bang Junkyu gimana caranya hidup disini. Gue nggak mau sekolah ini jadi jelek gara-gara satu siswa begajulan kek dia-"

"Si anj*ng! Lo ngatain gue-"

TO BETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang