REKAP KEUNGGULAN

2 1 0
                                    

Pesta malam halloween/ pesta kostum telah dihapus dalam daftar agenda sekolah. Banyak murid yang setuju jika acara tersebut dihapus karena memiliki dampak yang buruk terutama dalam segi rasisme dan bertentangan dengan agama islam. Namun, beberapa murid juga menyalahkan Venita dan Margaret sebagai pelaku utama penghapusan agenda tersebut. Pak Bonar, sebagai kepala sekolah turut muak karena akibat perilaku beberapa murid yang melanggar aturan di malam halloween.

Tiga minggu setelah malam halloween berakhir, semua murid diminta fokus belajar untuk menghadapi Ujian Akhir Semester yang akan dilaksanakan pada pertengahan Bulan Desember 2017. Jadwal tersebut sudah tertera di mading sekolah. Ada pun nilai KKM atau Kriteria Ketuntasan Minimal yang tahun ini bertambah dari 75 menjadi 85. Jika nilai ujian akhir di bawah nilai KKM, murid tersebut akan mendapatkan nilai merah dan sangat sulit untuk masuk ke perguruan tinggi negeri jalur SNMPTN.

Setelah melihat keramaian di mading, sebagian murid tampak ragu dan sebagian yang lain tidak mempermasalahkan hal tersebut. Mereka yang tidak peduli dengan meningkatnya nilai KKM adalah murid-murid cerdas dan berprestasi, kebanyakan murid protes berasal dari kelas dua belas. Mereka sangat ketakutan karena akan banyak sekali ujian di akhir masa SMA.

Aku menuju ke kelas bersama Bimo, di ikuti oleh Margaret dan Betty. Aku melihat Regina berada di depanku, aku mencoba menolehnya sekaligus menyapa namanya. Namun, ia pergi dan tidak menggubris ucapanku. Ini memang salahku, tidak seharusnya aku diam dan menjadi egois. Aku tidak memberitahu kepada Bundo bahwa Regina layak mengikuti lomba baca puisi.

"Udah sih Fer, ini tuh bukan salah lu. Please gak usah mikirin Regina, dia tuh teman toxic." Ucap Margaret.

"Iya, Fer. Betul kata Margaret. Dia tuh memang manipulatif." Ucap Betty kesal.

"Setidaknya, dia gak kek lu Bet, munafik." Ucapku kemudian meninggalkan mereka.

Saat aku tiba di kelas, aku mencoba bicara dengan Regina dan terus minta maaf padanya. Namun, ia terus diam dan tidak mendengarku. Miya sudah mencoba membujuknya, namun Regina marah dan menepis tangan Miya. Miya terdiam dan semua orang melihat Regina yang begitu kasar kemudian ia berdiri lalu menggendong tasnya kemudian meninggalkan kelas. Aku meminta maaf pada Miya soal apa yang terjadi, aku tidak seharusnya berbicara dengan Regina. Aku yakin suatu hari nanti ia akan bicara padaku.

Jam kelas sudah dimulai pukul 07.00 pagi, materi pertama ada Matematika. Nilaiku selalu sempurna, aku selalu mendapatkan A+ atau jika dibulatkan menjadi 100. Tidak ada yang bisa menyaingi kelasku selain aku dan Margaret sekalipun anak MIPA dan IPS.

Di grup peminatan, pelajaran Sastra. Regina selalu unggul entah Sastra Inggris atau Sastra Indonesia. Ia memiliki imajinasi yang tinggi ketika pelajaran tersebut dimulai. Namun, ia selalu kalah jika berdebat denganku di pelajaran wajib, Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris. Aku dan Margaret jauh lebih banyak menguasai grammar dan kosakata.

Pemegang kendali penuh nilai Sastra Jepang di pegang oleh Andin dan Bimo. Mereka dua insan yang begitu erat, tidak ada satu pun yang bisa mengalahkannya termasuk diriku. Namun, otakku tidak sebodoh itu. Aku selalu berhasil mencerna setiap materi yang diberikan terutama alphabet Jepang seperti Hiragana, Katakana dan Kanji. Kanji adalah aksara tersulit dari segi penulisan.

Di pelajaran Olahraga aku selalu mendapat A, sedangkan rekor tertinggi dipegang Sahrul dan Alvaro karena mereka selalu bekerja sama. Namun, pelajaran renang, aku selalu menang. Untuk Basket, Silat, dan Badminton mereka juaranya.

Seni Budaya, lukisanku tidak pernah seburuk Margaret, namun lukisan sempurna dipegang oleh Miya. Hampir semua aliran di sikat abis, dari abstrak, naturalisme, realisme dan lainnya. Betty menyukai lukisan Miya, sebagai pencinta fotografi, Betty mengajak Miya untuk berkolaborasi. Namun, Miya tidak memiliki banyak waktu karena ia harus bertarung melawan virus yang ada di tubuhnya.

Antropologi, nilaiku selalu beda sedikit dari Devi, Riska dan Yuni yang lebih mengenal budaya terutama Suku Batak dan Betawi Semua logat di daerah Indonesia ia kuasai dari umur empat tahun. Mereka sangat mencintai kesenian dan budaya Indonesia. Mereka bertiga juga menyukai pelajaran agama lain selain agama Kristen. Devi pernah bercerita kepadaku soal cintanya ia terhadap agama Islam, suatu malam saat ia sedang berada di kamar dalam lampu keadaan gelap, ia tidak sengaja melihat sholawat islam di beranda Youtubenya. Saat itu ia sedang memakai headset, ia mendengarkan sholawat tersebut sebagai pengiring tidurnya. Ia juga sering menangis mendengar sholawat yang lain, bahkan itu sudah menjadi kebiasannya secara diam-diam dalam memegang agama Kristen. Untuk Riska sendiri ia sangat mencintai tarian budaya Indonesia, sedangkan Yuni lebih kebarat-baratan tapi masih mencintai kesenian Indonesia yang selalu di kolaborasikan dengan budaya luar.

Sejarah dan PPKN yang lebih aktif dan unggul dipegang olehku, Margaret dan Betty. Kami bertiga selalu berdebat tentang sejarah Indonesia dari sebelum dan sesudah merdeka. Terutama dalam UUD 1945 dan UUD lainnya. Kami selalu bertengkar dan berkara serius jika sudah ke ranah politik, bahkan kami bertiga selalu mendapatkan standing ovation dari murid kelas kadang setelah presentasi selesai, murid di sebelah kami selalu menonton kami dari jendela luar dan tentunya hal ini menjadi perbincangan semua orang. Tahun depan kami bertiga akan di ikutsertakan lomba debat Bahasa Indonesia dan lomba cerdas cermat PPKN.

Di pelajaran agama, kelas kami di pisah menjadi dua yaitu kelas non muslim dan muslim. Untuk non muslim akan belajar di lantai empat, daerah tersebut telah dibuat khusus untuk tiga agama yang terpisah, ada ruang agama Kristen, Hindu dan Buddha. Untuk rekor teratas dalam pendidikan agama Islam dipegang oleh Irfan. Ia adalah salah satu murid liar yang sulit terdeteksi karena wajahnya yang polos dan pintar mengaji. Ia juga pandai drama dan mengarang kata-kata.

Persaingan di kelasku semakin memanas karena kami semua memperebutkan peringkat tiga besar di kelas dan seangkatan karena satu-satunya jalan termudah untuk bisa kuliah di luar negeri adalah memiliki prestasi di bidang akademik. Untuk prestasi di bidang non akademik bisa di atur jika nilai dari kedua bidang tersebut seimbang. Menjadi murid egois itu wajar jika membahas ilmu pelajaran, tidak boleh ada pengorbanan terhadap teman karena akan merusak mimpi dan masa depan. Memiliki teman itu harus. Namun, memiliki fokus adalah kunci utama.

Sang MultitalentaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang