ALGORITMA²⁰

11.4K 879 324
                                    

"Raga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Raga."

Yap, Raga sedari tadi berada disana melihat bagaimana Zora terjatuh menindih Garel, laki-laki terdiam. Garel yang berada dibelakang Zora, menatap Raga dengan tatapan heran, untuk apa laki-laki itu berdiri disana.

Zora mematung ketika melihat Raga berjalan ke arahnya, mengira laki-laki itu akan menghampirinya. Namun, sayangnya laki-laki itu malah melewatinya.

"Apa yang lo harap Zora," gadis itu merutuki dirinya, ia lalu menghembuskan nafas kasarnya. Lalu melanjutkan langkahnya menuju kelasnya, Raga sendiri memasuki toilet laki-laki, niat ingin menyusul Zora, tanpa sengaja melihat hal yang membuatnya naik darah.

"Sialan," desis Raga, ia mengepalkan tangannya, kemudian mengambil ponselnya lalu menghubungi seseorang. Matanya memandang tajam pada tembok didepannya, alisnya menukik tajam.

Dikelas, teman-teman Raga sedang menatap satu sama lain, saling memandang dengan tatapan bertanya-tanya. Mereka baru saja mendapatkan chat grup dari Raga.

"Garel ketua osis? Tuh anak kenapa?" Tanya Kaisar heran.

"Ho'oh ketua osis, anak kelas XI IPA 1," balas Gerhana.

"Ngapain bos nyuruh bawa Garel ke gudang? Jangan-jangan si Garel bikin masalah," tebak Petir, mereka terdiam sejenak. Menerka-nerka apa yang dilakukan Garel pada Raga, hingga untuk pertama kalinya laki-laki itu meminta hal yang seperti ini.

"Gue juga mikir kayak gitu," kata Meteor.

"Tapi... Arghhh... Kenapa kalo udah di Raga yang ngetik gue malah kepikiran njir," ungkap Aries, ia mengusap wajahnya dengan kasar.

"Bener, gue juga kepikiran, mau gue bodo amat tetap aja otak gue mikir," tambah Magma. Raga memang bisa membuat pikiran mereka melebar kemana-mana, hanya dengan pesan singkat dari laki-laki itu.

"Si Zora mana sih?" Tanya Rhea pada Stella, gadis itu sedari tadi duduk di bangku Zora yang berada di samping Rhea.

"Nggak tau, lama banget ke toilet," jawab Stella tanpa menatap Rhea, gadis itu tengah sibuk mengecat kukunya.

"Ck, ng... Nah itu dia," ujar Thea, ketika melihat Zora memasuki kelas–Stella, dan Rhea, mengikuti arah pandang gadis itu.

Amalthea bukanlah gadis yang susah untuk berbaur dengan teman baru, bahkan saat berkenalan di koridor tadi–gadis itu tidak malu-malu untuk menimpali obrolan mereka.

"Lo kemana aja sih? Lama amat, eeq ya Lo?" Cerocos Rhea.

Zora menghembuskan nafas kasarnya, ia lalu duduk di bangku kosong yang berada didepan Stella.

ALGORITMA 2 : DANGEROUS BOY ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang