Seminggu telah berlalu, aku mendapat kabar baik bahwa ponsel milik Riska telah menyala begitu juga dengan kabar Riska dan Yuni. Mereka berdua sudah siuman. Namun, aku akan menjenguk mereka berdua kembali setelah aku mendapatkan ponsel tersebut. Senin, ini materi sastra Indonesia akan membahas mengenai penulisan autobiografi. Bundo hanya memilih sepuluh autobiografi yang memiliki esensi cerita yang menarik. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi, bundo memasuki kelas dengan aksesoris berwarna hijau.
Ia duduk di kursi guru kemudian meletakkan setumpuk kertas portofolio milik kelas bahasa. Tangan bundo sangat lentik ketika meletakkan kertas tersebut.
"Siap! Berdoa! Selesai." Ucap Andin yang saat ini menjadi ketua kelas bahasa.
Untuk semester dua ini, ketua kelas di pegang oleh Andin, wakil oleh Margaret, Sekretaris oleh Regina, bendahara oleh Devi, Keamanan dipegang oleh Sahrul, kebersihan di pegang oleh Riska, keagamaan kristen di pegang oleh Betty dan keagamaan Islam dipegang oleh Irfan. Semua tanggung jawab ini akan dipegang selama setahun. Untuk yang lain termasuk diriku mendapat tugas piket.
"Baik, anak-anak. Bundo sudah memilih sepuluh autobiografi terbaik dari kalian. Bundo harap kalian menulis riwayat hidup kalian dengan jujur dan kita semua harus menjaga rahasia autobiografi kalian. Bundo akan menyebutkan nama kalian satu persatu, yang pertama ada Betty Trisna Nababan, Margareta Manurung, Sahrul Alamsyah Gunawan, Alvaro Malik Riansyah, Andini Permata Emeraldin, Regina Alya Jesika, Reggitas Cahya, Devina Elisa Marbun, Miyara Halimah, Bimo Anggara, Irfan Andrian Rizki dan Ferdian Merriman. Hari ini kalian akan pulang telat karena bundo akan membahas autobiografi kalian. Untuk materi kali ini bundo akan membahas penulisan autobiografi yang baik itu seperti apa." Ucap Bundo dengan penuh semangat.
Aku tidak mengerti maksud tujuan bundo, aku pikir ia akan menyuruh nama-nama tersebut untuk dibacakan satu persatu di hadapan kami semua. Namun, ternyata semua itu salah besar. Rencana apalagi yang akan di buat oleh bundo kali ini.
"Bun, keknya nama tersebut ada dua belas deh." Sahut Betty dengan lantang.
"Iya, nak. Bundo sengaja menambahkan dua karena ceritanya menarik." Ucap bundo dengan senyuman aneh.
Setelah hampir tiga jam kami belajar sastra Indonesia, aku menghampiri meja Regina untuk meminta maaf. Namun, lagi dan lagi ia hanya terdiam dan terus membaca novel terbaru karangan Asma Nadia. Margaret menyuruhku untuk kembali duduk dan jangan pernah meminta maaf dengan orang yang modelan seperti Regina. Aku kembali duduk di kursiku dan bermain ponsel. Aku menggulir isi pesan di grup Smart Genius dan melihat tanggal dimana Regina keluar dari grup tersebut.
Tak berselang aku berselancar di grup whatsapp, Mam Lela datang dan langsung memulai sesi percakapan menggunakan bahasa Inggris.
"Hi, Ferdian. How are you today?" Tanya Mam Lela dengan senyumannya yang khas.
"Hi, Mam, i'm good."
"No, he's not good, mam. He is so fucking troublemaker." Ucap Regina yang kemudian membuat satu kelas terkejut.
"Shut up, bitch." Ucap Margaret kemudian menjambak rambut Regina.
Aku tidak menyangka Regina mengatakan aku seorang pembuat masalah. Ia terus memojakkanku menggunakan bahasa sarkasmenya. Ia terus menuding kecelakaan Riska dan Yuni adalah murni kesalahanku. Ia berharap aku segera masuk penjara, Regina benar-benar berkata kasar, ia banyak sekali mengoceh menggunakan bahasa kiasan, pribahasa dan kata kata sindiran yang membuat kami sama sekali tidak mengerti.
"Gua kasih tau ya, kalo lu gak tau masalahnya. Jangan asal nuduh orang." Ucap Margaret kemudian dilerai oleh Mam Lela.
"Tau lu Fer, cabul lu." Ucap seorang murid bernama Dion.
"Bacot lu, tai tau gak lu." Sahut Irfan kepada Dion.
Aku tidak menyangka Irfan membelaku, begitu dengan Alvaro dan Sahrul. Mereka bertiga membelaku, beberapa murid saling bertengkar menggunakan bahasa kasar dari bahasa Inggris, Korea bahkan bahasa daerah seperti bahasa Jawa, Sunda dan Padang. Kelas bahasa menjadi kelas tergila hari ini. Mam Lela melerai satu yang lain saling bertengkar. Suasana kelas menjadi ramai, bahkan beberapa kelas menyaksikan kegaduhan kami. Satu kelas bahasa penuh dengan bahasa kasar yang sangat memalukan. Semua kegaduhan itu semakin berisik ketika bel sekolah berbunyi.
"Apa-apaan ini, sangat memalukan!" Teriak Bonar yang memukul pintu menggunakan tangannya.
Semua murid di kelas bahasa menjadi terdiam dan tertunduk malu karena untuk pertama kalinya aku melihat Pak Bonar marah besar. Kelas kami menjadi bahan sorotan banyak yang merekam dan memfoto aksi kelas kami.
"Dari alumni pertama sampai alumni sekarang hanya kalian yang paling beda generasi, apa itu bahasa anjing, babi, bangsat, fak dan bahasa kotor lainnya. Kalian semua benar-benar kelewatan. Bubar kalian semua, ini waktunya istirahat bukan waktunya gaduh." Lanjut Pak Bonar yang sangat memuncak dan melotot dengan tatapan tajamnya.
Pak Bonar sangat melewati ekspetasiku, ia mengamuk namun masih bisa mengontrol emosinya untuk tidak berkata kasar. Semua murid menuju kantin sedangkan kami dilarang untuk beristirahat. Setelah kami dimarahi oleh Pak Bonar, Mam Lela dipinta untuk ke ruang guru bersama yang lain. Sedangkan kami dipinta untuk diam di kelas sampai menunggu kabar dari guru.
Aku tahu semenjak, aku dan yang lainnya tidak pernah akrab dengan yang lain. Beberapa murid juga saling membenci kubu satu sama lain. Aku sudah mendengar selain nama kubuku yang paling terkenal di sekolah, apalagi kalau bukan Smart Genius. Namun, untuk saat ini, beberapa kubu di kelasku ada enam di antaranya, Bad Guys yang terdiri dari Sahrul, Alvaro dan Bimo kemudian ada kubu Ukhti 88 yang merupakan anak-anak muslim yang sok alim. Selanjutnya ada Tim Santuy yang merupakan anak-anak yang menunda pekerjaan rumah dan tugas sekolah. Lalu, ada Wibu Club yang merupakan anak-anak pecinta anime dan kehidupan negara Jepang, terakhir ada One Korea salah satu kubu yang mencintai dance dan musik korea. sisanya Tim Random termasuk Regina yang tidak memiliki teman dan masuk ke dalam daftar list no friends, no drama.
Lima belas menit kami diam di kelas dengan pintu yang di kunci, tiba-tiba Bu Mei meminta kami untuk beristirahat. Kami semua langsung keluar secara teratur tanpa harus berebut. Kami keluar secara berkelompok karena tempat duduk kami di saat sedang bertengkar memilih untuk menyatu dengan kubu yang lain. Aku harap kami semua hanya mendapat hukuman ringan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Multitalenta
Fiksi RemajaDISCLAIMER!!! NOVEL INI PENUH DENGAN ADEGAN 18+ KEKERASAN, KATA-KATA KASAR, PEMBULIAN, BUNUH DIRI DAN KEHIDUPAN SEKS SERTA PENYAKIT SEKSUAL. "Di balik otak yang cerdas, terdapat jiwa yang kotor." Bagitulah isi novel Sang Multitalenta : Tahun pertama...