Jangan lupa vote, komen, share cerita ini dan follow akun WP ini + IG @akudadodado.Thank you :)
🌟
Ini bagaimana cerita kami berakhir dan aku tidak menyesalinya sama sekali.
Ada pilihan yang sulit, tapi tetap harus kamu ambil. Ada pilihan yang sejak awal kamu tahu seharusnya kamu ambil, tetapi kamu terbuai dengan bayangan apa yang akan terjadi jika kamu memilih yang lain. Tanpa kamu sadari khayalan itu hanya akan memakanmu hidup-hidup nantinya.
Dan aku sudah selesai memilih yang terakhir, lantaran tahu tidak ada lagi yang bisa diperbaiki atau diusahakan.
Kali ini, aku memilih opsi pertama: diriku sendiri.
Aku menarik napas dalam-dalam. Mencoba mengisi rongga paru-paru yang menolak untuk bekerja mau sebanyak apa pun asupan oksigen yang kuberikan. Tali tak kasat mata membebat erat dadaku, membuatku makin sulit bernapas.
Untuk terakhir kalinya aku memberanikan diri untuk menatap mata yang membuat sekujur tubuhku nyeri. Satu tanganku, yang terhalang amplop cokelat, otomatis menutupi perut.
"Aku sudah menyiapkan berkas-berkasnya. Pengacaraku sudah menghubungi pengacaramu juga. Kamu tinggal tanda tangan dan nggak perlu hadir di persidangannya. Untuk detailnya kamu bisa tanyakan ke pengacaramu."
Mulutku sudah menghafal rentetan kalimat ini di luar kepala. Aku mengucapkannya ribuan kali di depan cermin. Mulai dari raungan yang terpantul di sana, hingga aku tidak merasakan apa-apa lagi. Aku mati rasa hingga dapat mengucapkannya dengan mudah. Tanpa ada kebas yang mengisi lidah atau jarum-jarum yang menusuk di balik bola mata.
Aku mati rasa hingga yang tersisa hanyalah amarah, amarah, dan amarah. Saat itu Aku tahu kalau aku siap untuk berbicara dengan calon mantan suamiku yang hanya duduk diam untuk lima tarikan napas sebelum dia membuka mulutnya.
"Apa tidak ada yang bisa diperbaiki lagi?"
Ah, suara itu. Suara yang sempat menjadi pengantar tidurku hingga kini yang tersisa hanya mimpi buruk yang membangunkanku di tengah malam.
Aku tertawa pelan. Situasi ini tidak cocok untuk mengundang tawa, tapi tetap saja lepas dari bibirku. Menurutku ini lucu karena semua usaha yang kulakukan selama ini hanya sepihak. Terlalu banyak hal yang kubiarkan terjadi, padahal seharusnya itu menjadi tanda di awal kalau hubungan ini tidak baik-baik saja. Lagi-lagi aku membiarkan otakku yang dipenuhi kabut membuat keputusan yang tidak masuk akal.
"Aku tidak mau memiliki hubungan dengan tukang selingkuh dan kita berdua tahu kalau dia nggak bakalan ke mana-mana. You choose her over me and it will happen again in the future. I can't live knowing I'm the shadow of someone else." Aku tertawa lagi. "Lucunya, aku berstatus istri." Decakan keluar dari bibirku setelah aku menarik napas dari sela-sela gigi yang tertutup. "The irony."
Benjamin, suamiku, duduk kaku di sofa seberang. Sadar kalau apa yang aku ucapkan benar dan tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Meski itu adalah hal favoritnya; memperbaiki sesuatu dan mencari jalan keluar.
"Bersama kamu hanya bikin aku ingat hal-hal yang nggak mau aku pikirkan. You hurt me in a way you will never know. We barely see each other right in the eye. Rasa bersalah hanya bikin kita jalan di tempat sampai akhirnya nggak ada lagi yang tersisa. Lebih baik diakhiri saat kita masih bisa sekedar bertukar basa-basi."
Hurt seeps into my bone every time I feel his presence. Aku tidak lagi merasakan agony untuk melepaskan dan mempertahankan hubungan ini. Sadar kalau memegang terlalu kuat hanya akan melukaiku, jadi aku berdamai dengan keadaan dan melepaskan semuanya.
Benjamin mengambil dokumen yang sudah aku letakkan di atas meja yang memisahkan kami. Dia hanya membaca sekilas lalu membubuhkan tanda tangan.
Aku tidak merasakan nyeri yang kusangka akan muncul ketika melihat akhir hubungan kami. Tidak juga dengan air mata. Aku hanya merasa tali yang membebat dadaku putus dan aku dapat bernapas dengan lega untuk pertama kalinya setelah sekian lama. Beban yang bersandar di pundakku menghilang secara ajaib.
Ini bagaimana cerita kami berakhir dan aku tidak menyesalinya sama sekali.
29/5/23
Yak kita mulai dengan ending cerita ini gimana~~ Monggo yang mau baca, aku udah kasih contek salah satu TW-nya. Marriafe life with full force angst and drama. Ada yang mau baca cerita ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
How This Story Ends
ChickLit[BACA SAAT ON GOING. INTERMEZZO PART DIHAPUS 1X24 JAM SETELAH PUBLISHED] May contain some mature convos and scenes. Leah memerlukan uang agar cita-citanya tercapai. Benjamin memerlukan istri untuk memuaskan sponsor agar karier politiknya semakin la...