SEMESTER II DAN AUTOBIOGRAFI

2 1 0
                                    

Di semester kedua ini, aku benar-benar ingin serius meraih prestasiku dan menyingkirkan setiap permasalahan teman-temanku. Keadilan untuk Miya, hubungan toxic antara Betty dan Irfan, kasus kematian Robby dan tragedi dibalik kecelakaan Riska dan Yuni. Untuk saat ini aku hanya bisa menebak siapa benang merah dari masalah tersebut. Belum lagi masalah ini akan mempengaruhi nilaiku dan prestasiku di sekolah.

Di hari pertama, aku sudah di minta oleh Bundo untuk mengikuti lomba debat bahasa Indonesia sebagai kandidat utama dalam lomba Debat Bahasa Indonesia Tingkat Nasional dalam tema Sex Education atau Pendidikan Seks. Aku tahu ini terdengar gila, tapi aku tahu makna di balik sex education yang bukan menceritakan tentang kehidupan seks tapi bagaimana kita sebagai remaja harus memiliki pengetahuan tersebut sedini mungkin untuk masa depan yang lebih cerah.

Saat ini, aku sedang berjalan di koridor dengan riuh anak-anak yang tampak bersemangat namun ada sebagian yang lesu. Liburanku tidak seindah saat SD dan SMP. Aku benci liburan SMAku yang harus menjadi detektif muda untuk mengungkap sebuah kasus yang saling berkaitan. Namun, sulit bagiku untuk mengungkap jika tidak ada bukti yang kuat. Begitupun dengan hasratku yang selalu ingin menjadi yang utama dan menjadi egois di setiap perlombaan.

Fokus utamaku hari ini sebenarnya menunggu koma Riska dan Yuni, aku ingin tahu apa yang membuat mereka mengalami kecelakaan. Sisanya aku harus membantu Devi agar bisa mengikuti lomba paduan suara bersama Camille dan meminta maaf dengan Regina.

"Hai Fer." Ucap Margaret yang membuatku terkejut.

"Hai, Mar." Balasku cuek.

"Fer, gua tau lu pasti masih mikirin semua masalah teman-teman kita kan, gua kasih tau ya semakin lu mencari tahu. Semakin jati diri lu ke bongkar." Bisik Margaret saat berada di depan pintu perpustakaan.

Apa yang dibilang Margaret ada benarnya, kasus kematian Robby dan pelecehan Miya akan menjadi bumerang bagiku begitu dengan Irfan, Sahrul dan Alvaro. Kami semua menggunakan narkoba dan narkoba itu berasal dari orang yang sama.

"Mar, gua tahu siapa benang merah dari kasus kematian Robby dan Pelecehan Miya?" Ucapku sambil menjentikkan jariku.

"Siapa?" Tanya Margaret serius.

"Pelakunya adalah Rahmat." Bisikku.

"Wait a minute, kalo dia adalah pelaku utama dari masalah tersebut. Secara gak langsung, lu bakal kena juga Fer. Lu tau sendiri kan, lu dapet obat dari siapa." Bisik Margaret.

Aku langsung tertunduk lesu dan malu jika aku harus menjebloskan Andi ke dalam penjara. Margaret benar, jika aku memberitahu yang lain. Maka aku akan kena dampaknya bahkan jauh lebih besar. Setelah berdiskusi bersama Margaret. Kami berdua segera menuju ke kelas. Saat di tangga dengan kaki yang gemetar, aku sangat takut sekali. Jika kasus ini kulanjutkan. Namun, apa yang kulakukan ini adalah hal yang benar. Aku membantu temanku tapi setelah aku membongkar rahasia tersebut. Andi akan membalas balik bahkan dalam beberapa bulan terahir, aku sempat menggunakan narkoba. Omaku dan Margaret tidak mengetahui apa yang kulakukan saat di Surabaya, belum lagi Bundo. Ia yang tahu bahwa aku memakai narkoba.

Aku sampai di kelas dan duduk di samping Bimo, ia tampak sedih dan pendiam sekali. Aku rasa, saat ini ia sedang punya masalah besar di keluarganya.

"Bim, lu ada masalah ya?" Tanyaku sambil memegang bahu kanannya.

"Gak kok Fer." Ucap Bimo, kaget.

"Ok guys, saat ini. Gua mau memberitahu ke kalian semua siapa dari kalian yang mendapat peringkat pertama, kedua dan ketiga." Ucap Betty dengan centilnya.

Betty sudah tidak waras, ia seperti memiliki kepribadian ganda saja. Terkadang ia bahagia, kadang ia menyedihkan. Aku tidak tahu maksud dibalik kecentilannya yang makin kesini makin centil dan juga berisik.

"Untuk peringkat pertama di raih oleh Margaret, kedua ada Ferdian dan ketiga tentunya ada Andin. Tepuk tangan dong, aduh keknya mereka bertiga bakal jadi penguasa nilai tertinggi ya beb." Ucap Betty dengan centilnya.

Saat Betty sedang berpose dengan gayanya yang tidak waras, ia terkejut ketika Bundo datang.

"Betty, ini keknya mau nyangi bundo ya." Ucap Bundo dengan tangan kanan dan kiri yang memegang pinggangnya.

Saat ini Bundo memakai hijab berwarna hitam dengan kerlap kerlip perhiasan berwarna hitam. Bundo seperti guru rocker. Bundo masuk ke kelas di hari pertama. Ia tidak langsung membuka lembar materi melainkan meminta semua murid untuk menceritakan kisah masing-masing individu. Melalui sebuah autobiografi kemudian akan dibacakan pada Hari Rabu nanti. Namun, bundo hanya akan memilih sepuluh autobiografi terbaik dan menarik yang akan dibacakan langsung oleh setiap murid yang dipilih bundo.

"Baik, bundo sudah memberikan tugas untuk hari ini sampai Rabu depan. Jika bundo sudah memilih sepuluh autobiografi terbaik dari kalian. Berarti cerita kalian menarik dan akan mendapat nilai A+ dari bundo. Jika yang tidak terpilih akan mendapat nilai A. Bagi yang membuat autobiografi yang asal akan bundo kasih nilai C. Kalau begitu bundo izin untuk tidak mengajar karena ada tugas dari kepala sekolah." Ucap Bundo kemudian menatap mataku.

Aku tahu ini adalah rencana bundo untuk mencari tahu siapa aku sebenarnya. Sepertinya ia tidak percaya dengan kisahku setelah aku menceritakannya sepulang dari Surabaya. Aku tidak akan berterus terang pada ceritaku nanti. Namun, aku menjual kecerdasanku dan cerita kematian orangtuaku. Aku tidak akan memasukkan daftar pemakaian narkoba, kecanduan pornografi atau melakukan tindakan asusila, dan pesta mabuk-mabukan selama aku di luar negeri. Aku akan menuliskan autobiografiku hari ini karena sepulang sekolah aku harus menjenguk Riska dan Yuni.

Sang MultitalentaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang