MENUJU PERAYAAN HALLOWEEN

5 1 0
                                    

Di sekolah ramai bukan kepalang karena ada isu dari mulut ke mulut tentang sekolahku yang akan merayakan Malam Haloween untuk pertama kalinya dalam enam belas tahun terakhir sekolahku berdiri. Namun, untuk agama islam tidak boleh merayakan acara tersebut karena Pak Ismail tidak menyetujui hal itu yang bertentangan dengan ajaran agama islam. Ia juga yang bertanggung jawab sepenuhnya tentang masalah perizinan untuk mayoritas yang beragama islam. Aku juga mendengar bahwa Pak Ismail sangat menekankan kepada semua murid yang beragama islam bahwa ia tidak peduli dan tidak akan menerima alasan apapun bagi murid yang mengikuti malam halloween. Jika dari murid ada yang melanggar, maka akan mendapatkan sanksi yang berat. Begitulah suasana sekolahku yang penuh akan sebuah isu, masalah Venita dan Margaret, aku dan Robby, Miya dan HIV, sekarang masalah malam perayaan halloween

Di sekolahku hanya mengizinkan murid non muslim yang bolehkan mengikuti perayaan malam halloween. Aku juga mendengar bahwa hanya sepertiga murid non muslim di SMA Negeri Internasional Jakarta dan mereka diwajibkan hadir di malam perayaan tersebut. Terhitung setelah aku mengikuti lomba baca puisi tingkat DKI pada tanggal 5 Oktober dan aku berhasil melaju ke tingkat nasional pada tanggal 29 Oktober nanti. Tepat empat hari menuju perayaan halloween, sebuah isu yang menghebohkan satu sekolah akan menjadi sorotan publik terutama akun @bibir_smani yang sampai saat ini belum ada yang tahu siapa pelakunya.

Setelah melaksanakan solat jumat, aku mendengar suara Jingga dari Ruang Audio Visual. Ia meminta semua murid untuk berkumpul di lapangan sekarang juga. Aku berjalan melewati koridor dan berkumpul bersama yang lainnya. Saat di lapangan dengan langit yang berawan, Michelle memberitahu semua murid tentang fakta yang beredar soal malam perayaan halloween yang dikhususkan di sekolah saja sebagai uji coba kegiatan sekolah adalah benar adanya.

"Hah? Gua gak salah denger kan! Sejak kapan sekolah Indo ngadain halloween?" Tanya Margaret.

"Eh ini tuh acara sekolah, udah sih tinggal ikut aja. Komplain mulu lu." Ucap Venita dengan wajah sinisnya.

"Diem lu caper, oh ya dan gua gak mau ikut kalo sahabat gua yang non kristen gak boleh ikut." Teriak Margaret.

"Gak bisa, sayang. Ini hanya untuk agama non muslim." Balas Michelle dengan sebuah senyuman tipis kemudian diikuti suara sorak ria dari semua murid yang menimbulkan hasil pro dan kontra.

"Pokoknya, agama muslim gak boleh ikut, titik." Tegas Michelle kemudian mengetuk mic berkali-kali.

Michelle sekarang bisa lebih berkuasa karena ia sedang naik tahta menjadi ketua OSIS menggantikan Robby. Venita naik jabatan menjadi wakil dari jabatannya sebelumnya sebagai bendahara, sedangkan Sasha tetap menjadi ketua MPK. Michelle sudah bersikeras bahwa murid non muslim tidak boleh mengikuti perayaan halloween sesuai aturan yang dibuat sekolah dan keputusan bersama dari semua guru.

"Untuk seluruh kelas non muslim dipersilakan meninggalkan lapangan dan pulang ke rumah masing-masing, sedangkan yang lain berkumpul di lapangan karena kita akan membuat wajah labuh dan mendekor di bagian koridor lantai 1-4, ruang kelas masing-masing, lapangan dan beberapa tempat di area sekolah. Ingat, kecuali Masjid dan Gereja itu gak boleh. One more thing, jangan lupa pakai kostum dan make up masing-masing pada malam halloween, yeay." Ucap Michelle kemudian semua murid bertepuk tangan.

Aku ingin sekali hanya untuk merayakan parade kostum halloween di sekolah. Namun, aku pernah mengikuti lomba ceramah saat SMP kelas satu, aku bersyukur mendapatkan juara dua, tingkat DKI. Sebelum pengumuman juara, ada seorang ustad yang berceramah mengenai perayaan halloween. Ia bilang dalam agama islam, halloween merupakan tradisi yang berasal dari budaya Pagan kuno. Di dalam hukum islam, perayaan halloween termasuk perbuatan syirik karena mereka melakukan ritual menyembah berhala. Selain itu halloween juga berhubungan dengan kegiatan setan. Hal ini lah yang membuat mayoritas muslim tidak boleh mengikuti malam halloween termasuk negara Indonesia. Aku juga pernah membaca di sebuah artikel, di tulis dalam surat Yusuf ayat 5 disebutkan "Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia." Aku juga pernah membaca sebuah hadis dari Abu Daud yang berbunyi seperti ini "Siapa yang meniru kebiasaan satu kaum, maka dia termasuk bagian dari kaum tersebut." Dari sini aku belajar bahwa hanya ada dua perayaan dalam agamaku, yaitu Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Di sekolahku, mayoritas muslim hanya diwajibkan menghormati dan mentoleransikan tentang apa yang agama lain lakukan begitupun sebaliknya.

Semua murid dari luar negeri sangat senang sekali, sepertinya mereka sudah lama tidak merayakan perayaan tersebut. Beberapa murid di sekolahku lebih banyak dari negara Australia, Inggris, Jerman dan beberapa negara dari Asia. Rata-rata dari mereka memiliki orangtua yang bekerja di Indonesia, sehingga ada sebagian murid yang memiliki garis keturunan campuran. Melihat anak-anak bule, aku teringat dengan kedua temanku Justin dan Kimberlly. Aku rindu dengan mereka namun tidak rindu mabuk bersama mereka. Seratus persen aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk tidak mengulangi kejadian yang sama. Jika omaku tahu aku melakukannya lagi, ia pasti akan mengusirku dari rumah.

Saat aku sedang berjalan di koridor bersama Andin dan Bimo, aku melihat bundo sudah di hadapanku.

"Ferdian, jangan lupa ya lusa nanti kamu ke Surabaya naik pesawat. H-2 tiket sudah di pesan kata panitianya. Jam 13.30 latihan di Gedung Teater. Hari ini pulang cepat kan? Kita latihan penuh supaya maksimal penampilan kamu." Ucap bundo kemudian pergi menuju ke Ruang Guru.

"Iya bun, siap." Ucapku dengan semangat.

"Cie, mau ke Surabaya." Ledek Andin.

"Fer, jangan lupa ya bawa oleh-oleh." Ucap Bimo menepuk pundakku.

"Iya, entar gua beliin." Ucapku kemudian menuju kelas.

Sang MultitalentaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang