BETTY X IRFAN

5 1 0
                                    

Kami bertiga sampai di rumahku kurang dari lima belas menit, aku melihat Pak Asep dari kaca mobil sebelah kiriku sedang membuka gerbang rumah kemudian kami turun dari taksi dan menuju gerbang. Aku berjalan ke gerbang kemudian disambut Pak Asep dengan ramah beserta senyuman kemudian diteruskan oleh Margaret dan Betty begitupun sebaliknya.

"Hai, Pak Asep." Sapa Margaret dan Betty.

"Hai, non." Balas Pak Asep.

"Terakhir gua ke sini itu pas liburan tengah semester kelas sembilan ya, Fer. Gua kangen banget sama kucing lu si Boba dan Boni." Ucap Betty sambil melihat-lihat sekeliling rumah.

"Iya, Bet. Lu gak sekalian kangen sama ayam dan bebek di pekarangan gua?" Tanyaku becanda.

"Gua suka makan ayam tapi gak suka pelihara ayam." Ucap Betty kemudian tertawa kecil.

Aku melanjutkan jalanku dari gerbang rumah ke pintu masuk utama kemudian Aku membuka pintu dan menyapa seisi rumah. Namun, seperti biasa keadaan rumah selalu sepi kemudian Margaret memanggilku.

"Fer, keknya ada sepupu lu deh." Ucap Margaret yang melihat motor-motor terpakir di parkiran rumah.

"Wah si brengsek keknya lagi main nih." Ucapku geram.

Aku meletakkan sepatuku di rak bersamaan dengan Margaret dan Betty. Di meja makan sudah dipenuhi oleh makan siang kemudian aku mencari Bi Ida dan benar saja aku mendengar suara orang dari arah kolam renang. Aku ke belakang rumah dan terkejut melihat Andri dan beberapa teman lainnya sedang berpesta minuman dan merokok di pinggir kolam. Aku menghitung sekitar lima orang termasuk Andri.

"Ngapain lu di sini? Lu gila kali ya bawa temen-temen lu ke sini mana pada ngerokok, minum, sakit lu ya." Ucapku kesal.

"Bawel lu ya, lagian juga oma gak ada, dia lagi main ke rumah gua di Bekasi. Kenalin nih temen gua, Sadam, dia ini adeknya Rizal. Abangnya satu sekolah sama lu kan." Ucap Andri.

"Ha? Adeknya Rizal." Ucapku bertanya-tanya.

Andri menjelaskan kepadaku siapa Sadam dan Rizal sebenarnya. Mereka berdua sama-sama anak dari pengusaha kaya di Jakarta, Ayahnya Rizal menikah dengan ibunya Sadam saat anak-anak mereka masih SMP. Sadam dan Rizal memiliki perbedaan yang cukup drastis, Rizal termasuk anak yang manja, sedangkan Sadam lebih mandiri dalam segala hal. Sadam menghabiskan waktu kosongnya dengan minum dan merokok, sedangkan Rizal menghabiskan malamnya hanya untuk berpacaran dan nongkorong di sebuah tempat bernama BRIGADE'S Club. Andri tahu betul apa itu BRIGADE, nama tersebut merupakan nama angkatan sekolah yang didirikan setelah lima tahun sekolah itu berdiri sejak tahun 2001. Waktu di hari aku sedang daftar ulang ternyata BRIGADE berasal dari SMAN Internasional Jakarta yang dipegang penuh oleh Rizal dan Sega.

Aku tidak menyangka bahwa dunia ini sempit sekali, aku baru tahu bahwa Andri berteman dengan adik tirinya Rizal. Aku, Margaret, dan Betty segera pergi ke taman di samping rumahku. Kami duduk di sebuah karpet bergambar Doraemon yang merupakan hadiah dari Margaret bahwa ia tahu, saat kecil aku menyukai kartun tersebut. Kami sangat beruntung duduk di bawah pohon yang lebat sehingga matahari tidak begitu mengenai kulit kami.

"Gua gak nyangka, sepupu lu yang gila itu ternyata temenan sama adek dari si preman sekolah." Ucap Betty kesal sambil berdiri dan bolak-balik.

"Gua juga gak tau deh, skip anjing. Kalo udah ada oma lu bisa mampus mereka." Ucap Margaret yang bingung harus berkara apa.

"Gak tau lah, Mar, Bet. Gua pusing nyimpen banyak beban di kepala gua, dari oma gua, sepupu, gua kemudian Irfan...." Ucapku keceplosan kemudian di potong oleh Betty.

"Irfan? Maksud lu?" Tanya Betty.

Aku kecoplasan saat mengatakan Irfan hadir di dalam beban pikiranku. Betty dan Margaret terus mendesakku untuk berkata sejujurnya mengenai Irfan. Aku mengatakan apa yang kulihat kepada Betty dan Margaret bahwa, saat di kamar mandi sekolah, aku melihat Irfan, Sahrul, dan Alvaro sedang menghisap lintingan ganja. Margaret terkejut mendengarnya kemudian Betty dengan spontan hanya terdiam, seolah-olah ia tahu bahwa Irfan sering memakai ganja atau yang lainnya.

"Bet, lu kenapa diem?" Tanyaku.

"Sejujurnya gua udah tau Irfan sering pake ganja, dari yang paling basic kek Tramadol, Bodrex campur Kukubima dan yang lebih parahnya lagi, dia pake Heroin, minum Morfin, dan suka mabuk berat." Ucap Betty.

Aku membongkar lebih dalam mengenai kehidupan Irfan melalui pertanyaan-pertanyaan singkat kepada Betty. Ia bilang bahwa selama ini Irfan tertekan dengan keluarganya yang toxic, mereka hanya bisa menuntut Irfan untuk menjadi orang yang sempurna dari segi ibadah, juara, dan sedikit larangan untuk bebas. Irfan merasa tertekan dengan semua keluarganya sejak kecil. Jauh sebelum mengenal Betty, Irfan sudah lebih dulu memakai barang-barang haram, tetapi Irfan selalu menyalahkan Betty, seolah-olah ia memakai narkoba karena berpacaran dengan Betty. Betty tidak pernah mencerita kan mengenai hubungannya bersama Irfan, sejauh aku melihat, Betty dan Irfan memiliki hubungan yang baik dan romantis. Aku mencari lebih dalam siapa yang memberikan obat kepada Irfan dan Betty menjelaskan kepadaku bahwa ternyata ada seorang anak dari pemilik club bernama Rahmat yang memberikan obat kepada Irfan secara gratis untuk awal-awal.

Aku yang mendengar kabar dari Betty bahwa ternyata Rahmat, temanku adalah teman dari pacar temanku. Rahmat sengaja memberikan obat ke siapapun secara gratis agar, saat orang yang diberikan obat tersebut kecanduan, mereka bisa membeli di Rahmat. Ia adalah bajingan laknat dan sampah masyarakat, ia terlalu bodoh untuk menjadi pengedar narkoba, aku bersumpah suatu saat nanti, ia akan masuk ke dalam pelaku kejahatan anak di bawah umur. Satu hal yang akan menambah beban Betty adalah bahwa aku dan Margaret sengaja menyembunyikan rahasiaku dari Betty karena jika aku terus terang, ia akan semakin banyak memikul beban. Betty tidak tahu bahwa aku merupakan mantan seorang pecandu, alkoholik, melakukan seks bebas, dan menonton video porno untuk menghilangkan sakit batinku akibat insiden kecelakaan orangtuaku, semua kesedihanku, dan trauma beratku akan sirna jika aku memakai beberapa obat dan melakukan aksi gila. Mungkin jika ia tahu, ia akan membenciku bersama Margaret untuk waktu yang lama bahkan selamanya.

Betty menangis ketika menceritakan detailnya mengenai hubungannya dengan Irfan. Betty terus terang bahwa Irfan memiliki pribadi yang buruk dan kasar terhadapnya. Betty hanya di anggap sebagai bahan pelampiasan semata dalam arti jika Irfan marah, ia akan memukulnya dan menendangnya. Betty terlalu bodoh dalam urusan cinta sehingga ia melupakan dirinya sebagai seorang pelajar. Betty menangis dipelukan Margaret bahwa ia tidak mau memendam rahasia kelamnya begitu lama, ia sangat butuh dukungan dan ingin pergi dari kehidupan Irfan yang sangat merugikan bagi dirinya.

Betty bercerita cukup lama hingga semua temannya Andri pergi begitupun dengan Andri, ia teriak pamit pulang ke Bekasi. Setelah Betty bercerita panjang lebar, kami hanya punya jalan keluar yaitu mendukung satu sama lain jika ada masalah. Jam sudah menunjukkan pukul 16.00 sore kemudian Margaret dan Betty pulang diantar oleh Pak Asep. Aku hanya terdiam di depan gerbang melihat mereka pulang kemudian menghela napas dan menunggu hari esok, hari terakhir untuk menjadi anak yang sejati di SMA.

Sang MultitalentaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang