RENCANA A DAN RENCANA B

3 0 0
                                    

Selama kami mengobrol di rumahku pada malam minggu itu. Kami membicarakan dua rencana, pertama rencana internal dan kedua rencana eksternal. Kami membuat dua rencana jika seandainya rencana pertama gagal. Kami berdiskusi mengenai rencana internal bersama pihak kepala sekolah. Jika gagal, maka kami akan menggunakan rencana kedua, yaitu rencana eksternal. Kami akan menggunakan platform media instagram dan melakukan aksi demo besar-besaran bersama murid kelas sepuluh.

2 April 2018, pada waktu itu. Aku, Miya, Margaret dan Bimo melaporkan kasus ini kepada Bu Mei dan pihak lainnya. Bahkan kasus ini sudah sampai ke telinga kepala sekolah. Nyatanya, perjuangan kami sia-sia, banyak sekali drama untuk membuktikan jika Rizal, Robby dan ayahnya bersalah. Hal ini dipersulit karena ayahnya Rizal merupakan seorang pemasok dana terbesar selama delapan tahun berturut-turut. Aku dan Margaret berani berdebat dengan Pak Bonar saat berada di ruang kepala sekolah, ia tidak bisa menjadi kepala sekolah yang bijaksana dan adil dalam mengambil sikap, ia terlalu menundukkan kepala jika sudah membicarkan soal keadilan.

Pak Bonar tidak menggubris pernyataanku dengan adanya bukti yang kuat. Pada akhirnya, semua itu terjawab ketika aku tahu bahwa Riska dan Yuni sudah siuman, mereka telah sembuh dari komanya. Aku akan mengajak mereka berdua untuk menjadi penutup cerita kasus yang sangat rumit ini. Setelah menangkap Rizal, aku akan mendatangi Rahmat sebagai benang merah kasus ini, aku akan menyelesaikan masalah ini secara jantan karena aku tidak ingin ketahuan jika ia tahu bahwa aku yang telah melaporkan Rizal.

Rencana B yang kita buat adalah setelah Margaret membagikan isi rekaman antara Rizal dan Robby ke semua ketua grup kelas sepuluh, lalu membagikannya kepada semua grup kelas. Hal ini menimbulkan konflik besar dan banyak sekali murid-murid yang bertanya bahwa kasus ini kembali dibuka dan membuat hastag di instagram #menolaklupa #persetanpedofilia #stopcabul #savehiv. Laman instagram sekolah ramai ketika seorang pemilik akun sekolah membagikan kisah sedih milik Miya ke depan publik dengan menggunakan inisial.

Aku dan semua murid kelas sepuluh berbondong-bondong memasuki sekolah. Kami sengaja datang terlambat karena hanya inilah yang membuktikan bahwa saat ini SMAN Internasional Jakarta membutuhkan arti sebuah keadilan. Kami semua memakai kaus berwarna hitam yang bertuliskan "Keadilan sosial hanya bagi mereka yang berduit." Kami semua berontak meminta keadilan dari Pak Bonar bahwa keputusan yang ia pegang tidak simbang dengan kasus Miya, hanya karena Rizal orang kaya, ia tidak bersalah atas apa yang terjadi. Margaret membawa abangnya yang merupakan seorang polisi, kami semua masuk ke dalam dan meneriaki nama Rizal dengan perkataan yang kasar. Semua murid juga berteriak meminta keadilan dan membawa bendera bertuliskan "Selamatkan Miya." "Stop Pelecehan Seksual." "Menolak Lupa."

Kami semua berjalan menuju lapangan dengan teriakan dan iringan musik. Kami semua memanggil nama Rizal untuk segera turun ke bawah. Ia berada di lantai dua, di ruang kelas sebelas IPS.

"Woy, Rizal anak orang kaya kelakuan kek setan lu." Teriak salah satu murid kelas sepuluh dari lapangan.

Seketika semua guru keluar dari masing-masing kelas diikuti oleh semua murid. Pak Bonar dan beeberapa staff berjalan dari ujung kananku menuju lapangan, beberapa guru keluar dari ruang guru dan menghampiri kami. Seketika suasana di lapangan begitu dramatis. Kami terus menyayikan yel-yel untuk Rizal yang brengsek, ia pantas untuk dipermalukan. Aku dan yang lain tidak peduli karena ini adalah satu-satunya cara untuk menjebloskan Rizal ke dalam penjara. Margaret memegang megafon dan meneriaki nama Rizal.

"Woy, Rizal kampret sini turun lu. Jangan jadi bajingan lu. Kita semua gak ada takut-takutnya biarpun lu anak orang kaya. Setuju gak guys." Teriak Margaret begitu lantang.

"Setujuuuu." Sahut semua murid berbarengan.

Tak ada satupun yang berani menghentikan aksi kami sekalipun Pak Bonar karena kami tahu ia adalah salah satu orang yang tidak bisa kami percaya. Kami terus mengoceh dan berteriak memanggil Rizal dari atas. Ia tampak ketakutan dari atas, ia tidak bisa berpikir lagi. Aku bisa melihat wajahnya yang penuh dengan ketakutan.

"Woii, Rizal turun lu! Kalo lu gak berani turun, kita samperin lu atas ya." Teriak Sahrul menggunakan Megafon.

Tak berselang lama, suara sirine polisi berbunyi dari kejauhan. Semua murid yang berada di lapangan membentuk barikade, kami semua menghalangi polisi untuk menerobos lapangan. Kami semua berdiri membentuk horizontal. Beberapa polisi keluar dari mobil dengan senjata pistolnya.

"Kenapa? Bapak mau nembak kami? Oh ya, dibayar berapa sama Pak Bonar?" Tanyaku.

"Kenapa kok diem? Nih ya guys. Kalo kalian semua tau, apa yang dilakukan Pak Bonar itu adalah kesalahan yang besar. Gua dan anak-anak udah berusaha meminta keadilan untuk Miya. Tapi apa coba, dengan tega dia malah nyelamatin anak bajingan itu daripada Miya yang udah jelas-jelas sekarat terkena HIV dan sekarang dia udah sampai tahap AIDS. Berapa lama lagi dia harus menahan sakitnya, belum lagi mentalnya udah hancur karena dia sini lu anjing." Ucapku yang sudah emosi ingin memukul Rizal.

Rizal yang sudah berada di bawah dan bersembunyi di belakang Pak Bonar, ia hanya bisa menundukkan kepalanya. Aku sudah muak dan ingin menghajar wajah sok polosnya itu. Setelah menunggu hasil keputusan dari Pak Bonar dan hanya membuat kami menunggu, keputusan yang terbaik dari kami semua adalah membawa semua pihak yang terlibat ke kantor polisi.

Kami semua dipinta untuk tidak mengikuti prosedur jika polisi yang sudah turun tangan. Semua murid diliburkan hari ini, aku dan Margaret senang karena keadilan sudah berada di depan mata. Kami semua tinggal menunggu keputusan di pengadilan nanti setelah hasil pemeriksaan oleh pihak berwenang. Aku senang melihat wajah busuk Rizal masuk ke dalam mobil polisi, Margaret memberikan jari tengah padanya dan mengatakan "Mampus lu."

Sang MultitalentaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang