“Bingo!” begitulah celetukan yang kukatakan kemudian menjentikkan jari kananku. Betapa gilanya, aku menemukan sebuah rekaman suara yang dikirimkan dari nomor yang tidak dikenal kepada Riska. Bimo tidak langsung banyak bicara saat memberikan ponsel yang kuberikan padanya, ia percaya bahwa ponsel itu milik sepupuku. Ia memberikan ponsel tersebut ke rumahku kemudian langsung pamit padaku. Aku berjalan dari gerbang rumah menuju ke kolam renang. Aku mulai mendengarkan isi rekaman tersebut dari ruang tamu. Dalam durasi pesan yang kulihat, memiliki durasi 31.24 detik.
Aku memencet tombol mulai dan mendekatkan speaker ponsel ke dekat telingaku. Mataku melihat ke langit yang sudah mulai gelap, aku memandang air yang berada di kolam renang dengan tenang. Begitu dengan suara angin sore yang menambah rasa penasaranku. Aku mendengarkan dua suara laki-laki, aku tahu suara siapa mereka. Aku berjalan mengitari kolam kemudian duduk dipinggir kolam. Aku memasukkan kaki kananku kemudian kaki kiriku ke dalam kolam.
Suara rekaman tersebut terdengar jelas, dua orang yang sedang bertengkar, aku menutup mataku dan membayangkan apa yang terjadi. Aku terus mendengarkan dan betapa terkejutnya aku mendengar nama Robby dan Rizal yang saling beradu mulut.
“Robby, denger! Gua tau kalo sampe hal ini ketahuan. Bokap lu bakal dipenjara. Terus lu di pihak siapa? Bapak lu atau Miya? Udahlah gua tau Miya mantan gua tapi santai aja. Uang orang tua dia gak bakal cukup buat ngusut kasus ini. Sebagai sahabat sejati lu, gua gak mau karena masalah ini, orang-orang pada tau kalo sebenarnya bapak lu pelaku cabul yang terkena HIV. Sekarang, gua gak mau sampe orang-orang tau dan apa yang gua saranin ketauan sama orang lain. Woy siapa tuh!” Isi akhir dari suara rekaman tersebut.
Begitulah apa yang kudengar dari rekaman dari nomor yang tidak dikenal. Dugaanku selama ini benar, Robby dan Rizal adalah tersangka kedua dari kasus Miya. Untuk tersangka pertama adalah ayahnya Robby. Setelah aku mendengarkan isi rekaman, aku kembali pada laman chat. Aku membuka isi percakapan dari nomor tak dikenal yang berasal dari dua nomor yang berbeda. Saat aku membuka isi percakapan tersebut, aku membaca bahwa Riska diancam akan dibunuh jika ia berani membocorkan rahasia suara rekaman tersebut kepada diriku. Sang pembunuh menuliskan kalimat tebal pada Riska, “HIDUP LU GAK BAKAL LAMA, JIKA SEKALI LAGI MELANGKAH.” Begitulah isi pesan tersebut dengan huruf kapital bercetak tebal, aku mengecek jam yang dikirim oleh sang pembunuh tepat satu jam sebelum Riska bertemu denganku. Aku melihat riwayat telponku bersama Riska. Satu jam setelah itu ia sudah tidak aktif.
Setelah mengecek ponsel milik Riska, aku langsung mengabari Margaret dan yang lain untuk datang ke rumahku malam ini. Aku mengabari melalui grup Smart Genius dan meminta bantuan Sahrul untuk membantuku menangkap Rahmat karena ia adalah benang merah yang selama ini dicari oleh semua orang. Teman-temanku datang tepat jam tujuh malam, aku langsung mengajak mereka untuk duduk di meja makan. Bi Ida sudah menghidangkan jamuan enak kepada semua temanku. Aku langsung mengajak mereka mengenai bukti-bukti yang sudah kukumpulkan, aku memberikan siapa pelaku yang terjerat kasus kematian Robby, pelecehan terhadap Miya dan pelaku pembunuhan berencana kepada Riska dan Yuni. Aku memberikan data-data yang sudah kutulis dalam buku diariku. Di antaranya, ada ayahnya Robby sebagai pelaku utama pelecehan seksual terhadap Miya sekaligus yang menularkan virus HIV. Selanjutnya, ada Rizal yang menjadi saksi utama bahwa ayahnya Robby adalah pelaku utama. Namun, ia berbohong kepada semua orang, ia lebih membantu ayahnya Robby karena Robby dan Rizal sudah bersahabat sejak kecil. Selanjutnya, pelaku ketiga adalah Rahmat yang telah menjadi kunci dari semua kasus, ia membuat Miya menjadi tidak sadar dan mabuk karena perbuatannya dan menjual Miya kepada ayahnya Robby yang merupakan predator anak di bawah umur. Aku juga memberikan bahwa ada pelaku keempat yang merupakan pelaku terakhir terhadap kasus kecelakaan Riska karena pada malam saat aku dan Riska serta Yuni ingin menghampiri Rahmat, Riska telah mendapat ancama dari nomor yang tidak dikenal karena isi rekaman percakapan Rizal dan Robby sudah dikirim ke Riska. Saat itu Riska ingin memberitahuku. Namun, ia sudah diincar oleh sang pembunuh.
Dari sini jalan ceritaku buntu, tiba-tiba Bimo datang dan duduk di kursi kosong. Ia menjelaskan kronologi yang sebenarnya kepada kami semua. Jadi, saat Bimo melewati jalan yang dimana jalan tersebut adalah tempat tongkrongan Rizal dan kawan-kawannya. Bimo, tak sengaja melihat Rizal dan Robby sedang berbincang di tempat yang sepi. Bimo mendengar bahwa Robby menangis dan mengeluarkan bahasa kasar. Saat itu, juga Bimo mendengar nama Miya disebut berkali-kali oleh Robby. Malam itu, Bimo langsung mengeluarkan ponselnya dan merekam suara mereka berdua. Bimo mengenakan hoodie berwarna hitam dan memakai masker. Sehingga Robby dan Rizal tidak menyadari keberadaan Bimo.
Bimo mendengarkan sekitar setengah jam percakapan antara Robby dan Rizal. Bimo menjelaskan kepada kami semua setelah ia merekam suara tersebut. Ia pulang ke rumah dan mendengar kembali isi percakapan tersebut. Ia mendengar sekitar tiga kali rekaman tersebut yang berdurasi selama 31 menit 24 detik. Bimo menyuruhku untuk membuka isi rekaman yang ada di dalam ponsel milik Riska, aku melihat durasi tersebut sangat persis, aku memutar isi rekaman ponsel milik Riska dan Bimo ternyata sama. Jantung kami terasa ingin copot, jantung kami berdegup kencang dan tidak menyangka bahwa selama ini Bimo mengetahui apa yang terjadi selama beberapa bulan terakhir kami menginvestigasi masalah ini.
“Brengsek! Jadi selama ini lu tahu? Tega lu Bim.” Teriak Margaret.
“Dengerin, gua dulu. Gua belum selesai ngomong.” Tegas Bimo.
Aku hanya bisa mengusap rambutku dan menghela nafas panjang, Bimo kembali melanjutkan ceritanya. Setelah ia mengetahui bukti tersebut, hoodie yang dikenakannya ketahuan oleh Rizal. Dua hari setelah mendengar rekaman tersebut, Rizal dan Robby panik karena mereka berdua takut Bimo akan melaporkan kepada kepala sekolah dan semua murid. Dari situ, Robby mulai ketakutan dan memutuskan untuk bunuh diri karena Bimo tahu isi rekaman tersebut berisikan ayahnya seorang pedofilia. Setelah kematian Robby, Bimo mendapat ancaman dari Rizal, jika ia mengadukan isi rekaman tersebut, Rizal tidak segan untuk mengeroyoknya bersama anak Brigade atau geng sekolah.
Setelah mendapat ancaman tersebut, Bimo sempat depresi dan mendiamkan aku dan yang lainnya. Ia tidak bisa membohongi semua orang karena semakin Bimo menyimpan rahasia tersebut, semakin ia merasa tertekan. Pada akhirnya, saat aku, Riska dan Yuni mencari informasi mengenai Rahmat di daerah Jakarta Selatan. Bimo menceritakan kembali kasus kecelakaan Riska dan Yuni. Pada malam dimana aku dan mereka berdua berencana untuk menemui Rahmat. Bimo bilang, ia memberikan isi rekaman tersebut ke ponsel Riska pada malam itu. Riska mendengar rekaman tersebut sebelum ia berangkat menuju ke sekolah untuk menemuiku. Riska menuju sekolah satu jam sebelum kecelakaan. Namun, malam itu saat Bimo di ajak nongkrong bersama Rizal dan kawan-kawannya. Ponsel milik Bimo di rampas oleh Rizal karena pada malam itu juga, Rizal mengetahui Bimo memiliki dua ponsel. Rizal segera menghapus isi pesan namun sayangnya, Riska sudah mendengar rekaman tersebut.
Bimo bilang, ia panik malam itu. Rizal membanting ponsel milik Bimo sampai semua orang melihatnya, Bimo menghalangi Rizal untuk mengendarai motornya. Namun, Rizal begitu kuat dan menancap gas menuju rumah Riska. Ia mengejar Rizal sekencang mungkin. Malam itu, Bimo melihatku namun aku dalam keadaan menunduk sehingga tidak melihat Bimo dan Rizal yang sedang kejar-kejaran motor. Di jalan itu, Bimo dan Rizal saling mengejar, saat itu juga di depan mereka ada mobil truk pasir. Bimo berpapasan dengan Riska dan Yuni dari arah berlawanan menuju sekolah. Rizal membuat rencana agar truk tersebut oleng dan menabrak Riska dan Yuni. Tak lama kemudian Truk tersebut mengarah ke kiri dan menabrak motor yang dikendarai oleh Riska. Bimo dan Rizal melihat kejadian tersebut kemudian pergi meninggalkan mereka berdua. Bimo tidak tega meninggalkan Riska dan Yuni. Namun, saat itu Bimo bilang, ia sudah panik setengah mati dan akhirnya meninggalkan mereka berdua.
Malam itu, Bimo merasa bersalah, ia semakin tertekan dan merasa menjadi orang yang brengsek karena tidak membantu dan menyimpan rahasia tersebut selama berbulan-bulan. Aku tahu, ini bukan kesalahan Bimo. Namun, ia akan menjadi saksi di sekolah dan di persidangan jika memakai jalur hukum.
“So, sampai sini udah jelas, kan. Siapa pelaku yang terjerat. Pokoknya besok kita ngumpul di sekolah dan kita bakal laporin kasus ini ke guru BK biar di laporin ke kepala sekolah.” Ucap Margaret sembari menepuk kedua lututnya.
Setelah kami mengobrol banyak dan membuat rencana untuk Hari Senin. Semua teman-temanku kembali ke rumah masing-masing dan menyiapkan rencana gila yang akan membawa Rizal ke dalam hukum atas perilaku dan kejahatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Multitalenta
Teen FictionDISCLAIMER!!! NOVEL INI PENUH DENGAN ADEGAN 18+ KEKERASAN, KATA-KATA KASAR, PEMBULIAN, BUNUH DIRI DAN KEHIDUPAN SEKS SERTA PENYAKIT SEKSUAL. "Di balik otak yang cerdas, terdapat jiwa yang kotor." Bagitulah isi novel Sang Multitalenta : Tahun pertama...