Dari tujuh sangga, terdiri masing-masing sangga berisikan delapan anggota dengan satu pimpinan sangga. Kami semua berbaris rapi di lapangan yang membentuk tujuh baris ke belakang. Sangga yang kupimpin berada di tengah-tengah, aku sengaja memilih barisan tengah, agar sangga yang kupimpin bisa dilirik langsung oleh Kak Nazar. Sangga diurutkan dari pojok sebelah kiriku, ada Sangga Perintis 1, Sangga Pencoba, Sangga Penegas kemudian Sangga Pendobrak yang merupakan sangga yang kupimpin, lalu ada Sangga Perintis 2 dan Pelaksana 2. Dari masing-masing sangga memiliki arti yang paling dalam. Sangga Perintis memiliki arti, yaitu orang yang mulai mengerjakan sesuatu, pelopor atau menjadi pembuka. Sangga Pencoba memiliki arti, yaitu keberanian dalam mencoba segala sesuatu yang positif. Sangga Pendobrak memiliki arti, yaitu mengemukakan kebenaran dan melawan kemungkaran. Sangga Penegas memiliki arti, yaitu kemampuan mengambil keputusan yang arif dan bijaksana dan terakhir Sangga Pelaksana yang memiliki arti, yaitu melaksanakan sesuatu tugas dengan penuh tanggung jawab. Tanpa banyak basa-basi, Kak Nazar langsung mengambil alih dan memimpin kami kembali.
"Pimpinan saya ambil alih! Seluruhnya siap, gerakkk! Lencang depan gerakkk! Tegap gerakkk! Istirahat di tempat gerakkk!" Ucap Kak Nazar untuk merapikan barisan sangga yang sudah dibentuk.
56 peserta termasuk diriku akan melakukan serangkaian tes lagi. Pagi ini cukup cerah dengan suasana matahari pagi yang muncul setelah hujan. Hari ini Betty tidak menggunakan kacamata hitamnya, melainkan kacamata bergaya yang berwarna hitam. Aku kasihan dengan teman-temanku yang sudah terleliminasi dan duduk di atas karpet berwarna hijau tua yang panjang dan lebar. Karpet tersebut sudah disiapkan dari awal yang diletakkan di atas podium dan digelar oleh Robby dan anggota OSIS lainnya. Karpet tersebut bisa menampung kurang lebih 500 orang karena di desain khusus untuk acara duduk santai, tadarus quran dan untuk berqurban. Aku tahu betul jenis karpet tersebut karena sangat mirip dengan karpet yang digunakan oleh SMPku. Tiap hari jumat pagi, kami selalu melakukan pembacaan Surat Yasin secara rutin. Jika sedang hujan, kami membacanya di ruang kelas masing-masing secara serentak.
Aku tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Kak Nazar untuk babak baru ini. Aku rasa babak baru ini akan sedikit menegangkan karena siapa yang tidak ingin masuk melalui perekrutan resmi dari pembinanya langsung. Masuk ke dalam tim inti pramuka tidak segampang yang orang-orang kira. Biasanya, melalui proses yang panjang dan seleksi yang ketat.
"Baik adik-adik untuk pertandingan selanjutnya, yaitu masing-masing sangga harus mempersiapkan satu yel-yel dalam kurun waktu 30 menit. Yel-yelnya bebas dan dibuat versi kalian sendiri. Ada pertanyaan?" Tanya Kak Nazar.
"Tidak kak." Sahut semua murid.
Semua murid sudah siaga untuk mengambil posisi yang aman. Aku sudah berdiskusi untuk mengambil posisi di bawah tanaman anggur yang menggantung.
"Baik, kalo begitu, tanpa penghormatan umum, balik kanan bubar jalan!" Ucap Kak Nazar kemudian meniup peluit pramuka yang berwarna emas.
Suara peluit yang digunakan Kak Nazar cukup nyaring sehingga membuat kami semangat dalam pertandingan ini. Aku dan satu sanggaku langsung menuju ke tanaman anggur dan membentuk sebuah lingkaran dengan cara berdiri. Kami memikirkan sebuah lagu dan mulai bertukar pikiran atau brainstorming.
"Gua punya ide, gimana kalo kita ngambil lagu Queen yang judul We Will Rock You, nah tapi kita pake hentakan kaki aja. Liriknya kita ubah jadi begini." Ucapku yang kemudian kami menundukkan kepala sembari membuat lingkaran.
Setelah dari kami menyumbang lirik demi lirik kemudian kami satu padukan dan terbentuklah sebuah yel-yel. Aku menyesuaikan lirik dengan nada yang telah dibuat selain anak bahasa. Betty, Margaret, dan Riska membuat formasi gerakan. Setelah selesai membuat lirik dan formasi, semua sangga dipinta untuk baris ke lapangan. Kami semua berbaris rapi di hadapan Kak Nazar dan murid-murid yang tereliminasi, aku melihat Devi sedang melambaikan tangan kepada sanggaku, aku masih ingat Devi terleliminasi dipertanyaan ke-11, Regita dipertanyaan ke-5, dan Yuni dipertanyaan ke-9. Aku melihat Regina masih dalam bentuk dan wajah yang sama, ia masih melamun dan menopang dagunya sembari melihat sangga yang kupimpin. Kak Nazar mengambil alih barisan sama seperti tadi kemudian ia memerintahkan Sangga Pencoba untuk maju ke depan dan menunjukkan yel-yel mereka. Aku melihat mereka berbaris dengan rapi dan menyanyikan lagu Garuda di Dadaku dengan formasi menepuk tangan ke dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Multitalenta
Ficção AdolescenteDISCLAIMER!!! NOVEL INI PENUH DENGAN ADEGAN 18+ KEKERASAN, KATA-KATA KASAR, PEMBULIAN, BUNUH DIRI DAN KEHIDUPAN SEKS SERTA PENYAKIT SEKSUAL. "Di balik otak yang cerdas, terdapat jiwa yang kotor." Bagitulah isi novel Sang Multitalenta : Tahun pertama...