37; Kita Sudah Menemukan Jalan Keluar
•chapter thirty seven; start•
"Selamat, Lo udah ngehancurin kepercayaan yang udah gue bangun sedemikian rupa..."
Doyoung tersenyum paksa menatap Haruto yang terdiam memunggunginya di balik jeruji besi. Pemuda Watanabe itu memeluk tubuhnya sendiri begitu erat, menahan suara isak tangis yang mendobrak bibirnya.
"Nggak ada gunanya kita ngabisin waktu 2 tahun, kalo pada akhirnya Lo juga yang ngehancurin semua itu tanpa sisa..." ujar Doyoung dengan nada yang terdengar sedikit bergetar.
Doyoung segera menyeka air matanya sebelum mereka benar-benar mengalir membasahi pipinya,
"Lemah banget gue nangisin baj*ngan kayak Lo..."
"Gue benci sama diri gue sendiri... Kenapa, gue harus suka sama orang yang udah nyakitin gue sedalem itu..." lirih Doyoung.
"Dan parahnya lagi, gue sama sekali nggak bisa ngilangin perasaan itu setelah semua yang terjadi. Jahat bener Lo jadi orang..." rutuk Doyoung dengan kekehan lirih yang menyayat hati.
"Bisa-bisanya Lo nggak ngizinin gue buat ngelupain Lo? Lo maunya gimana, hah?! Mau Lo gimana, anj*ng?! Sakit disini! Hati gue sakit!" ujar Doyoung tak lagi bisa menahan rasa kekecewaannya.
Haruto masih tak bergeming, pemuda itu terus menahan tangisnya meski punggungnya sudah bergetar.
"Haruto!" panggil Doyoung.
"Watanabe Haruto! Tatep wajah gue sekarang!" pinta Doyoung dengan nada tegasnya.
Butuh waktu beberapa saat untuk Haruto menyiapkan diri. Dengan perlahan, ia membalikkan badannya. Pemandangan yang pertama kali lihat adalah wajah sembab penuh luka milik Doyoung. Suatu pemandangan yang berhasil menggetarkan hatinya.
Doyoung duduk di atas kursi roda, tangan dan kakinya dibalut perban tebal. Menatap dirinya dengan tatapan penuh kekecewaan yang pantas ia dapatkan.
Namun diluar dugaan, Doyoung mempersempit jarak mereka dengan mendekatkan tubuhnya pada sel. Membuka sebelah tangannya dengan lebar seolah memberikan tempat Haruto untuk memeluknya. Ia mengangguk,
"Ayo sini. Peluk gue..."
Tanpa pikir panjang Haruto berlari ke arah Doyoung dan membalas dekapan itu dengan erat. Tangisnya meledak saat itu juga,
"Maaf, maafin gue... Hiks gue sayang sama Lo... Gue cinta sama Lo, Kim Doyoung... Maafin gue..."
Air mata Doyoung juga ikut luruh di dalam dekapan yang begitu menyesakkan ini. Hukuman untuk komplotan Tuan Park telah keluar,
Hukuman mati.
•••
Junghwan menyungsup masuk ke dalam pelukan Yoshi dan memeluknya sangat erat seolah takut kehilangan pria Kanemoto itu. Menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Yoshi dimana ia bisa mencium aroma maskulin dari sana.
"Semuanya udah berakhir, Junghwan..." ujar Yoshi mengusap punggung yang lebih muda dengan lembut.
Junghwan hanya diam semakin menenggelamkan wajahnya dititik yang sama. Begitu nyaman.
"Ini pasti berat buat Lo..." ujar Yoshi.
Junghwan menggeleng, "Ortu gue emang pantes dapetin semua itu, bang... Gue akan belajar ikhlas..."
Yoshi tersenyum tipis,
"Gue ada buat Lo, Junghwan. Gue ada disini... Lo boleh nyenderin kepala Lo di pundak gue kapanpun Lo mau..."
KAMU SEDANG MEMBACA
TO BE
FanfictionJunkyu ingin tahu semuanya... Tapi, mengapa mereka bungkam? *** Junkyu adalah seorang siswa SMA berusia 21 tahun yang merupakan siswa baru di YG High School. Dari awal, ia sudah merasakan ada yang tidak beres dengan sekolah ini. Dan semua opini itu...