Tiga hari setelah pemakaman Robby, lebih tepatanya pada tanggal 14 Agustus 2017. Semua murid berkumpul di sekolah untuk merenungi atas meninggalnya Robby yang menjadi tanda tanya besar bagi sekolah. Semua murid di wajibkan memakai pakaian berwarna hitam dan membawa Bunga Mawar berwarna merah. Robby memeluk agama kristen, sedangkan ibunya tetap beragama islam. Aku mendapatakan info tersebut dari salah satu temannya yang bernama Sega. Sega satu-satunya anggota Brigade yang bisa kuajak bicara, ia bercerita kepadaku malam sebelum ia bunuh diri. Sega melihat raut wajah Robby yang begitu muram, tidak seperti biasanya ia selalu tertawa. Namun, Sega melihat sedikit adu mulut antara Robby dengan Rizal di saat Robby ingin pulang. Sega bertanya kepada Rizal tentang masalah mereka berdua, tetapi Rizal hanya tersenyum kemudian pergi meninggalkan Sega dan teman-temannya.
Aku tahu itu bukan urusanku, tetapi tutur batinku tidak pernah salah. Aku yakin, pasti ada satu masalah yang lebih besar daripada hanya kematian Robby. Perasaanku campur aduk ketika Sega menceritakan padaku semalam soal ada kaitannya antara Robby dengan Rizal. Aku tidak tahu alasan Rizal yang tidak menceritakan masalahnya dengan Robby saat berkumpul di rumahku. Belum tahun pertamaku selesai, tidak biasanya aku mengurusi hidup orang lain. Sejujurnya, aku lebih senang belajar dan meraih prestasiku. Namun, aku bosan menjadi murid yang cerdas, aku ingin menjelejahi dunia pertemanan dan membantu banyak orang di tahun pertamaku.
Saat ini, lapangan sudah dipenuhi banyak orang. Dari murid, wali murid, guru, beberapa polisi dan reporter. Semua orang mengenakan pakaian hitam dan masing-masing memegang bunga mawar merah. Semua orang duduk dengan tertata rapi, di hadapanku sudah ada foto bingkai Rizal yang memakai seragam putih paskibra. Kulitnya coklat dan badannya tegap, aku rasa ia cocok jika menjadi tentara.
Kami berdoa sejenak yang dipimpin oleh pendeta namun tetap agama lain berdoa dengan keyakinan masing-masing. Setelah berdoa, kami meletakan setangkai bunga mawar di dekat fotonya. Banyak dari kami yang menangis atas tragedi ini, aku harap hal seperti ini tidak akan pernah terjadi atau terulang kembali. Tiba-tiba secara bergantian, perwakilan kelas disuruh maju ke depan untuk memberikan kesan yang terbaik tentang Robby. Aku terkejut saat pidato pertama di mulai dari Sasha, aku suka penampilannya yang cantik dan seksi. Ia menggunakan gaun berwarna hitam dengan rambut di sanggul.
"Kematian Robby adalah sebuah musibah bagi kami yang ingin belajar. Jadi berhentilah menangis dan raih prestasi kalian sekarang juga. Terutama kelas 12, sebagai anak kepala sekolah, saya juga butuh prestasi. Jadi mohon untuk pihak kepolisian jangan terlalu lama mencari motif karena nilai kami harus tinggi agar bisa masuk ke perguruan tinggi dan saya gak mau berhenti belajar karena ada kasus ini. Sudah jelas bahwa kematian Robby adalah bunuh diri, jadi berhentilah mencari motif, terima kasih." Ucap Sasha kemudian pergi ke kamar mandi.
"Oh my god, gadis gila" Ucap Margaret terkejut
"Gua suka cewe begitu, gokil sih." Ucap Sahrul kemudian tepuk tangan, lalu diikuti semua orang untuk bertepuk tangan.
"Gak ngotak lu, Sash tapi ada benarnya juga ye." Teriak Riska sambil berdiri.
Tak berselang lama, acara tersebut selesai. Sekolah mengumumkan bahwa tanggal 21 Agustus 2022 adalah hari masuk sekolah karena duka masih menyelimuti sekolah tersebut jadi pihak sekolah meminta semua murid untuk belajar di rumah selama satu pekan. Aku setuju dengan pendapat Sasha, seharusnya semua murid mementingkan belajar tapi satu kesalahan fatal bagi Sasha adalah sikapnya yang tidak melihat situasi dan kondisi. Namun, hampir semua orang setuju dengan pendapat Sasha yang lebih baik jujur daripada merasa tertekan oleh keadaan. Setelah acara selasai, semua murid dipulangkan ke rumah masing-masing. Namun, saat aku sedang berjalan menuju koridor, aku di panggil Bundo untuk lomba baca puisi piala bergilir.
"Bundo yakin pilih aku gak mau cari kandidat lain?" Tanyaku serius.
"Iya, nak bundo serius. Pokoknya mulai besok kamu latihan di sekolah ya bareng bundo." Jawab bundo tegas kemudian meninggalkanku.
Sikapku yang labil dalam mencari motif kematian Robby harus berpaling pada sebuah kesempatan yang tidak akan datang dua kali. Aku harus memenangkan lomba ini dan aku tidak akan menyia-nyiakan waktuku untuk mencari motif Robby. Aku harus mengambil langkah lebih awal dalam meraih prestasi sebelum yang lain mengambil kesempatan ini termasuk Regina. Aku tidak boleh memberi tahu yang lain kecuali Margaret, aku segera berlari menuju parkiran dan bertemu dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Multitalenta
Teen FictionDISCLAIMER!!! NOVEL INI PENUH DENGAN ADEGAN 18+ KEKERASAN, KATA-KATA KASAR, PEMBULIAN, BUNUH DIRI DAN KEHIDUPAN SEKS SERTA PENYAKIT SEKSUAL. "Di balik otak yang cerdas, terdapat jiwa yang kotor." Bagitulah isi novel Sang Multitalenta : Tahun pertama...