Libur akhir semester satu dimulai dari tanggal 23 Desember sampai 8 Januari 2018. Selama dua minggu ini, aku berencana untuk menghabiskan waktu liburanku sendirian, aku akan mencari motif kematian Robby dan mencari petunjuk dari kasus Miya. Setelah pembagian rapot kemarin, aku mendapatkan nilai sempurna, beberapa temanku juga begitu. Namun, saingan terbesarku tetaplah Margaret. Ia mendapatkan peringkat satu di kelas, disusul olehku yang mendapat peringkat kedua dan Andin yang mendapatkan peringkat ketiga.
Aku tidak iri dengan pencapaian Margaret. Ia sangat senang sekali, setelah tiga tahun bersaing denganku, ia mendapatkan peringkat pertama. Aku turut bahagia, mungkin jika ia mengikuti lomba lagi, ia akan kalah dariku. Untuk peringkat sengakatan akan di umumkan jika sudah kenaikan kelas sebelas. Semua teman yang kukenal rata-rata masuk ke dalam peringkat sepuluh besar, kecuali Miya. Ia berada di peringkat paling bawah yaitu 40.
Sepulang dari pengambilan rapot, aku segera bergegas untuk menyusun strategiku. Awalnya, aku ingin meminta bantuan kepada Margaret. Namun, ia akan merayakan natal bersama ayahnya. Jadi, aku yang harus berjuang sendirian. Pertama-tama, aku mengambil papan tulisku yang ku simpan di bawah kolong tempat tidurku. Papan tulisku sudah berdebu, aku menyikap menggunakan kain dan kutiup secara perlahan-lahan.
Aku mengambil palu dan paku yang berada di gudang, di sana banyak sekali perkakas milik kakekku. Setelah dari gudang belakang, aku segera ke kamarku dan memaku menggunakan palu di tembok dekat jendela. Setelah ku paku, aku segera menggantungkan papan tulis putihku. Aku mengambil spidol di meja belajarku kemudian menulis beberapa kejadian yang ada di sekolah. Pertama aku menulis “Kasus Kematian Robby.” Aku memasukkan tersangka pertama adalah Rizal karena ia sangat dekat sekali dengan Robby. Kedua, adalah pacar Robby yang bernama Nandita, mereka berdua saling cinta namun beda agama. Ketiga, ayahnya Robby karena ia sempat menyebut kata “ayah.” Aku telah memasukkan ketiga nama tersebut.
Setelah kasus kematian Robby, aku beralih ke kasus Miya yang mengalami pelecehan, pemerkosaan dan terjangkit virus HIV. Aku memasukkan daftar tersangka ada Rizal dan Rahmat. Kejadian Miya terjadi saat SMP. Sedangkan Robby, tiga bulan setelah kasus Miya. Aku telah meriset apa yang terjadi antara Rizal dan Robby melalui Sega. Menurut Sega, mereka berdua sempat bertengkar di malam sebelum kematian Robby.
Sebagai seorang pemakai, aku melihat tatapan mata Robby yang sendu, bukan seorang pemakai. Pihak kepolisian pun tidak memberikan keterangan bahwa Robby memakai narkoba. Hal ini menandakan bahwa Robby melakukan bunuh diri karena sebuah tekanan dan depresi. Aku terus menulis dan tinggal mencari benang merah antara kasus kematian Robby dan kasus Miya. Aku harus mencari Rahmat karena ia adalah salah satu kunci yang menurutku ada sangkut pautnya antara Miya, Robby dan Rizal. Atau mungkin ayahnya Robby bisa menjadi pemicu.
Setelah menulis dan meriset hasil dugaanku selama tiga jam, aku bergegas pergi menuju klub Rahmat. Aku melihat langit dari jendela yang sudah gelap, aku pergi menuju garasi dengan tergesa-gesa. Aku pergi tanpa pamit dengan omaku karena aku sudah tidak sabar ingin menghajar wajah biang kerok itu. Aku sampai di garasi dan menyalakan motorku. Pak Asep membukakan pintu gerbang dan aku terus melaju tanpa menyapanya. Dalam hitungan tiga, dua, satu, aku menutup mataku kemudian mengambil napas secara perlahan. Aku menarik gas dan mengebut di jalan.
Saat di jalan, ponselku berdering. Aku memberhentikan motorku dipinggir trotoar lalu kubuka ponselku, saat kulihat ternyata berasal dari Yuni. Namun, aku terus melaju dan menghiraukannya. Aku terus melaju kencang namun ia terus meneleponku. Aku rasa sangat penting, aku berhenti di pinggir trotorar lagi dan mengambil ponsel yang kuletakkan di dalam tas selempangku.
“Halo, Yun. Kenapa?” Tanyaku.
“Gua ada informasi soal kematian Robby.” Ucap Yuni dengan napas yang memburu.
Aku yang mendengar info tersebut sangat penasaran dan berhenti untuk menghajar wajah Rahmat. Aku segera putar balik dan pergi ke rumah Yuni karena di sana sudah ada Riska yang sedang berkumpul untuk membantuku menyelesaikan dua kasus yang menurutku saling berkaitan.
Aku sampai di rumah Yuni jam 19.30 malam. Aku sampai di tempat gang kecil bernama Gang Betawi I, aku melihat ada seorang ibu-ibu yang berjualan nasi uduk di depan rumah adat betawi. Aku rasa itu rumah Riska, aku menuju ke arah rumah tersebut yang berada di depanku. Aku berteriak memanggil nama Riska dan Yuni. Ia memanggilku untuk segera duduk bersama. Aku memakirkan motorku di sebalah kiri kemudian meletakkan helmku dan mulai mengobrol.
Riska dan Yuni menceritakan kepadaku mengenai Rizal. Yuni lupa memberitahuku bahwa saat mereka semua berkumpul di rumahku. Yuni bisa mendeteksi bahwa saat Rizal menceritakan kejadian dengan Miya. Yuni bilang bahwa Rizal berbohong karena terlihat dari raut wajahnya yang sedang menyembunyikan sesuatu. Yuni meyakiniku bahwa Rizal berbohong kepada kami semua. Rizal menutupi kasus Miya yang masih janggal dan membutuhkan sebuah keadilan.
Saat kami sedang mengobrol, aku bertemu orangtua Riska yang habis solat. Aku menyapa mereka berdua dengan hangat kemudian ibunya Riska memintaku untuk makan nasi uduk buatannya. Aku menggambarkan keramahan dari orangtua Riska. Mereka memanggilku "bule nyasar." Aku hanya bisa tertawa dan melihat-lihat keadaan sekitar. Rumah adat Betawi Riska cukup sederhana namun memiliki kesan ketika pertama kali melihatnya. Begitu dengan penjualannya yang menggunakan logat betawi dan bentuk meja yang rapih dengan jenis makanan betawi lainnya. Ada nasi uduk, semur jengkol, beberapa gorengan dan masih banyak lagi.
Aku mengambil makanan yang sudah disiapkan untukku. Aku mengucapkan terima kasih kepada ibunya Riska karena saat aku ingin membayar ia memberikan nasi secara gratis. Aku sudah berusaha untuk membayar namun ibunya Riska bersikeras sehingga aku menyimpan uangku kembali. Saat aku sedang makan, kami bertiga lanjut mengobrol, aku mengajak Riska dan Yuni untuk membantuku menyelesaikan kasus Miya dan Robby karena kasus mereka sangat menghantui pikiranku. Yuni dan Riska sangat setuju membantuku untuk melakukan penyelidikan di malam minggu karena malam tersebut klub di tempat Rahmat pasti ramai dan disudah aku pastikan ia pasti berada di sana.
Setelah merencanakan penyelidikan di malam minggu nanti, aku pulang ke rumah dan membangkitkan keadilan di media sosial terkait keadilan untuk Miya dengan hashtag #justicefomiya dan #usutsampaituntas
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Multitalenta
Teen FictionDISCLAIMER!!! NOVEL INI PENUH DENGAN ADEGAN 18+ KEKERASAN, KATA-KATA KASAR, PEMBULIAN, BUNUH DIRI DAN KEHIDUPAN SEKS SERTA PENYAKIT SEKSUAL. "Di balik otak yang cerdas, terdapat jiwa yang kotor." Bagitulah isi novel Sang Multitalenta : Tahun pertama...